2. Perumusan konsep jasa
Dilakukan upaya-upaya untuk menanamkan dalam pikiran konsumen, karyawan, pemegang saham ekspektasi, dan persepsi jasa itu sendiri.
Untuk mengintegrasikan pasar sasaran dan konsep jasa, perusahaan jasa harus memposisikan dirinya sendiri dalam lingkungan kompetitif dari
pasar yang dipilih.
3. Strategi operasi
Dalam mengembangkan strategi operasi tidak mengabaikan peran operasi, keuangan, pemasaran serta kualitas dan biaya dari jasa tersebut. Untuk
mengintegrasikan konsep jasa dengan strategi operasi, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mempersempit perbedaan-perbedaan antara
nilai dengan manfaat yang dipersepsikan dengan biaya jasanya.
4. Sistem penyajian jasa
Untuk membangun sistem penyajian jasa perlu memperjelas peran karyawankonsumen dengan teknologi. Agar jasa dapat disampaikan
dengan cara yang efektif, desain jasa dan strategi operasinya harus konsisten dengan sistem penyajian jasanya.
Menurut Pine II dan Gilmore 1999 terdapat 4empat tingkatan dalam ilmu pemasaran Economic value yakni commodities, goods, service dan experience yang
masing-masing tingkatan memiliki arti dan pengaruh masing-masing yang berkaitan dengan kepuasan konsumen.
a. Commodities
Universitas Sumatera Utara
Komoditi atau komoditas merupakan bahan material yang diambil secara langsung dari alam misalnya flora, fauna, air, udara, tanah serta mineral.
Pada umumnya, komoditi diproses lebih lanjut sehingga diperoleh suatu karakteristik tertentu dan lebih bermanfaat dan mempunyai nilai jual jika
dilakukan pengolahan lebih lanjut.
b. Goods
Goods merupakan komoditi sebagai bahan mentahnya atau merupakan barang setengah jadi dan siap dijual. Harga goods itu sendiri ditentukan
berdasarkan pada biaya produksi.
c. Service
Service lebih dikenal dengan jasa yang dipergunakan untuk memenuhi keinginan konsumen. Konsumen pada umumnya menilai manfaat dari
service adalah lebih tinggi dari yang konsumen ekspektasikan atau harapkan kepuasan.
d. Experience
Experience adalah suatu kejadian yang terjadi apabila badan usaha dengan sengaja menggunakan services sebagai prasarana dan goods menjadi
penyangga untuk dapat menarik hati atau minat konsumen secara individual dan emosi. Badan usaha berusaha mengikat pengalaman
disekeliling goods maupun services yang ada untuk dapat menarik konsumen lebih banyak. Konsumen secara umum menilai pengalaman
berdasarkan pada ingatan atas kejadian yang menarik hati.
2.1.3 Pengertian Experiential Marketing
Universitas Sumatera Utara
Experiential Marketing berasal dari 2dua kata yaitu Experiential dan Marketing. Sedangkan Experiential berasal dari kata experience yang berarti sebuah
pengalaman. Definisi experience menurut Schmitt 1999 : 60 :”Experience are private events that occur in response to some stimulation” yang berarti pengalaman
merupakan peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi dikarenakan adanya stimulus tertentu.
Pine II dan Gilmore 1999 : 12 berpendapat bahwa “Experience are event that engage individuals in a personal way” yang berarti pengalaman adalah suatu
kejadian yang terjadi dan mengikat pada setiap individu secara personal. Menurut Kotler 2003:5 :”Marketing is typically seen as the task of crediting,
promoting and delivering goods and services to consumers and businesses”, artinya marketing adalah suatu aktivitas bertypikal sebagai tugas untuk berekreasi atau
menciptakan, berpromosi dan menjembatani antara barang dan jasa kepada konsumen dan bisnis. Dapat dikatakan bahwa pengertian Experiential Marketing adalah suatu
aktivitas untuk melakukan antisipasi, pengolahan dan pencapaian kepuasan konsumen melalui proses pertukaran yang merupakan peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi
sebagai tanggapan atau beberapa stimulus.
2.1.4 Karakteristik Experiential Marketing
Schmitt 1999: 12 membagi Experiential Marketing menjadi empat kunci karakteristik antara lain:
a. Fokus pada pengalaman konsumen
Universitas Sumatera Utara
Suatu pengalaman terjadi sebagai pertemuan, menjalani atau melewati situasi tertentu yang memberikan nilai-ilai indrawi, emosional, kognitif, perilaku dan
relasional yang menggantikan nilai-nilai fungsional. Dengan adanya pengalaman tersebut dapat menghubungkan badan usaha beserta produknya
dengan gaya hidup konsumen yang mendorong terjadinya pembelian pribadi dan dalam lingkup usahanya.
b. Menguji situasi konsumen
Berdasarkan pengalaman yang telah ada konsumen tidak hanya menginginkan suatu produk dilihat dari keseluruhan situasi pada saat mengkonsumsi produk
tersebut tetapi juga dari pengalaman yang didapatkan pada saat mengkonsumsi produk tersebut.
c. Mengenali aspek rasional dan emosional sebagai pemicu dari konsumsi
Dalam Experiential Marketing, konsumen bukan hanya dilihat dari sisi rasional saja melainkan juga dari sisi emosional. Jangan memperlakukan
konsumen hanya sebagai pembuat keputusan yang rasional tetapi konsumen lebih menginginkan untuk dihibur, dirangsang serta dipengaruhi secara
emosional dan ditantang secara kreatif.
d. Metode dan perangkat bersifat elektik