Bentuk dan Struktur Fisik Puisi
Jadi, dengan imaji pada puisi akan mebuat pembaca seakan- akan melihat, mendengar, mencium dan merasakan apa yang
dirasakan oleh penulis .
4 Kata Kongkret
Kata konkret berhibungan erat dengan imaji. Kata konkreat adalah kata-kata yang diungkapkan dengan indera. Dengan kata
Konkret akan memungkinkan imaji muncul.
IKAN
aku lihat ikan di akuaruim tidak pernah tidur
lalu bagaimana ia menghitung hari dan kematian barangkali memang tidak perlu dihiraukan
Karena ia selalu berzikir dengan mata dan siripnya
Pada puisi di atas, kata konkret ditunjukan oleh kata ikan, akuarium, mata, dan sirip. Kata konkret berhubungan dengan kata
kiasan atau lambang. Jadi, kata kongkret sangat erat dengan imaji karena kata
kongkret dapat diungkapan dengan imaji. Kata kongkret dalam puisi berfungsi untuk menimbulkan imaji pada pembaca.
5 Bahasa Figuratif Majas
Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Sudjito
dalam Siswanto : Bahasa figurative menyebabkan puisi menjadi prismatik, artinya memancarkan banak makna atau kaya akan
makna. Waluyo dalam Siswanto : Perrine menyatakan bahasa riguratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang
dimaksud penyair karena
1 bahasa figuratif mampu
menghasilkan kesenangan imajinatif, 2 bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga
yang abstrak jadi konkret san menjadikan puisi lebih lebih nikmat dibaca, 3 bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas
perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, 4 bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan
makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa singkat.
Terdapat bermacam-macam bahasa kiasanmajas di dalam puisi.
Namun ada
beberapa bahsa
kiasanmajas yang
pemakaiannya lebih dominan, yaitu: perbandingan simile, metafora, personifikasi, metonimi, sinekdot, hiperbola, alegori.
a Metafora
Pada dasarya adalah sebuah kata atau ungkapan yang maknannya bersifat kiasan, dan bukan harfiah karena ia
berfungsi menjelaskan sebuah konsep. Dengan demikian, demikian konsep tersebut lebih mudah dimengerti, dan
efeknya pun menjadi lebih kuat. Contohnya menggunkan ungkapan : “Dewi bulan” untuk
melukiskan seorang kasih yang cantik. b
Perbandingan simile Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain namun
yang masih memiliki kesamaan-kesamaan tertentu. Contohnya dengan kata-kata : senyumnya semanis gula atau
nusantara c
Personifikasi Gaya bahasa yang cukup popular dalam puisi. Dengan gaya
bahasa ini, benda-benda mati seolah-olah bernyawa. Contohnya : Aku adalah sepotong kayu yang berlumut dan
ditumbuhi bunga. d
Metonimi
Memiliki hubungan kedekatan dengan hal yang diwakilinya. Contoh : aku sedang membaca Rendra, maksudnya penutur
tidak membaca Rendra sebagi orang, melainkan karya-karya tulis Rendra.
e Sinekdok merupakan bahasa kiasan yang mengungkapkan
sebagian untuk
menunjuk keseluruhan
objek atau
mengungkapkan keseluruhan untuk menunjuk sebagian objek.
f Hiperbola adalah sejenis majas yang mengandung
pernyataan-pernyataan yang
berlebihan jumlahnya,
ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat,
meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
40
Jadi, penggunaan bahasa figuratif pada puisi sangat penting karena dapat memperindah, memperkaya makna dan memberi
variasi pada puisi.
6 Verfikasi Rima, Ritme, dam Metrum
a. Rima
Rima adalah persaaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi.
b. Ritma
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi.
c. Metrum
Metrum merupakan tinggi-rendah, panjang-pendek, keras- lemahnya bunyi. Ritma lebih menonjol bila puisi itu
dibacakan. Adahal yang menyamakan ritma dengan metrum. Dalam deklamasi, biasanya puisi diberi „ pada suku kata
40
Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra, Magelang: Indonesia Tera, 2006, h39-41.
bertekanan keras, dan u diatas suku kata yang bertakan lemah.
41
Jadi manfaat rima, ritma dan mertum dalam puisi yaitu untuk memberikan fariasi pada puisi terutama pada bunyi,
sehingga dapat dibacakan dengan nada atau bunyi yang akan menjadikan puisi lebih menyenangkan saat dibacakan.
7 Struktur Batin Puisi
Waluyo berpendapat, Bahwa puisi dibangun oleh dua unsur pokok yakni struktur batin dan struktur fisik puisi.
Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya bait-bait puisi itu
membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana, sedangkan struktur fisik puisi adalah medium
pengungkap struktur batin puisi. Baris-baris puisi dibedakan dari baris prosa karena setiap baris puisi menunjukan adannya
enjambemen yakni, kesenyapan yang menunjukkan bahwa setiap baris puisi mengungkapan kesatuan makna yang belum tentu harus
menjadi bagian dari kesatuan makna baris berikutnya. Struktur batin puisi terdiri atas : tema, nada, perasaan, dan amanat.
Keempatnya merupakan jiwa puisi yang padu.
42
Sedangkan LA. Richards dalam Siswanto: struktur batin puisi dengan istilah hakikat puisi. Dalam buku ini sengaja tidak
digunakan istilah hakikat puisi meskipun isi yang dimaksud dalam istilah itu sama karena hakikat puisi tidak hanya ditentukan oleh
isi puisi seperti yang dimaksud oleh I.A Richards, tetapi juga ditentukan oleh bentuk dan struktur fisik puisi, serta oleh maksud
dan tanggapan pembaca seperti yang sudah diterangkan ditas.
41
Ibid, h. 42-43.
42
Herman J.Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, Jakarta: Erlangga,1991.h.27-34.
I.A Richards berpendapat bahwa struktur batin puisi terdiri atas empat unsur : 1 tema;makna sense, 2 rasa
feeling, 3 nada tone, dan 4 amanat; tujuan; maksud intention.
1. Tema atau Makna
Media puisi adalah bahasa. Salah satu tataran dalam bahasa adalah hubungan tanda dengan makna yang dipelajari dalam
semantik. Bahasa berhubungan dengan makna maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan. Puisi konvensional tiap kata-baris, bait, sampai keseluruhan puisi mempunyai makna, tetapi mulai
berkurang pada puisi modernkontenporer. Bahkan Sutardji Calzoum Bachri menghilangkan dan membebaskan kata dari
makna. Meskipun demikian, puisi-puisi Sutardji mempunyai satu gagasan pokok. Gagasasan pokok yang ingin
disampaikan oleh pengarang atau yang terdapat dalam puisi inilah yang di sebut tema. Meskipun bahasa yang digunakan
berbeda,tema dalam “Padamu Jua” Amir Hamzah dan “Doa” Chairil Anwarsama, yakni kembali ke Tuhan.
2. Rasa
Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap tokok permasalahan yang terdapat pada puisinya. Pengungkapan
tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis, serta pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan
penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung kepada wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk
oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. Seorang pelukis yang besar tidak hanya pandai dalam menggoreskan
pena, tetapi dia pandai menyampaika objek lukisnya sehingga tampak hidup, bukan semata-mata barang kerajinan. Toto
Sudarto Bachtiar dalam “Gadis Peminta-minta”, menyikapi pengemis kecil dengan netral, tidak membenci dan tidak pula
dengan rasa belas kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan pengemis kecil dalam dunianya
sendiri, bukan merupakan dunia yang penuh penderitaan seperti yang disangka orang.
3. Nada
Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair
yang dalam menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca. Dalam puisi “Jalan Segara”, sikap Taufiq Ismail terhadap
penguasa sinis. Dalam puisi “Nyanyian Angsa”, Rendra
seakan mengajak pembaca untuk melihat perlakuan masyarakat, dokter, dan pastor terhadap pelacur.
4. Amanat atau Tujuan
Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum
penyair itu menciptakan puisi maupun dapat ditemui dalam puisinya. Dorongan sebelum dia menciptakan puisi mungkin
berupa 1 dorongan untuk memuaskan nafsu seksual yang terhambat ada kemungkinan, yang masih harus dibuktikan,
puisi-puisi porno merupakan indikasi adanya dorongan ini, 2 dorongan makna untuk mencari uang, 3 dorongan
keamanan diri misalnya mengarang puisi yang realism sosialis kerena takut terhadap PKI, 4 dorongan
berkomunikasi, 5 dorongan untuk mengaktualisasikan diri, dan 6 dorongan untuk berbakti baik kepada Tujhan maupun
kepada manusia. Misalanya puisi “Doa” Chairil Anwar apalagi ada subjudul kepada Pemeluk Tegus.
43
Jadi, struktur batin puisi ditentukan dari tema atau makna, rasa, nada, dan
amat atau tujuan pencipta puisi. Endah Tri Priyatni menambahkan , dalam struktur batin
puisi terdapat judul. Setiap puisi memiliki judul. Ini berarti bahwa judul adalah unsur esensial puisi. Judul pelengkap puisi
karena dari judul inilah secara eksplisit akan mengetahui isi dari puisi dan mengekspresikan atau menyuarakan suatu hal.
Judul puisi yang baik adalah judul yang bisa menggambarkan keseluruhan isi puisi. Ini berarti judul dan isi memiliki
kesatuan atau keutuhan makna.
44
Jadi dalam membuat sebuah puisi, judul harus sesuai dengan isi karena judul dan isi dalam
puisi memiliki satu kesatuan yang utuh.