Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan
menjadi tiga yaitu gambar, garis line graphic dan simbol yang merupakan kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan
indera penglihatan. Di samping itu, Bretz juga membedakan antara media siar telecommunication dan media rekam recording
sehingga terdapat 8 klasifikasi media: 1 media audio visual gerak, 2 media audio visual diam, 3 media audio visual semi-gerak, 4
media visual gerak, 5 media visual diam, 6 media semi-gerak, 7 media audio 8 media cetak.
18
Jadi klasifikasi media yaitu, media audio hanya melibatkan indera pendengaran, media visual yaitu hanya melibatkan indera
penglihatan, media audio visual yaitu melibatkan indera pendengaran dan penglihatan dalam satu proses, dan multimedia
memberikan secara langsung.
7. Audio Visual terhadap Media Pembelajaran
a. Perkembangan video
Video adalah teknologi memproses sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara. Piranti yang berkaitan dengan video
adalah play back, storage media seperti pita magnetic dan disc, dan monitor. Pembahasan tentang play back dan strorage media
terintegrasi pada subbab ini. Pada 1951, Alexander M. poniatoff 1892-1980, pendiri Ampex Corporation yang berkantor di
California, mulai berusaha untuk mengembangkan mesin praktis untuk perekam pita video dengan Charles Ginsberg, Charles
Anderson, dan seorang mahasiswa muda bernama Ray Dolby lahir
1933, yang ditahun 1967 menemukan sistem Dolby untuk
mengurangi kebisingan dalam perekam magnetik. Setelah melalui berbagi perbaikan dan perkembangan, akhirnya perusahaan video
18
Arief S.Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h.20.
di Jepang seperti Hitachi, JVC, Mutsushita, dan Sony, serta Philips di Belanda mengusai pasar dunia. Mereka menguasai video dalam
dua format yakni video tape recorder VTR dan video cassettle recorder VCR. VTR mempunyai banyak tipe, di antarannya
adalah tipe 2 inci, 1inci, ½ inci.
19
b. Perkembangan Media Audio Visual
Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru teaching aids. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu
visual, misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar serta
mempertimbangkan daya serap dan retensi belajar siswa. Namun sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual
yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek disain, pengembangan
pembelajaran instruction
produksi dan
evaluasinya. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan dengan
alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids AVA.
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat
bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang
sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media. Teori ini sangat penting dalam penggunaan
media untuk kegiatan program-program pembelajaran. Sayang sampai saat itu pengaruhnya masih terbatas pada pemilihan media
saja. Faktor siswa yang menjadi komponen utama dalam proses belajar belum mendapat perhatian.
20
19
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada, 2012, h.127.
20
Arief S.Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h.8-9.