Kebutuhan Terhadap Perjanjian Perdagangan Bebas yang Adil dan Perwujudan

1. Kebutuhan Terhadap Perjanjian Perdagangan Bebas yang Adil dan Perwujudan

  Fair Trade bagi di Masa Mendatang

  Konsep Perdagangan yang berkeadilan (fair trade) yang dilaksanakan dengan mengembangkan konsep keadilan dari John Rawls timbul pada tahun 1940 sebagai gerakan

  sosial di beberapa negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Austria. 127 Gerakan ini bertujuan untuk menolong produsen kecil (petani, perajin dan buruh) di negara-negara miskin atau

  Dunia Ketiga supaya mereka dapat terlepas dari jeratan kemiskinan dan mempertahankan keberlanjutan kehidupan mereka melalui sebuah kemitraan perdagangan yang didasarkan pada dialog, transparansi dan respek (baik produsen maupun konsumen). Fair trade bertujuan untuk perbaikan penghidupan produsen melalui hubungan dagang yang sejajar, mempromosikan peluang usaha dan kesempatan bagi produsen lemah atau termarjinalisir meningkatkan kesadaran konsumen melalui kampanye fair trade, mempromosikan model kemitraan dalam perdagangan yang adil, mengkampanyekan perubahan dalam perdagangan konvensional yang tidak adil, melindungi hak asasi, pendidikan konsumen dan melakukan

  Frank Steindl. Understanding Economic Recovery in the 1930s. Ann Arbor: University of Michigan Press, 2004; Paul Pierson, The New Politics of the Welfare State. New York: Oxford University Press, 2001, hlm 18.

  advokasi bagi terciptanya kondisi yang lebih baik, khususnya yang berpihak kepada produsen kecil sehingga mereka dapat berpartisipasi di pasar.

  Fair trade sebagai sebuah alternatif menawarkan kondisi perdagangan yang lebih baik bagi produsen kecil dan melindungi hak mereka yang selama ini terpinggirkan. Fair trade membantu produsen kecil untuk memperoleh kehidupan yang layak melalui peningkatan pendapatan, melindungi hak produsen kecil atas akses ke pasar, menyalurkan aspirasi dan pendapat mereka, tidak diskriminatif terhadap perempuan yang selama ini menjadi warga kelas dua dan korban langsung atas perdagangan yang tidak adil, juga melindungi lingkungan dari kerusakan karena minimnya penggunaan bahan-bahan kimiawi. Dengan mekanisme fair trade, konsumen bersedia menghargai jerih payah produsen yang selama ini tidak pernah diperhitungkan (pemeliharaan tanaman, mengusir burung, menjemur padi, didalam usaha pertanian padi) sebagai komponen biaya produksi dalam sistem perdagangan konvensional. Sebagai salah satu bentuk apresiasi konsumen atas jerih payah produsen, mereka tidak keberatan untuk membeli harga premium (yang meliputi biaya

  produksi ditambah biaya untuk reinvestasi) yang ditawarkan oleh produsen. 128

  Sebaliknya, produsen juga menghargai kepedulian dan kepercayaan yang diberikan oleh konsumen dengan selalu memberikan informasi sebenarnya mengenai produk mereka (kondisi, waktu panen, varietas) dan menjaga kualitaskuantitas produknya. Produsen juga melakukan pertemuan rutin untuk membahas dan mencari jalan keluar tentang masalah yang mereka hadapi, khususnya yang berkaitan dengan pola perdagangan yang adil. WTO diharapkan dapat membentuk suatu kemitraan perdagangan yang dilandaskan pada dialog, transparansi dan penghargaan yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan yang seimbang

  Sheila Foster, Rawls, Race and Reason. Fordham Law Review 72. hlm. 1715-9.; lihat juga John Rawls, ‘Lectures on the History of Moral Philosophy’, Cambridge, MA: Harvard University Press, hlm. 68.

  (bagi Dunia Ketiga) didalam perdagangan internasional. Prinsip John Rawls disini sering kali dikritik dan terdapat kelemahan.

  Kelemahan tersebut menjadi titik utama dari pengembangan teori distributive justice. Pada intinya, Garcia mencoba memaparkan keadilan perdagangan liberal, dimana ia menyebutkan bahwa hukum perdagangan internasional harus dirumuskan untuk melindungi

  kesetaraan moral seluruh individu yang terpengaruh olehnya. 129 Konsep keadilan perdagangan Garcia, harus beroperasi sedemikian rupa untuk kepentingan negara yang paling

  tidak diuntungkan. Hal terakhir yang disebutkan oleh Garcia sebagai faktor yang harus ada didalam perdagangan internasional yang adil adalah perdagangan internasional harus tidak mengorbankan hak asasi atau perlindungan yang efektif terhadap hak asasi