menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Berdasar pendapat-pendapat dari para ahli tersebut, penulis memberi
pengertian pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai objek
dan daya tarik wisata untuk dapat dinikmati sebagai suatu rekreasi atau hiburan demi mendapatkan kepuasan lahir dan batin. Pada abad ke-19
yang ditandai dengan revolusi industri merupakan penghancur dari masa lampau dan diganti dengan hal-hal yang baru. Abad ke-20 ditandai dengan
kembalinya kesadaran baru untuk mengingat kembali dan berkomunikasi dengan hal-hal yang terjadi di masa lampau. Ini berimplikasi terhadap
perkembangan pariwisata sekarang ini yang mana wisatawannya cenderung mencari dan mengunjungi objek-objek wisata yang memiliki
nilai-nilai budaya untuk mendapatkan keaslian dan identitas dari suatu pola tradisi.
Tiga kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh suatu daerah tujuan wisata adalah: memiliki atraksi atau objek menarik; mudah dicapai dengan
alat-alat kendaraan; menyediakan tempat untuk tinggal sementara Pendit, 2002:67.
2. Jenis-jenis Pariwisata
Nyoman S. Pendit 1990:36-42, menggolongkan pariwisata ke dalam beberapa jenis yaitu:
1. Wisata Budaya
Merupakan perjalanan wisata yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui dan mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, dan adat
istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni di daerah atau negara yang dikunjungi.
2. Wisata Kesehatan Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan demi
kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani. Objeknya meliputi tempat peristirahatan, seperti mata air panas, tampat yang
mempunyai iklim yang menyehatkan, atu tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
3. Wisata Olahraga Wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk
berolehraga atau mengikuti kegiatan olahraga, misalnya Thomas Cup, Olimpiade, Asean Games, bisa juga kepentingan berburu, memancing,
atu berenang. 4. Wisata Komersial
Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran- pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran
industri dan pameran dagang. 5. Wisata Industri
Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu daerah atau kompleks perindustrian
dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan
maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian, misalnya rombongan pelajar yang mengunjungi industri tekstil.
6. Wisata Politik Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian
aktif dalam peristiwa kegiatan politik. Misalnya penobatan ratu Inggris, Perayaan Kemerdekaan, Kongres atau konvensi politik yang
disertai dengan darmawisata. 7. Wisata Konvensi
Perjalanan yang dilakukan untuk mengikuti konvensi atu konferensi. Misalnya APEC, KTT Non Blok, dan lain- lain.
8. Wisata Sosial Merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah
untuk memberi kesempatan golongan masyarakat ekonomi lemah untuk berwisata. Misalnya rombongan anak-anak panti asuhan.
9. Wisata Pertanian Perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan,
ladang pembibitan, untuk kepentingan studi, atau riset. 10. Wisata Maritim
Kegiatan ini dikaitkan dengan olehraga air, lebih-lebih di danau, pantai, teluk, bengawan, atau laut. Seperti memancing, berlayar,
selancar, dan lainnya.
11. Wisata Cagar Alam Perjalanan untuk berkunjung ke daerah cagar alam, hutan lindung,
hutan daerah pegunungan, dengan tujuan untuk menikmati keindahan alam, menghirup hawa udara segar, melihat berbagai binatang atau
tumbuhan. Objeknya misalnya Kebun Raya Bogor. Oka A. Yoeti 1990:111-116 juga membagi jenis-jenis pariwisata
berdasarkan kelompok tertentu. Satu diantara berbagai jenis tersebut adalah pariwisata menurut objeknya yaitu:
1. Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang melakukan perjalanan dikarenakan adanya daya tarik dari seni budaya suatu daerah.
2. Recuperational Tourism
Yaitu pariwisata kesehatan tujuan daripada orang-orang yang mengadakan perjalanan adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit,
seperti sumber air panas. 3.
Commercial Tourism Pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata dikaitkan dengan
kegiatan perdagangan nasional atau internasional. 4.
Sport Tourism Disebut pariwisata olahraga dimana orang-orang yang mengadakan
perjalanan melihat suatu pesta olahraga di suatu tempat atu negara tertentu, seperti Olympiade, All England, dan lainnya.
5. Political Tourism
Yaitu suatu perjalananyang tujuannya untuk melihat suatu peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara, seperti ulang tahun
suatu negara. 6.
Social Tourism Pariwisata ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja yang
tidak menekankankan untuk mencari keuntungan, piknik, pariwisata remaja.
7. Religius Tourism
Yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan untuk menyaksikan upacara-upacara keagamaan, seperti Haji dan umroh di Mekah,
upacara keagamaan Hindu di Sakenan Bali. Pariwisata yang sekarang mengalami kemajuan dan banyak diminati
pengunjung adalah pariwisata yang berbasiskan budaya dan alam. Jenis pariwisata ini biasa dikenal dengan heritage tourism. Heritage tourism
menawarkan kesempatan untuk menikmati tradisi-tradisi di masa lampau. Wisatawan masa kini menggunakan intelektualitas dan imajinasinya untuk
menerima dan mengkomunikasikan pesan yang ada pada warisan tersebut dan mengkonstruksi pandangannya terhadap tempat-tempat bersejarah.
Negara-negara berkembang sangat potensial dijadikan sebagai destinasi heritage tourism karena merupakan pusat dari tradisi, budaya, agama dan
tahayul yang belum tersentuh modernisasi.
Heritage tourism dapat dikatakan juga sebagai wisata budaya. Wisata budaya dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar
keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri,
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seringnya perjalanan serupa ini
disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni seni tari, seni drama, seni
sutra, dan seni suara, atau kegiatan yang bermotif kesejarahaan dan sebagainya. Jenis wisata budaya ini adalah jenis paling populer bagi
Indonesia. Bukti-bukti menunjukkan bahwa jenis wisata budaya inilah yang paling utama bagi isatawan luar negeri yang datang ke Indonesia,
dimana mereka ingin mengetahui kebudayaan kita, kesenian kita dan segala sesuatu yang dihubungkan dengan adat istiadat dan seni budaya kita
Pendit,2002:43. Jenis wisata yang juga berkaitan dengan wisata budaya adalah wisata
pilgrim. Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-istiadat, kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata
ini banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke
bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin. Wisata pilgrim ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat
wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman, dan
tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah. Sebagai contoh di tanah air kita banyak tempat-tempat suci atau
keramat yang dikunjungi oleh umat-umt beragama tertentu, seperti Candi Borobudur, Prambanan, Pura Besakih di Bali, termasuk juga Candi Ceto
dan Candi Sukuh. Sebagaimana disebutkan oleh Jeremy Boissevani dikutib Pitana,
2005:35, pariwisata budaya mempunyai beberapa ciri. Pariwisata budaya melibatkan masyarakat local secara luas dan lebih sensitive, karena
kebudayaan yang menjadi daya tarik utama pariwisata melekat pada masyarakat itu sendiri. Interaksi yang intensif ini selanjutnya bisa
memunculkan kesadaran akan identitas diri, dengan munculnya kesadaran akan identitas diri, dengan munculnya kesadaran etnis serta pemisahan
antara ’kekitaan’ we-ness dan ’kemerekaan’ their-ness atau other-ness, atau antara ’orang dalam’ dan ’orang luar’ insiders dan outsiders.
Dalam buku Planning for Tourism Development, Quantitatif Approaches Chapter 4 on “Deriving Bebefit Measures for Tourism
Policies” Praeger Publishers, Inc. New York, 1976. oleh Charles E. Gearing, dkk dalam pola Establishing a Measures of Touristic
Attractiveness dalam Pendit,2002:73, ada beberapa persyaratan dalam penelitian mengenai social budaya diantaranya:
1. Adat-istiadat pakaian, makanan dan tata cara hidup daerah, pesta