Optimalisasi Peran dan Langkah Kebijakan Indonesia Dalam Menghadapi Perjanjian Perdagangan Bebas ACFTA Yang Diikuti

E. Optimalisasi Peran dan Langkah Kebijakan Indonesia Dalam Menghadapi Perjanjian Perdagangan Bebas ACFTA Yang Diikuti

  Negara-negara lain telah mempersiapkan diri dalam menghadapi Perjanjian Perdagangan Bebas ACFTA, setidaknya lima tahun. Thailand, misalnya, menjalankan suatu kebijakan dual track economy, yakni insentif untuk mendorong investasi dan industrialisasi terutama untuk perusahaan multinasional, secara simultan dengan pemberian insentif untuk produk lokal unggulan dalam rangka menggenjot daya saing produk domestik. Sementara negara seperti Singapura mengambil langkah kebijakan teknologi inovatif, yakni memperkuat keunggulan kompetitif agar tidak disaingi oleh produk China. Saat ini mereka tinggal memetik keuntungan dari ACFTA.

  Malaysia menyiapkan kebijakan manufaktur teknologi tinggi dalam rangka menyiapkan daya saing produk domestik sekaligus menggenjot industri jasa, khususnya pariwisata. Malaysia menyadari, tanpa persiapan, mustahil mampu bersaing dengan China yang secara ekonomi mampu memproduksi barang murah. pemberlakuan ACFTA juga membuat produk China membanjiri Malaysia. Namun, Negeri Jiran ini memiliki beberapa

  339 Wawancara dengan staf BKPM, 20 Agustus 2012

  trik menangkis serangan itu. Lembaga setara Kamar Dagang dan Industri (Kadin), yakni Dewan Perniagaan Melayu Malaysia Negeri Selangor menyatakan, pemerintah Malaysia tetap melindungi beberapa produk lokal, khususnya pada produk yang belum mampu bersaing. Sebab, bagaimana pun, perdagangan bebas tak bisa dihindari. Di Malaysia setengah produknya dilindungi," kata Ketua Dewan Perniagaan Melayu Mohammad Said Mat Saman di Jakarta. "Meski perdagangan bebas, bukan berarti semua barang bebas dan terbuka." Dia mencontohkan dalam industri pakaian batik. Produk batik Kelantan yang baru mulai dirintis masih dilindungi pemerintah. Di Kelantan, pengusaha-pengusaha batik masih tergolong kecil. "Masih jauh jika dibandingkan dengan produk Indonesia," katanya. Menurut dia, bila pemerintah Malaysia tak melindungi, usaha kecil di Kelantan akan habis dan gulung tikar. "Meski harganya tinggi, pemerintah memberi kelebihan [insentif] kepada rakyatnya Bagaimana dengan Indonesia? Memang pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan daya saing usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) melalui kebijakan pelaksanaan UU Nomor

  20 Tahun 2008 lewat peningkatan akses pembiayaan dan pembinaan manajemen UMKM. Pemerintah menyatakan ekspor naik. Namun, jika dicermati, ekspor tetap bertumpu pada bahan mentah, seperti minyak bumi dan hasil tambang. Hal ini tentu sangat naif karena ekspor bahan mentah bergantung pada pertumbuhan ekonomi negara pembeli.

  Perdebatan masalah soal keadilan dan persamaan telah banyak dibahas oleh para filosof, hal ini terkait dengan nilai-nilai dasar (foundational values) yang melandasi teori- teori keadilan, seperti teori Rawls yang dikenal dalam buku A Theory of Justice, dan dikritisi oleh Kymlicka (2004). Perdagangan bebas dalam pandangan Rawls (Theory of Justice) harus berdasarkan pada landasan fairness (kesetaraan), yaitu memberikan keuntungan terbesar bagi yang paling tidak diuntungkan dan membuka kesempatan yang fair. Kaitannya dengan perdagangan, dalam bentuk apapun memang ada kelompok besar dan kecil yang terlibat.

  Ketika keduanya bersatu harus berdasarkan prinsip kesetaraan tanpa harus menghilangkan perbedaan tersebut.

  Kesetaraan jelas berbeda dengan kesamaan, keseteraan mentolerir perbedaan di dalamnya karena tidak bisa semuanya menjadi sama, akan tetapi kesamaan (identik) merupakan jargon pemikiran Marx yang tidak mentolerir adanya perbedaan. Persamaan kedudukan yang tercantum dalam Undang-undang Perjanjian Internasional tidak dijelaskan maksudnya dalam penjelasan undang-undang tersebut. Pasti bukan ke arah konsep kesamaan karena Indonesia bukan negara penganut Marxisme, akan tetapi pada kesetaraan. Kaitannya dengan perdagangan Indonesia dan China, memang terdapat perbedaan, produk China terkenal dengan harganya yang murah dan relatif bagus sehingga dapat bersaing dengan produk lokal. Namun, harga saja bukan faktor krusial yang menentukan konsumen untuk membeli. Konsumen juga memperhatikan kualitas, purna jual, pelayanan, dan faktor-faktor lain. Seperti dikemukakan oleh Kotler (2005), pakar pemasaran internasional, bahwa keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh 4P (ProductProduk, PriceHarga, PlaceDistribusi, PromotionPromosi), sehingga perbedaan-perbedaan tersebut jangan dihilangkan, biarkan konsumen yang menentukan.

  Prinsip saling menguntungkan dalam AC-FTA dibantah dengan argumentasi bahwa Indonesia banyak dirugikan daripada diuntungkan dengan perjanjian perdagangan tersebut. Harus ada standar yang jelas ketika melakukan justifikasi keuntungan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Alasan utama yang sering didengungkan adalah AC-FTA banyak menumbangkan industri nasional. Jangan menutup mata bahwa AC-FTA juga memberikan peluang untuk melakukan ekspansi pasar yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia, seperti produk-produk pertanian, perkebunan, pertambangan, tekstil, industri kreatif, jasa dan sebagainya. Permasalahannya bukan di AC-FTA-nya tetapi sesungguhnya pada kekuatan daya saing industri nasional yang lebih rendah dengan industri China. Hal ini harus didekati Prinsip saling menguntungkan dalam AC-FTA dibantah dengan argumentasi bahwa Indonesia banyak dirugikan daripada diuntungkan dengan perjanjian perdagangan tersebut. Harus ada standar yang jelas ketika melakukan justifikasi keuntungan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Alasan utama yang sering didengungkan adalah AC-FTA banyak menumbangkan industri nasional. Jangan menutup mata bahwa AC-FTA juga memberikan peluang untuk melakukan ekspansi pasar yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia, seperti produk-produk pertanian, perkebunan, pertambangan, tekstil, industri kreatif, jasa dan sebagainya. Permasalahannya bukan di AC-FTA-nya tetapi sesungguhnya pada kekuatan daya saing industri nasional yang lebih rendah dengan industri China. Hal ini harus didekati

  Tantangan dalam bisnis biasa terjadi, di saat Amerika mengalami krisis global, perusahaan besar seperti Signicast, Microsoft, AOL, Barnes Noble, Amazon, dan perusahaan-perusahaan besar lainnya mengalami perubahan strategis dan kultural yang membuat mereka harus menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Berdasarkan hasil sebuah penelitian, bahwa keberhasilan mereka adalah memberikan kepercayaan dan membina optimisme di antara karyawan-karyawannya. Hal ini yang harus diadopsi dalam menyikapi AC-FTA bagi masyarakat Indonesia, bukan pesimisme yang ditanamkan tetapi rasa optimisme selain tentunya melakukan berbagai perbaikan seperti telah disebutkan

  sebelumnya. 340

  340 Diunduh dari http:k45m4n-m45yitha.blogspot.com201201acfta-dan-indonesia.html