Dampak Terhadap Konsumen

2.Dampak Terhadap Konsumen

  a. Dampak Bagi Pasar Tradisional dan Koperasi UKM (KUKM)

  Mainan anak-anak berbendera China berharga miring semakin membanjiri pasar mainan di ibukota. Bahkan sejak diberlakukan ACFTA, harga mainan itu semakin murah sehingga produk lokal semakin terpinggirkan karena kalah bersaing. Dampak perdagangan Mainan anak-anak berbendera China berharga miring semakin membanjiri pasar mainan di ibukota. Bahkan sejak diberlakukan ACFTA, harga mainan itu semakin murah sehingga produk lokal semakin terpinggirkan karena kalah bersaing. Dampak perdagangan

  

  Melalui wawancara, Surya, 352 salah seorang pedagang mainan di Pasar Prumpung mengatakan produk mainan dari China semakin meningkat, bahkan hampir seluruh barang dagangannya berasal dari China. Awal tahun ini, barang-barang dari China semakin banyak yang masuk. Akibatnya, harga sejumlah mainan yang dipasarkan juga semakin menurun. Salah satunya, harga mobil remote control relatif menurun hingga 10 persen dari yang tadinya mencapai rata-rata Rp 95.000 sekarang bisa mencapai Rp 70.000 ataupun Rp 80.000. "Itu yang paling diminati. Apalagi kalau membeli dalam partai besar, harganya bisa tambah murah," ujar Surya, saat ditemui di Pasar Prumpung Produk-produk asing ini kebanyakan dibuat sesuai selera masyarakat Indonesia. Meski kualitas produk lokal tidak kalah, namun karena harga produk China lebih rendah, maka masyarakat pun lebih memilih mainan asal China. Selain mobil-mobilan, mainan lain yang yang diminati karena harganya murah adalah pistol-pistolan dan boneka.

  Penguatan posisi pasar tradisional menjadi kunci untuk memenangkan persaingan menghadapi ACFTA. Secara tradisional, peran pasar tradisional terhadap berkembangnya perekonomian, khususnya di tingkat lokal, tak bisa diabaikan. Dalam perspektif yang sangat sederhana, pasar tradisional bisa menjadi indikator bagi geliat perekonomian di suatu kawasan. Bila pasar tradisional sepi, perekonomian di kawasan tersebut sedang lesu. Sebaliknya, bila ramai, perekonomian di kawasan tersebut sedang menggeliat.

  Cara kedua, memproteksi masuknya pemilik modal berskala besar ke pasar tradisional. Tanpa adanya perlindungan pemerintah setempat, sulit rasanya menjamin kelangsungan usaha para pedagang pasar yang sejatinya merupakan tuan rumah di daerah itu. Proteksi terhadap pasar tradisional tidak bisa dilakukan dengan melarang secara total

  352 Wawancara penulis dengan Surya, pedagang mainan di pasar Prumpung

  keberadaan minimarket. Sebab, hal tersebut merupakan konsekuensi pasar bebas. Karena itu, pemerintah daerah (Pemda) perlu membuat regulasi lain. Misalnya, mengatur secara detail lokasi usaha. Cara lain, mewajibkan minimarket menyediakan outlet khusus bagi pemasaran produk industri kecil dan menengah (UKM) serta produk-produk pertanian dari daerah sekitar. Dengan demikian, pemda bisa melindungi kepentingan warganya dengan tetap menjaga iklim investasi yang bernapas ekonomi pasar bebas. Masalah yang paling dikhawatirkan adalah pengaruh ACFTA terhadap keberlangsungan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berkonsentrasi pada pasar dalam negeri. Tentu UKM tersebutlah yang paling parah terkena imbas dengan membanjirnya produk-produk China. jika KUKM tidak siap berkompetisi dalam pasar bebas ASEAN-China maka Indonesia akan dihadapkan pada risiko kerugian yang sangat besar. Konsentrasi penjualan produk China lebih banyak di pasar tradisional dengan segmentasi masyarakat menengah ke bawah dan berpendidikan rendah. Hal ini dikhawatirkan akan meningkatkan pangsa pasar barang China di Indonesia, sehingga harus dijadikan perhatian khusus oleh pemerintah.

  Teknologi tradisional KUMKN membuat biaya operasional tinggi dan hasilnya tidak mampu bersaing dengan negara kompetitor yang menawarkan harga lebih kompetitif. Pada beberapa sektor industri seperti kain tenun tradisional maupun kemasan beberapa produk makanan, sebaliknya China sebagai kompetitor paling diperhitungkan telah menerapkan teknologi canggih, karena itu komoditas dari China jadi barang favorit karena harganya murah, diperkirakan batik dari China juga saat ini sudah merambah pasar nasional dan mengancam produsen lokal.

  Di bidang pertanian produktivitas UMKM juga sangat rendah. Ketika negara ASEAN lain sudah mampu menghasilkan produksi gabah lebih dari 10 ton dari hasil panen 1 hektar, petani Indonesia masih menghasilkan panen rata-rata dibawah 10 ton. Hal inilah yang menyebabkan UMKM Indonesia sulit bersaing dengan asing. Rendahnya produktivitas ini Di bidang pertanian produktivitas UMKM juga sangat rendah. Ketika negara ASEAN lain sudah mampu menghasilkan produksi gabah lebih dari 10 ton dari hasil panen 1 hektar, petani Indonesia masih menghasilkan panen rata-rata dibawah 10 ton. Hal inilah yang menyebabkan UMKM Indonesia sulit bersaing dengan asing. Rendahnya produktivitas ini

  Kesimpulannya dampak ACFTA sangat terasa pada konsumen langsungpasar tradisional terutama pada produk bawang import, cabai import china yang mendominasi dibandingkan dengan produk bawang dan cabai lokal. Termasuk UMKM, komoditas dari China jadi barang favorit karena harganya murah.

  b.Dampak Terhadap Konsumen Langsung

  Seperti di Pasar Rumput-Jakarta Selatan dan Pasar Manggis-Jakarta Selatan. Sebagian ibu-ibu mengeluhkan biaya kebutuhan pokok yang semakin mahal, mereka mengatakan bahwa kini dipasar-pasar tradisional banyak dikuasai oleh cabai impor terutama cabai impor dari China yang membanjir. Harga Cabai Impor dari China lebih murah dari pada harga cabai lokal juga ikut turun sehingga petani mangalami kerugian potensial yang disebabkan oleh impor cabe tersebut. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam kurun waktu antara Januari sampai dengan Februari 2011, jumlah impor cabai segar mencapai 2.796 ton dengan nilai 2,49 juta dollar AS. Dibandingkan dengan laju impor tahun lalu, jumlah tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 lalu, impor cabai hanya sebanyak 1.852 ton senilai 1,45 juta dollar AS. Akibat derasnya arus impor cabai tersebut, harga cabai lokal pun terjerembab jatuh. kerugian potensial Petani cabai secara nasional, berdasarkan pusat data statistik bahwa pada tahun 2010 luas produksi Cabai nasional seluas 237,520 Ha, dengan jumlah produksi 1,332,356 Ton, maka secara nasional petani cabe Seperti di Pasar Rumput-Jakarta Selatan dan Pasar Manggis-Jakarta Selatan. Sebagian ibu-ibu mengeluhkan biaya kebutuhan pokok yang semakin mahal, mereka mengatakan bahwa kini dipasar-pasar tradisional banyak dikuasai oleh cabai impor terutama cabai impor dari China yang membanjir. Harga Cabai Impor dari China lebih murah dari pada harga cabai lokal juga ikut turun sehingga petani mangalami kerugian potensial yang disebabkan oleh impor cabe tersebut. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam kurun waktu antara Januari sampai dengan Februari 2011, jumlah impor cabai segar mencapai 2.796 ton dengan nilai 2,49 juta dollar AS. Dibandingkan dengan laju impor tahun lalu, jumlah tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 lalu, impor cabai hanya sebanyak 1.852 ton senilai 1,45 juta dollar AS. Akibat derasnya arus impor cabai tersebut, harga cabai lokal pun terjerembab jatuh. kerugian potensial Petani cabai secara nasional, berdasarkan pusat data statistik bahwa pada tahun 2010 luas produksi Cabai nasional seluas 237,520 Ha, dengan jumlah produksi 1,332,356 Ton, maka secara nasional petani cabe

  Selain itu pedagang di pasar rumput menyampaikan bahwa saat ini juga membanjir bawang impor, terutama bawang merah, sehingga mereka lebih banyak menjual bawang impor China karena harga lebih murah dan konsumen lebih suka, hal ini berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Pedagang bawang tersebut mengatakan sebenarnya yang paling dirugikan adalah petani dengan banyaknya bawang impor ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik konsumen maupun pedang dan petani yang kehilangan pendapatan merasakan dampak yang luar biasa dari ACFTA. Konsumen mendapat banyak pilihan.