IV.4.5 Analisis Data Matriks
Untuk memudahkan
analisis temuan-temuan data diatas dapat dirangkum
dalam tabel matriks berikut :
Tabel 7 Rangkuman Temuan Penelitian Informan III
Variabel Komunikasi Layanan Konseling Individual dengan Konselor
Analisis
a. Keikutsertaan dalam berkonseling Berminat untuk berkonseling walaupun tidak
proaktif untuk berkonseling. b. Suasana sewaktu berkonseling
Sangat dekat dan bersifat kekeluargaan. c. Cara penyampaian pesan
Dengan komunikasi lisan pesan verbal yakni berupa nasehat serta bahasa tubuh.
d. Umpan balik Ada umpan balik dan hubungan yang sangat
akrab, bermakna dan bahkan sudah menganggap si konselor sebagai mama,teman dan sekaligus
pemimpin. e.
Pemahaman akan pesan Sangat paham akan pesan yang disampaikan.
Variabel Pembentukan Konsep Diri Analisis
a. Terbuka pada pengalaman Menerima diri apa adanya dan optimis akan
masa depan. b. Tidak bersikap defensif
Ya, tidak bersikap defensif tertutup. c. Kesadaran yang cermat
Bersikap percaya diri dan menyadari bakat yang terpendam dalam dirinya.
d. Penghargaan diri tanpa syarat Memiliki prestasi di bidang olah raga.
e. Menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain
Dapat bergaul dengan orang lain walaupun merasa biasa saja terhadap semua penghuni
panti asuhan, tidak ada sesuatu yang istimewa.
Universitas Sumatera Utara
IV.4.6 Kesimpulan Temuan Data Informan IV
Dalam proses komunikasi konseling antara Risa sebagai klien tunanetra dengan Suster Flaviana sebagai konselor di panti asuhan Karya Murni ini adalah
tercipta rasa kekeluargaan, dan sangat akrab. Menurut Risa, meskipun
sebenarnya ia berminat untuk berkonseling, namun tidak proaktif untuk menjumpai konselor.
Adapun masalah yang paling sering menjadi fokus layanan konseling menurut Risa adalah tentang pengenalan diri. Mengenai dirinya, sebenarnya bisa
dikatakan ia termasuk anak yang terkadang terbuka dan terkadang tertutup, melihat kodisinya. Ia juga mengakui kalau sikap tertutupnya itu kurang bergaul
membuatnya ketinggalan mata pelajaran, sehingga kalau di bidang pengetahuan umum ia mendapat nilai yang kurang bagus.
Bila ada masalah, bentuk solusi yang ditawarkandiberikan oleh konselor
itu adalah dengan menasehatinya. Jadi teknik komunikasi konseling yang dilaksanakan si konselor dalam kasus ini bersifat tanpa paksaan melainkan ada
dorongan, dan sugesti berupa nasehat dan kata-kata bijak.
Mengenai bagaimana sikap suster itu konselor bila Risa bisa mengatasi masalah yang dihadapinya serta bila ada perubahan sikap yang diharapkan, maka
dia mengatakan bahwa suster itu akan senang. Melia mengatakan kalau ia merasakan mendapat banyak manfaat dari
layanan konseling ini. Menurutnya, banyak sikapnya yang berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya dimana sewaktu dia pertama kali datang di panti asuhan ini
ia merasa sangat sulit bergaul, dan sifat manjanya makin lama makin hilang.
Universitas Sumatera Utara
Gadis yang cukup periang ini, sekarang merasa sudah mandiri dan percaya diri untuk berekspresimengaktualisasikan dirinya. Terbukti dari
beberapa prestasi yang berhasil ia dapatkan antara lain : -
terpilih untuk mengikuti palatihan tata boga anakanak yang berkebutuhan khusus penyandang cacat se Sumatera Utara.
- pernah mengikuti kejuaraan atletik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan komunikasi layanan konseling individual antara konselor yakni Suster Flaviana dan Suster Mauritsia
dengan Risa memiliki peran yang sangat besar dalam proses membentuk konsep diri Risa.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diungkapkan oleh peneliti berdasarkan temuan data penelitian dan pembahasan tentang komunikasi layanan konseling individual
dengan konselor pada siswai tunanetra dalam membentuk konsep diri mereka di panti asuhan Karya Murni Jl. Karya Wisata No. 6 Medan Johor adalah sebagai
berikut: 1.
Temuan menunjukkan bahwa komunikasi layanan konseling dengan konselor pada siswai tunanetra di panti asuhan Karya Murni berperan besar dalam
membentuk konsep diri positif siswai tunanetra. Hal ini terjadi karena adanya situasi yang dekat dan akrab dalam berkomunikasi. Anak tunanetra pada
dasarnya mempunyai kesan tertutup dan pasif, oleh karena itu perlu keakraban dari pihak luar dalam melakukan pendekatan dengan mereka. Dengan
menciptakan suasana empati dan akrab, ramah serta penuh kasih sayang, maka siswai tunanetra dapat lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan konselor.
Temuan juga menunjukkan bahwa komunikasi layanan konseling individual yang telah diberikan kepada siswai tunanetra sudah cukup baik. Terlihat
bahwa sebagian besar dari mereka telah menunjukkan konsep diri yang wajar. Mereka menyadari akan kecacatannya, namun keadaan cacat tersebut tidak
membatasi mereka untuk berkarya dan berprestasi. 2.
Temuan menunjukkan bahwa keempat kasus memberikan jawaban positif terhadap teknik komunikasi konseling yang dilakukan konselor terhadap klien
Universitas Sumatera Utara