Secara umum dikatakan bahwa tujuan konseling harus mencapai : a
Effective daily living, artinya setelah selesai proses konseling, klien harus dapat menjalani kehidupan sehari-harinya secara efektif dan berdaya guna
untuk diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Tuhannya; b
Relationship with other, artinya klien mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor, masyarakat, dan
sebagainya.
II.4.4 Proses Konseling Individual
Berikut ini adalah tahap-tahap konseling terapi terpusat pada klien, yakni:
1. Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien datang atas
suruhan orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif dengan tujuan agar klien memilih apakah ia akan
terus minta bantuan atau membatalkannya. 2.
Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, untuk itu konselor menyadarkan klien.
3. Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan perasaannya.
Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima klien sebagaimana adanya.
4. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.
5. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan
dirinya.
Universitas Sumatera Utara
6. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil
perencanaan. 7.
Klien merealisasikan pilihannya itu.
II.4.5 Teknik-teknik Konseling Individual
Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik, dan mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan
dan perbuatan konselor. Karena itu dalam pelaksanaan teknik konseling diutamakan sifat-sifat konselor berikut:
1. Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan
segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral. 2.
Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan, dan konsisten.
3. Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat memahami secara
empati dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam klien itu. 4.
Nonjudgemental artinya tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
Adapun penggunaan teknik-teknik itu seperti: 1 pertanyaan
2 dorongan 3 interpretasi
4 sugesti
Universitas Sumatera Utara
II.4.6 Karakteristik Hubungan Konseling Individual
Benjamin mengartikan
hubungan konseling adalah interaksi antara
seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa profesional itu mempunyai waktu, kemampuan untuk memahami dan mendengarkan serta mempunyai minat,
pengetahuan, dan keterampilan Willis, 2004:36. Karakteristik hubungan konseling adalah sebagai berikut :
1. Hubungan konseling itu sifatnya bermakna, terutama bagi klien, demikian
pula bagi konselor. Hubungan konseling terjadi dalam suasana keakraban intimate.
2. Bersifat afek.
Afek adalah perilaku-perilaku emosional, sikap dan kecenderungan- kecenderungan, yang didorong oleh emosi. Afek hadir karena adanya
keterbukaan diri disclosure klien,
keterpikatan, keasyikan
diri self absorbed dan saling sensitif satu sama lain.
3. Integrasi pribadi.
Terdapat ketulusan, kejujuran dan keutuhan antara konselor-klien. 4.
Persetujuan bersama. Ada komitmen keterikatan antara kedua belah pihak.
5. Kebutuhan.
Hubungan konseling akan berhasil bila klien datang atas dasar kebutuhannya. 6.
Struktur. Proses konseling bantuan terdapat struktur karena adanya keterlibatan
konselor dan klien.
Universitas Sumatera Utara
7. Kerjasama.
Jika klien bertahan resisten maka ia menolak dan tertutup terhadap konselor. Akibatnya, hubungan konseling akan macet. Begitu juga sebaliknya.
8. Konselor mudah didekati, klien merasa aman.
Faktor iman dan taqwa sangat mendukung terhadap kehidupan emosional konselor.
9. Perubahan.
Tujuan akhir dari hubungan konseling adalah perubahan positif dimana si klien menjadi lebih sadar dan memahami diri, mendapatkan cara-cara terbaik
untuk berbuatmerencanakan kehidupannya menjadi lebih dewasa dan pribadinya terintegrasi. Perubahan internal dan ekternal terjadi di dalam sikap
dan tindakan serta persepsi terhadap diri, orang lain dan dunia Willis, 2004:41-44.
Ada beberapa hal yang perlu dipelihara dalam hubungan konseling yakni:
a Kehangatan, artinya konselor membuat situasi hubungan konseling itu
demikian hangat bergairah, bersemangat. Kehangatan disebabkan adanya rasa bersahabat, tidak formal, serta membangkitkan semangat dan rasa humor.
b Hubungan yang empati, yaitu konselor merasakan apa yang dirasakan klien,
dan memahami akan keadaan diri serta masalah yang dihadapinya. c
Keterlibatan klien, yaitu terlihat klien sungguh-sungguh mengikuti proses konseling dengan jujur mengemukakan persoalannya, perasaannya, dan
keinginannya. Selanjutnya dia bersemangat mengemukakan ide, alternatif dan upaya-upaya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hubungan konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana konselor mengembangkan hubungan konseling yang rapport akrab dan dengan
memanfaatkan komunikasi verbal dan non verbal. Rasa kebersamaan yang diciptakan konselor akan membuat jarak antara dia dengan klien menjadi dekat.
Keterlibatan klien dalam proses konseling ditentukan oleh faktor keterbukaan dirinya di hadapan konselor. Jika klien diliputi keengganan dan
resistensi, maka dia tidak akan jujur mengeluarkan perasaannya.
II.5 Konsep Diri