menggunakan metode visual dan dengan bantuan alat-alat khusus Ramidjo, 1998:2.
II.3.2 Karakteristik Ketunanetraan
Akibat kekurangan penglihatan atau bahkan kehilangan sama sekali
penglihatan yang diderita oleh anak tunanetra dapat menimbulkan berbagai masalah terutama keterbatasan-keterbatasan penglihatannya. Keterbatasan
tersebut antara lain karena anak tunanetra mempunyai tanggapan yang sangat kurang, bila dibandingkan dengan anak awas. Karena keterbatasannya dalam
memperoleh rangsangan visual itu, mereka merasa dunia mereka kecil dan sempit. Hal ini menimbulkan masalah-masalah yang kemudian menumbuhkan dampak
psikologis dan tingkah laku yang negatif pada anak tunanetra. Ramidjo 1998:4-5 dalam tulisannya yang berjudul “Ortopedagogik
Ketunanetraan” mendaftarkan 3 dampak psikologis ketunanetraan yang menjadi karakteristik ketunanetraan sebagai berikut :
1. Perasaan curiga terhadap orang lain.
Perasaan curiga disebabkan karena keterbatasan rangsangan visual yang mengakibatkan anak tunanetra kurang mampu berorientasi dengan
lingkungannya, sehingga kemampuan mobilitasnya terganggu. Dari pengalaman-pengalaman yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari,
mereka sering menemukan hal-hal yang dapat menimbulkan perasaan kesal, marah, kecewa, tetapi ia tidak tahu kepada siapa perasaan tidak senang itu
dapat ditumpahkan.
Universitas Sumatera Utara
Perasaan-perasaan kecewa tersebut mendorong mereka untuk selalu berhati- hati terhadap situasi maupun kondisi setempat. Sikap hati-hati yang terlalu
berlebihan akan berkembang menjadi sifat curiga terhadap orang lain. Untuk mengurangi perasaan-perasaan kecewa yang disebabkan oleh keterbatasan
rangsangan visual, maka dikembangkan potensi yang masih ada misalnya dengan mempertajam indera pendengaran, indera perabaan, indera penciuman
dan indera pengecapan. 2.
Perasaan mudah tersinggung. Perasaan ini pada anak tunanetra karena disebabkan oleh keterbatasannya
rangsangan visual yang diterimanya serta peranan indera lain yang kurang baik. Hal tersebut didapat dari pengalaman sehari-hari misalnya, mendengar
orang berbicara kepadanya dengan tekanan suara tertentu, singgungan fisik yang tidak disengaja oleh temannya dan sebagainya. Hal tersebut menjadi
salah satu penyebab perasaan mudah tersinggung. Untuk mengatasi hal ini diusahakan melalui pendidikan agama, olah raga dan kesenian yang bertujuan
untuk membuat anak tunanetra merasa bahagia dalam hidupnya dan tidak selalu menyesali nasibnya karena kecacatannya.
3. Ketergantungan yang berlebihan dengan orang lain.
Sikap ketergantungan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain karena ia belum sepenuhnya dapat mengatasi persoalan-persoalan dirinya dan kasih
sayang yang berlebihan dari orang tua atau saudaranya dengan cara memberikan pertolongan-pertolongan yang berlebihan kepada anak tunanetra,
sehingga ia tidak pernah berbuat sesuatu apapun untuk menolong dirinya
Universitas Sumatera Utara
sendiri seperti mandi, makan dan minum, berpakaian, memakai sepatu dan sebagainya.
II.3.3 Dampak KetunanetraanKeterbatasan Dasar Anak Tunanetra