Dalam hubungan konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana konselor mengembangkan hubungan konseling yang rapport akrab dan dengan
memanfaatkan komunikasi verbal dan non verbal. Rasa kebersamaan yang diciptakan konselor akan membuat jarak antara dia dengan klien menjadi dekat.
Keterlibatan klien dalam proses konseling ditentukan oleh faktor keterbukaan dirinya di hadapan konselor. Jika klien diliputi keengganan dan
resistensi, maka dia tidak akan jujur mengeluarkan perasaannya.
II.5 Konsep Diri
II.5.1 Pengertian Konsep
Diri Menurut Dayakisni 2003:65, konsep diri adalah keyakinan yang
dimiliki individu tentang atribut ciri-cirisifat. Sedangkan Rakhmat 1989:112 menyatakan konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita.
Pearson et.al. Tubbs,1996:42 berpendapat bahwa konsep diri adalah kesan yang relatif stabil mengenai diri sendiri, tidak hanya mencakup persepsi
mengenai karakteristik fisik, melainkan juga penilaian diri mengenai apa yang pernah dicapai, yang sedang dijalani, dan apa yang ingin dicapai. Konsep diri
tumbuh melalui umpan balik yang diterima dari orang-orang di sekitar kita. Konsep diri berkembang melalui hubungan dan interaksi dengan orang lain.
Menurut Carl R. Rogers, konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari
yang bukan aku.
Universitas Sumatera Utara
II.5.2 Teori Rogersteori diri Self Theory Teori Rogers atau teori diri adalah teori yang berpusat pada pribadi, yang
ditemukan oleh Carl Ransom Rogers. Teori ini pada dasarnya memberikan tekanan yang kuat pada pengalaman-pengalaman sang pribadi, perasaan-perasaan,
nilai-nilainya dan semua yang teringkas dalam ekspresi “kehidupan batin” Hall, 1993:126. Rogers yakin bahwa dalam diri setiap orang terdapat potensi-potensi
untuk menjadi sehat dan tumbuh secara kreatif. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan,
penghargaan, pengagungan dan cinta dari irang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard. Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi seutuhnya
adalah pribadi yang mengalami penghargaaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai individu, sehingga ia
tidak bersifat defensif, namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Rogers memandang manusia sebagai bentuk-bentuk dari konsep dirinya self concept dan pengalaman di satu sisi dan interpretasinya tentang stimulus
lingkungan pada sisi yang lain. Inilah tingkatan kongruensi antara faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi perluasan aktualisasi diri yang terjadi.
Rogers beragumentasi bahwa perubahan-perubahan lama persepsi diri dan persepsi atas realitas menghasilkan perubahan yang serentak dalam perilaku dan
hal itu memberikan kondisi psikologis tertentu bagi seseorang, sehingga mempunyai kapasitas untuk mereorganisasi bidang persepsinya. Termasuk
bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri, sehingga menjadi individu yang lebih otonom, spontan dan percaya diri Graham, 2005:92-93.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya teori ini banyak digunakan dalam hubungan konseling yang berpusat pada klien terapi client-centered therapy. Ciri utama konseptualisasi
dari proses terapeutik ini adalah bahwa apabila para klien mempersepsikan bahwa para ahli terapi memiliki “unconditional positive regard” penghargaan positif
tanpa syarat terhadap mereka dan suatu pemahaman empatik terhadap kerangka acuan internal internal frame of reference mereka, maka proses perubahan mulai
bergerak. Apabila keselarasan yang bulat tercapai, maka klien akan menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya Hall, 1993:127-128.
Menurut Rogers, ada lima sifat khas seseorang yang berfungsi sepenuhnya fully human being:
1. Keterbukaan pada pengalaman.
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel, sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan
demikian, ia akan mengalami banyak emosi baik yang positif maupun yang negatif. Seseorang akan cenderung mencek pengalaman-pengalaman masa
lalu yang dilambangkan dengan dunia sebagaimana adanya. Uji terhadap kenyataan ini memberikan orang pengetahuan yang dapat diandalkan tentang
dunia, sehingga orang dapat bertingkah laku secara realistis. 2.
Tidak adanya sikap defensif. Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap
pengalamannya dan bersikap realistis, sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru dan selalu berubah serta cenderung menyesuaikan diri sebagai
respon atas pengalaman selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Kesadaran yang cermat.
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa
yang dirasakannya benar timbul seketika dan intuitif, sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
4. Penghargaan diri tanpa syarat.
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan terhadap diri sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri-ciri
beringkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh dan berkembang sebagai respon atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di
sekitarnya. Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya
paksaan atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan yang berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya masa depan bergantung pada dirinya sendiri, tidak ada peristiwa di masa lampau, sehingga ia dapat melihat sangat banyak pilihan
dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Hubungan yang harmonis dengan orang-orang lain.
Perubahan tingkah laku self concept akan mendorong seseorang berinteraksi atau menjalin hubungan dengan orang lain sebagai dasar pemenuhan akan
kebutuhan atas pengakuan orang lain Hall, 1993:128.
Universitas Sumatera Utara
II.6 Hubungan Komunikasi Layanan Konseling Individual dengan Pembentukan Konsep Diri