D. Komodifikasi Upacara Religi Saraswati
1. Latar Belakang Komodifikasi Upacara Religi Saraswati
Dimulai sejak tampuk kepemimpinan berada di pundak Bupati Hj. Rina Iriani Sri Ratnaningsih, S.Pd. M.Hum. Dalam hal ini tidak dapat
diabaikan peran besar Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar yang begitu gigih mencetuskan ide-ide baru disertai tindakan-tindakan nyata.
Cetusan ide untuk mencanangkan sebuah konsep pengembangan kepariwisataan yang diberi label ”Pariwisata Spiritual” Chaya,2008:3.
Hal itu didukung juga oleh potensi Karanganyar yang sarat dengan nuansa kehidupan di bawah naungan ritus religiositas sekitar Gunung Lawu.
Berdasar penelusuran sejarah, dapat diketahui bahwa Candi Ceto merupakan peninggalan agama Hindu yang mempunyai usia lebih tua dari
candi-candi Hindu lainnya, bahkan lebih tua pula dari candi-candi yang ada di Bali. Candi Ceto juga mempunyai nilai sakral bagi masyarakat
Hindu. Menurut keyakinan masyarakat Bali, Candi Ceto di Karanganyar merupakan petilasan dan candi tertua peninggalan umat Hindu. Beberapa
tahun setelah dibangun Candi Ceto sekitar tahun 1437 M di Karanganyar, sebagian umat Hindu dari kerajaan Majapahit berpindah ke Bali. Sebagian
besar dari mereka berasal dari Karanganyar Suara Merdeka, 2005. Berdasarkan sejarah keberadaan Candi Ceto tersebut, Bupati
Karanganyar, Hj. Rina Iriani Sri Ratnaningsih, S.pd. M. Hum. mengkomunikasikan keberadaan Candi Ceto kepada Bupati Gianyar, Anak
Agung Gde Agung Baratha S.H. Selain dikarenakan oleh nilai sejarah
tersebut, juga dikarenakan oleh kesadaran dari Pemerintah Kabupaten Karanganyar atas keterbatasan sumber daya yang dimiliki mendorong
Pemerintah Kabupaten
Karanganyar untuk
belajar bagaimana
pengembangan pariwisata yang lebih baik kepada Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali yang jauh lebih maju sektor pariwisatanya.
Tanggal 29 Mei 2004 awal kerjasama antara dua kabupaten terjalin. Pertemuan antara Pemerintah Kabupaten Karanganyar dan Gianyar telah
dilakukan dan agenda kerjasama telah tercipta. Beberapa agenda kerjasama diantaranya pembukaan rute penerbangan Solo-Bali yang
diharapkan dapat mempermudah kunjungan wisatawan ke Karanganyar maupun Gianyar pada khususnya, serta pembukaan even-even kesenian
dan atraksi rohani di Candi Ceto. Selanjutnya dimulailah action yang dimotori terutama oleh pihak
Dinas Pariwisata dengan gebrakan yang cukup spektakuler, yakni diboyongnya patung suci Dewi Saraswati sebagai simbol Dewi Ilmu
Pengetahuan dari Bali sebagai wujud tali asih Bupati Gianyar dan selajutnya ditempatkan di Kawasan Candi Ceto. Sumbangan berupa
patung Dewi Saraswati yang terbuat dari batu setinggi 2,5 meter tersebut diharapkan gairah pariwisata di Karanganyar meningkat. Serah terima
ditandai dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Patung Dewi Saraswati dari Bupati Gianyar Propinsi Bali kepada Bupati Karanganyar
Jawa Tengah.
Peletakan patung Dewi Saraswati itu diikuti beberapa acara dan prosesi. Awalnya pada tanggal 27 Mei 2004 diadakan prosesi di Pendapa
Rumah Dinas Bupati Karanganyar kemudian dilanjutkan perarakan ke Candi Sukuh. Tanggal 28 Mei 2004 dilakukan serah terima patung secara
formal. Kedua belah pihak mengadakan penandatanganan Kesepakatan Bersama Bupati Karanganyar Propinsi Jawa Tengah dengan Bupati
Gianyar Propinsi Bali tentang Kerjasama Bidang Pariwisata. Acara diselenggarakan di Candi Sukuh Karanganyar. Kesepakatan Bersama atau
MoU Mutual of Understanding ditandatangani oleh Bupati Karanganyar, Hj. Rina Iriani Sri Ratnaningsih, SPd. M.Hum. selaku pihak pertama dan
pihak kedua oleh Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Agung Bharata, SH. Berdasarkan isi dalam MoU bahwa kerjasama kedua belah pihak
merupakan kerjasama bidang Pariwisata yang bertujuan untuk mengembangkan
Pariwisata kedua
daerah guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka Kebijakan Kepariwisataan
Nasional. Kerjasama meliputi aspek-aspek: a. Pengembangan objek, daya tarik wisata dan seni budaya.
b. Pengembangan sarana wisata c. Pengembangan promosi wisata
Dengan keberadaan Patung Dewi Saraswati tersebut menandai dibukanya Objek Wisata baru yaitu Puri Taman Saraswati yang berbasis
masyarakat, lingkungan, religi dengan atraksi, meliputi: a. Keindahan alam di Kawasan Puri Taman Saraswati.
b. Kegiatan Peringatan Hari Saraswati setiap hari Sabtu Legi Saniscara Umanis wuku Watu Gunung. Hari Saraswati dirayakan sebagai
Pawedalan Hyang Aji Saraswati, hari turunnya Ilmu Pengetahuan. c. Keindahan Patung Dewi Saraswati yang dalam Pengarcaan
Ikonografi digambarkan sebagai Dewi cantik, berkulit putih bersih dengan perilaku yang lemah lembut.
Dapat disimpulkan kerjasama antara Kabupaten Karanganyar dengan Kabupaten Gianyar, Bali di bidang pariwisata yang didasari dari sejarah
keberadaan Candi Ceto dan kesadaran untuk kerjasama di bidang pariwisata telah membuahkan hasil berupa pengembangan objek wisata
baru kawasan wisata komplek Candi Ceto yaitu munculnya Puri Taman Saraswati. Pada saat itulah komodifikasi upacara religi Saraswati dalam
kemasan pariwisata bermula.
2. Komunikasi Pemasaran dalam Pengembangan Candi Ceto