I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah peranan komunikasi layanan konseling individual antara konselor dengan siswai tunanetra dalam membentuk konsep diri klien
tunanetra di panti asuhan Karya Murni Medan Johor? 2.
Bagaimanakah teknik-teknik komunikasi konseling yang dilakukan konselor terhadap klien tunanetra dalam membentuk konsep diri mereka?
3. Siapakah yang proaktif dalam layanan konseling itu – konselor atau klien tunanetra?
4. Masalah-masalah apakah yang pada umumnya menjadi fokus layanan
konseling bagi klien tunanetra?
5. Bagaimanakah bentuk solusi yang ditawarkan oleh konselor untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien tunanetra?
I.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih
jelas dan terarah, sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Populasi penelitian adalah siswai tunanetra di panti asuhan Karya Murni
Jl. Karya Wisata Medan Johor. 2.
Subjek penelitian adalah 4 orang siswai yang duduk di tingkat SLTP.
Universitas Sumatera Utara
3. Penelitian ini terfokus untuk menggambarkan dan membahas bagaimana
peranan komunikasi layanan konseling individual dengan konselor pada siswai tunanetra dalam membentuk konsep diri klien tunanetra di panti
asuhan Karya Murni. 4.
Pembentukan konsep diri klien tunanetra dilihat dari perangkat
teori Rogersteori diri Self Theory tentang lima sifat khas seseorang yang berfungsi sepenuhnya fully human being.
5. Tipe penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif dimana peneliti
mendeskripsikan atau merekonstruksi wawancara mendalam terhadap subjek penelitian tanpa menjelaskan hubungan antar variabel atau menguji hipotesis.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan membahas bagaimana
peranan komunikasi layanan konseling individual antara konselor dengan siswai tunanetra dalam membentuk konsep diri klien tunanetra di panti
asuhan Karya Murni Jl. Karya Wisata Medan Johor. b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik-teknik komunikasi konseling
yang dilakukan konselor terhadap klien tunanetra terhadap proses pembentukan konsep diri klien tunanetra
c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui siapa yang proaktif dalam layanan konseling – konselor atau klien tunanetra.
Universitas Sumatera Utara
d. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang pada umumnya menjadi fokus layanan konseling bagi klien tunanetra.
e. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk solusi yang ditawarkan oleh konselor terhadap masalah yang dihadapi klien tunanetra.
I.4.2 Manfaat Penelitian
Dalam hal ini manfaat penelitian yang dimaksud adalah:
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi konseling individual yang berkaitan dengan pembentukan konsep diri siswai tunanetra.
b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di bidang ilmu komunikasi.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak yang terkait dalam penelitian, dalam hal ini adalah konselor pada panti
asuhan Karya Murni Medan Johor untuk dapat lebih meningkatkan perhatian dalam menangani kebutuhan dan permasalahan siswai tunanetra.
Universitas Sumatera Utara
I.5 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk menguraikan teori, konsep, atau
pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Kajian pustaka merupakan dasar untuk membuat definisi konsep dan operasionalisasi
variabel. Menurut Kriyantono 2006:45 teori dalam pendekatan kualitatif berfungsi sebagai pisau analisis yakni membantu peneliti untuk mengumpulkan
dan memaknai data serta mendialogkannya dengan konteks sosial yang terjadi. Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:
I.5.1 Komunikasi Wilbur Schramm mengatakan bahwa kata communication itu berasal
dari kata Latin communis yang berarti common sama. Dengan demikian apabila kita akan mengadakan komunikasi, maka kita harus mewujudkan persamaan
antara kita dengan orang lain. Sama di sini maksudnya adalah sama makna Effendy, 1996:9.
Menurut Cherrey, komunikasi adalah menekankan pada proses hubungan, sedangkan Gode berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses
yang menekankan pada sharing atau pemilikan Liliweri, 1997:5. Sementara itu Laswell Effendy, 1993:253, menyatakan bahwa cara
terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect
Siapa, Mengatakan Apa, Melalui Saluran Apa, Kepada Siapa, Dengan Efek Apa. Dari pertanyaan tersebut dapat didaftarkan 5 unsur proses komunikasi yakni:
komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah penjabaran formula Laswell apabila dihubungkan dengan penelitian yang dilaksanakan:
1. Who komunikator adalah konselor di panti asuhan Karya Murni, yang
berfungsi sebagai penyampai atau pemberi pesan verbal yakni berupa kata- kata, saran, pikiran maupun pesan non verbal perilaku non verbal dalam
proses konseling. 2.
Says What pesan adalah kata-kata atau ucapan, ide, saran dan pikiran yang diberikan atau disampaikan konselor kepada siswai tunanetra sebagai klien
tunanetra. 3.
In Which Channel media adalah saluran atau sarana penyampaian pesan yaitu melalui organ pengindera.
4. To Whom komunikan adalah klien tunanetra di panti asuhan Karya Murni
Medan Johor. 5. With What Effect efek yang ditimbulkan adalah terbentuknya konsep diri
pada klien tunanetra.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Formula Laswell apabila dihubungkan dengan penelitian
Who Komunikator
Says What Pesan
InWhich Channel
Media To Whom
Komunikan With What
Effect Efek yang
ditimbulkan
Konselor a. Pesan verbal
bahasa lisan b.
Pesan non verbal perilaku non
verbal Organ
pengindera Siswai tunanetra
di panti asuhan Karya Murni
Medan Johor sebagai klien
tunanetra Terbentuknya
konsep diri pada klien tunanetra
Universitas Sumatera Utara
I.5.2 Komunikasi Hubungan Manusiawi
Komunikasi hubungan manusiawikomunikasi insani adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. Goyer mengatakan bahwa
komunikasi insani menjadi unik karena kemampuannya yang istimewa untuk menciptakan dan menggunakan lambang-lambang, sehingga dengan kemampuan
ini manusia dapat berbagi pengalaman secara tidak langsung maupun memahami pengalaman orang lain Tubbs, 1996:5.
Adapun unsur-unsur dalam komunikasi hubungan manusiawi adalah: 1.
Komunikator 1 dan komunikator 2 2.
Pesan 3.
Saluran 4.
Gangguan interference 5.
Umpan balik 6.
Waktu Menurut Rosenberg, komunikasi hubungan manusiawi berkaitan erat
dengan konsep diri. Setiap individu memperoleh identitas diri dengan memperhatikan dan diperhatikan orang lain. Lebih jauh lagi, kita menumbuhkan
identitas dan nilai diri dengan membandingkannya dengan orang lain Tubbs, 1996:3-4.
Adapun karakteristik
komunikasi hubungan manusiawi sebagai berikut: a.
Kepercayaan dan pengertian. b.
Berbagi informasi dan pemilikan bersama atas informasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Konteks, terdiri dari:
- situasi atau keadaan setting - lingkungan sosial psikologis di mana komunikasi terjadi dan hubungan
berkembang. d.
Penegasan konfirmasi dan diskonfirmasi. e.
Sikap mendukung dan bertahan. f.
Afeksi dan kontrol Tubbs, 1996:206.
I.5.3 Tunanetra
Pengertian tunanetra dilihat dari segi etimologi bahasa yakni: tuna = rugi, netra = mata atau cacat mata. Jadi tunanetra menggambarkan keadaan
penderita yang mengalami kelainan indera penglihatan, baik kelainan itu bersifat berat buta total maupun ringan low visionkurang awas.
Akibat kekurangan penglihatan atau bahkan kehilangan sama sekali indera penglihatan sebagai yang diderita oleh anak-anak tunanetra, menimbulkan
berbagai masalah yang menyebabkan terbatasnya kemampuan-kemampuan berkembang anak tunanetra dibanding dengan kemampuan berkembang yang
dialami anak awas. Keterbatasan berkembang tersebut antara lain karena anak tunanetra
menderita kemiskinan tanggapan yang sangat parah, yang bagi anak awas tanggapan tersebut sebagian besar diperoleh melalui rangsangan visual.
Universitas Sumatera Utara
Masalah-masalah yang timbul bagi anak tunanetra antara lain: 1 Mudah curiga terhadap orang lain.
2 Mudah tersinggung perasaannya. 3 Rasa ketergantungan yang berlebihan dengan orang lain Ramidjo, 1998:4-5.
I.5.4 Konseling Individual
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologi berarti “to give advice” atau memberi saran dan nasihat. Jones
mendefinisikan konseling sebagai kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri
oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang
progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri Lubis, 2006:7.
Selanjutnya menurut Jones, proses konseling akan terlaksana bila terlihat beberapa aspek berikut ini:
a. Terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien.
b. Terjadi dalam suasana yang profesional.
c. Dilakukan dan dijaga sebagai alat yang memudahkan perubahan-perubahan
dalam tingkah laku klien. Rogers mengemukakan sebagai berikut : Counseling is a series of direct
contacts with the individual which aims to offer him assistance in changing his attitude and behaviour. Konseling adalah serangkai hubungan langsung dengan
Universitas Sumatera Utara
individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya Hallen, 2005:9.
Sementara itu, Shertzer dan Stone mendefinisikan hubungan konseling yaitu interaksi antara seorang dengan orang lain yang dapat menunjang dan
memudahkan secara positif bagi perbaikan orang tersebut Willis, 2004:36. Karakteristik hubungan konseling adalah sebagai berikut:
1. Hubungan konseling itu sifatnya bermakna, terutama bagi klien, demikian
pula bagi konselor. Hubungan konseling terjadi dalam suasana keakraban intimate.
2. Bersifat afek.
Afek adalah perilaku-perilaku emosional, sikap dan kecenderungan- kecenderungan yang didorong oleh emosi. Afek hadir karena adanya
keterbukaan diri disclosure klien, keterpikatan, keasyikan diri self absorbed dan saling sensitif satu sama lain.
3. Integrasi pribadi.
Terdapat ketulusan, kejujuran dan keutuhan antara konselor-klien. 4.
Persetujuan bersama. Ada komitmen keterikatan antara kedua belah pihak.
5. Kebutuhan.
Hubungan konseling akan berhasil bila klien datang atas dasar kebutuhannya. 6.
Struktur. Proses konseling bantuan terdapat struktur karena adanya keterlibatan
konselor dan klien
Universitas Sumatera Utara
7. Kerjasama.
Jika klien bertahan resisten maka ia menolak dan tertutup terhadap konselor. Akibatnya, hubungan konseling akan macet. Begitu juga sebaliknya.
8. Konselor mudah didekati, klien merasa aman.
Faktor iman dan taqwa sangat mendukung terhadap kehidupan emosional konselor.
9. Perubahan.
Tujuan akhir dari hubungan konseling adalah perubahan positif - si klien menjadi lebih sadar dan memahami diri, mendapatkan cara-cara terbaik untuk
berbuatmerencanakan kehidupannya menjadi lebih dewasa dan pribadinya terintegrasi. Perubahan internal dan eksternal terjadi di dalam sikap dan
tindakan, serta persepsi terhadap diri, orang lain dan dunia Willis, 2004:41- 44.
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi layanan konseling individual merupakan kegiatan komunikasi antara konselor
dengan klien adanya keikutsertaanketerlibatan dua orang individu yang terjadi dalam suasana keakrabankebersamaan dan terdapat interaksi atau umpan balik
antara kedua belah pihak sehingga si klien dapat memahami pikiran ataupun pesan yang disampaikan konselor yang tujuan akhirnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan dan memecahkan masalah helpee klien - client centered sehingga klien mempunyai gambaran diri konsep diri yang jelas.
Universitas Sumatera Utara
I.5.5 Konsep Diri
Konsep diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut ciri-cirisifat yang dimilikinya Dayakisni, 2003:65. Sedangkan Rakhmat
1989:112 menyatakan konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita.
Pearson et.al. Tubbs, 1996:42 berpendapat bahwa konsep diri adalah kesan yang relatif stabil mengenai diri sendiri, tidak hanya mencakup persepsi
mengenai karakteristik fisik, melainkan juga penilaian diri mengenai apa yang pernah dicapai, yang sedang dijalani, dan apa yang ingin dicapai. Konsep diri
tumbuh melalui umpan balik yang diterima dari orang-orang di sekitar kita. Konsep diri berkembang melalui hubungan dan interaksi dengan orang lain.
Menurut Carl R. Rogers, konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari
yang bukan aku. Teori ini disebut juga teori Rogersteori diri Self Theory, yakni teori yang berpusat pada pribadi. Teori ini pada dasarnya memberikan tekanan
yang kuat pada pengalaman-pengalaman sang pribadi, perasaan-perasaan, nilai- nilai dan semua yang teringkas dalam ekspresi “kehidupan batin” Hall,
1993:126. Rogers yakin bahwa dalam diri setiap orang terdapat potensi-potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh secara kreatif.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini
disebut need for positive regard. Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini
berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai individu,
Universitas Sumatera Utara
sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Rogers beragumentasi bahwa perubahan-perubahan dalam persepsi diri dan persepsi atas realitas menghasilkan perubahan yang serentak dalam perilaku
dan hal itu memberikan kondisi psikologis tertentu bagi seseorang sehingga mempunyai kapasitas untuk mereorganisasi bidang persepsinya, termasuk
bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri sehingga menjadi individu yang lebih otonom, spontan, percaya diri Graham, 2005:92-93.
Menurut Rogers, ada lima sifat khas seseorang yang berfungsi sepenuhnya fully human being:
1. Keterbukaan pada pengalaman.
2. Tidak adanya sikap defensif.
3. Kesadaran yang cermat.
4. Penghargaan diri tanpa syarat.
5. Hubungan yang harmonis dengan orang-orang lain Hall, 1993:128.
I.6 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak hasil pemikiran rasional yang dibentuk dengan menggeneralisasikan obyek atau
hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Suatu variabel adalah konsep tingkat rendah, yang acuan-acuannya secara relatif mudah
diidentifikasikan dan diobservasi serta diklasifikasi, diurut atau diukur
Universitas Sumatera Utara
Kriyantono, 2006:20. Variabel berfungsi sebagai penghubung antara dunia teoritis dengan dunia empiris.
Konsep operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Konsep Operasional
Konsep Variabel Operasionalisasi Konsep
Indikator
1. Variabel Komunikasi Layanan Konseling
Individual a. Keikutsertaan untuk
berkonseling - berminattidak berminat
untuk berkonseling b. Suasana sewaktu
berkonseling - apakah tercipta suasana
akrab, rileks, kekeluargaan dan sebagainya
c. Cara penyampaian pesan
- melalui pesan verbal komunikasi lisan dan
perilaku non verbal d. Umpan balik
- ada umpan balikrespon e. Pemahaman akan pesan
- pahammengerti akan pesan yang disampaikan
2. Variabel Pembentukan Konsep Diri
a. Terbuka pada pengalaman
- rasa cemas, marah atau takut sudah berkuranghilang
terhadap masalah yang sedang dihadapi
- optimis akan masa depan b. Tidak bersikap defensif
- sudah bersikap terbuka - tidak menyalahkan orang
lain akan kecacatankesulitan yang diderita
Universitas Sumatera Utara
c. Kesadaran yang cermat - sudah memiliki rasa percaya
diri - menyadari kelebihanbakat
yang dimiliki d. Penghargaan diri tanpa
syarat - merasa cukup berarti di
lingkungannya - ada prestasi di dalam
maupun di luar kelas e. Menjalin hubungan
yang harmonis dengan orang lain Hall,
1993:128. - dapat bergaul dengan semua
penghuni panti asuhan - ada rasa tanggung jawab dan
memiliki satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
I.7 Definisi Operasionalisasi