Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data melalui buku, jurnal, internet yang menjadi bahan referensi pendukung bagi peneliti.
3.8 Prosedur Pengumpulan Data
3.8.1 Pra-Depth Interview
Peneliti memulai depth interview dengan menggunakan langkah-langkah seperti yang disarankan oleh Mulyana 2003:82
,yaitu: 1.
Menemukan subjek penelitian Untuk menemukan orang yang akan dijadikan subjek penelitian,
peneliti harus terjun ke lapangan untuk menemukan orang yang layak untuk diwawancara. Sejalan dengan proses ini, peneliti dapat
meminta rujukan mengenai siapa lagi orang yang mempunyai pengalaman atau karakteristik serupa.
2. Menentukan jumlah responden
Dalam metode depth interview tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus diwawancarai. Sebagai aturan
umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh.
3. Variasi responden
Pertimbangan dalam pemilihan sampel ini adalah bahwa sampel sebaiknya bervariasi, dilihat dari ciri demografisnya, sehingga hasil
penelitian tidak menyimpang karena faktor-faktor sosio-ekonomi, gender, atau kepribadian yang tidak relevan, akan diperkaya oleh
orang-orang yang berlainan dalam ciri-ciri tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.8.2. Pada Saat Depth Interview
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti saat melakukan depth interview, yaitu :
1. Memulai wawancara
Wawancara dimulai dengan basa-basi ketimuran, namun tetap proporsional dan secukupnya, apalagi bila responden adalah orang
penting dan hanya memiliki waktu yang terbatas. 2.
Mengajukan pertanyaan a.
Untuk memperoleh data secermat mungkin, digunakan tape recorder. Namun, sebelum menggunakan tape recorder,
terlebih dahulu meminta izin kepada responden. Hal ini mungkin terjadi adalah responden menjadi gugup ketika
menyadari jawabannya direkam, namun biasanya hal ini tidak berlangsung lama, dan kegugupan itu mencair seiring dengan
jalannya wawancara. Keuntungan peneliti bila menggunakan tape recorder adalah 1 peneliti dapat lebih berkonsentrasi
penuh terhadap informasi yang diberikan responden karena tidak harus mencatat ataupun menulis seluruh informasi yang
terucap, dan 2 data menjadi lebih lengkap dan akurat b.
Pertanyaan dalam depth interview cenderung dimulai dengan kata tanya bersifat terbuka, seperti ‘bagaimana’, ‘apakah’, dan
‘mengapa’. c.
Peneliti harus dapat membawa wawancara ini menjadi sebuah ‘percakapan informal’, sehingga peneliti dapat menggali apa
yang responden rasakan dan pikirkan. Bahasa yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
adalah bahasa yang akrab dan informal. Pertanyaan bahkan dapat diajukan dalam bahasa daerah, bila diyakini responden
akan bersikap lebih terbuka 3.
Pedoman penyelenggaraan wawancara Beberapa pedoman yang perlu diketahui dalam menyelenggarakan
wawancara, yaitu: a.
Penyusunan isi wawancara yang efektif, dengan berusaha menempatkan pesan utama pada awal pembicaraan.
b. Sikap dan ekspresi vokal yang tepat.
c. Saling membuka diri.
d. Sesuaikan penggunaan alat peraga dengan kondisi saat
wawancara. e.
Memperhitungkan kepentingan dan perspektif penelitian. 4.
Mengakhiri depth interview a.
Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi seperti tempat dan tanggal lahir, usia, riwayat pendidikan, penghasilan, dan
sebagainya diajukan pada akhir wawancara. Hal ini berkebalikan dengan pertanyaan dalam survei yang umumnya
menempatkan pertanyaan-pertanyaan pribadi ini diawal wawancara. Tujuan teknik ini adalah menghindarkan responden
dari keharusan memberikan jawaban yang bersifat pribadi, yang mungkin membuatnya malu atau tersinggung sehingga
mempengaruhi jawaban atas pertanyaan berikutnya, atau bahkan secara mendadak dan sepihak membatalkan
wawancara.
Universitas Sumatera Utara
b. Pada akhir wawancara, peneliti sebaiknya meminta alamat,
nomor telepon, ataupun email responden. Tujuannya adalah agar memudahkan peneliti untuk menghubungi responden bila
membutuhkan data tambahan.
3.8.3. Pasca Depth Interview