BAB IV ANALISIS DATA KUALITATIF
IV.1 Informan I
IV.1.1 Identitas Informan
1. Nama
: Melia Chrisanta Waruwu 2.
Nama panggilan : Melia Mel
3. Umur
: 16 tahun 4.
Jenis kelamin : Perempuan
5. Anak ke
: 3 dari 11 bersaudara 6.
Agama : Katholik
7. Suku bangsa
: Nias 8.
Tingkatan kelas : Kelas 2 SLTP SLBA Karya Murni
9. Penyebab cacat netra
: Sakit campak umur 3 tahun 10.
Jenis cacat netra : Partially sighted low visionkurang lihat
11. Usia dan tahun masuk
: 10 tahun, tahun 1998 panti asuhan Karya Murni
12. Asal daerah
: Desa Opulata, Nias 13.
Pekerjaan ayah : Petani
14. Pekerjaan ibu
: Jualan 15.
Pendidikan ayah : SMA
16. Pendidikan ibu
: SMA 17.
Hobi : Menyanyi
18. Cita-cita
: Penyanyi
Universitas Sumatera Utara
IV.1.2 Interpretasi Data
Melia menderita cacat netra pada umur 3 tahun. Pada waktu itu ia terkena penyakit campak. Karena tidak ada perawatan dan pengobatan yang baik
serta pada waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat sulit, maka lama kelamaan penyakit campak itu menyerang kedua matanya. Adapun jenis kecacatan Melia
adalah partially sighted low visionkurang lihat, dimana ia masih bisa melihat benda-bendacahaya di depannya namun dengan jarak yang sangat dekat. Di
keluarganya, hanya Melia dan adiknya yang paling bungsu menyandang cacat netra.
Proses masuknya Melia ke panti asuhan Karya Murni ini adalah berkat kebaikan hati seseorang yang bertekad membawa Melia ke Medan untuk dididik
dan diberdayakan di SLBA Karya Murni. Ia adalah seorang suster yang bekerja dalam sebuah komunitas kesusteraan di desa Melia, Desa Opulata, yang ternyata
masih memiliki hubungan dengan yayasan Karya Murni ini. Pada awalnya kedua orang tua Melia berat hati melepaskannya karena
alamat panti asuhan ini kurang jelas. Tetapi setelah seorang pastor, Pastor Frans Sinaga, memberikan alamat yang jelas serta meyakinkan kedua orang tuanya,
maka mereka pun akhirnya mengijinkan dan merelakan dengan setulus hati dan diiringi tangis. Mereka percaya kalau anaknya akan tumbuh dengan baik di panti
ini. Melia masuk panti asuhan Karya Murni pada tahun 1998, ketika itu ia
masih berumur 10 tahun. Menurut Melia, hari-hari pertama berada di panti asuhan ia menghadapi banyak kesulitan untuk bergaul karena ia merasa minder dan takut.
Tetapi setelah berjalannya waktu dan seringnya ia berkonseling dengan suster
Universitas Sumatera Utara
kepala panti yang merangkap sebagai konselor, yang saat itu adalah Suster Flaviana, maka ia pun sudah mau membuka diri. Bahkan sekarang ia
termasuk salah satu siswa yang berprestasi di kelasnya. Sejak tingkat SD hingga SLTP dia selalu mendapat rangking 1, 2, atau 3.
Selain itu, ia juga pernah beberapa kali mengikuti perlombaan menyanyi. Salah satu perlombaan yang paling berkesan baginya adalah pada perlombaan
menyanyi antar SLBA tingkat SLTP sekota madya Medan dalam rangka memeriahkan perayaan 17 Agustus dimana ia berhasil mendapat juara 2, padahal
saat itu ia sedang sakit. Selain itu, Melia juga ikut tergabung dalam sebuah paduan suara Karya Murni dan setiap tahunnya diundang untuk memeriahkan perayaan
Natal di USU. Bagi Melia, ia mendapat banyak sekali manfaat dari program layanan
konseling. Dia juga memiliki minat yang sangat tinggi untuk selalu melibatkan diri untuk berkonseling. Sewaktu-waktu Melia ingin berkonseling, ia datang
kepada konselor. Selanjutnya si konselor itu yang akan mencari waktu yang tepat untuk berkonseling. Menurutnya, ia sangat nyaman untuk bercerita dengan
konselor, karena si konselor baik, pengertian, ramah serta dapat menyimpan rahasia pribadi Melia. Dia sudah menganggap si konselor sebagai kakak sendiri.
Universitas Sumatera Utara
IV.1.3 Analisis Variabel Komunikasi Layanan Konseling Individual a.