Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia sesungguhnya adalah citra Tuhan yang mempesona. Pesona itu dijumpai dalam diri semua bayi yang lahir ke dunia dengan kelengkapan organ-organ tubuh maupun mereka yang lahir dengan keterbatasan fisik. Oleh karena itu, selayaknyalah hidup mesti dihormati bagaimanapun wujudnya di dalam diri setiap orang, karena pada dasarnya tidak ada satu orang pun di dunia ini yang menyukai dirinya dilahirkan dalam keadaan cacat. Keadaan cacat menyebabkan manusia tersebut merasa rendah diri karena merasa tidak berguna dan selalu bergantung pada bantuan dan belas kasihan orang lain. Manusia penyandang cacat pada umumnya memiliki keterbatasan- keterbatasan tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya. Begitu juga dengan penyandang tunanetra, stigma yang diberikan masyarakat awas melihat normal sering kali digambarkan sebagai seseorang yang tak berdaya, tidak mandiri dan menyedihkan, sehingga terbentuk persepsi prasangka bahwa orang tunanetra itu patut dikasihani, selalu butuh perlindungan dan bantuan. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Anak tunanetra banyak mengalami permasalahan yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan manusia yang akan mempengaruhi kesejahteraan sosial baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Universitas Sumatera Utara Untuk mengatasi permasalahan yang ada pada mereka, maka anak tunanetra perlu dididik dan diberdayakan dengan diberikan pendidikan dan pelatihanketerampilan yang wajar seperti anak normal lainnya, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Dalam Undang-undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran tahun 1954 No. 12 Bab V pasal 7 ayat 5 dikatakan bahwa : Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud memberikan pendidikan dan pengajaran kepada orang-orang yang dalam keadaan kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya supaya mereka dapat memiliki kehidupan lahir batin yang layak. Pendidikan SLBA Karya Murni yang berlokasi di Jl. Karya Wisata No. 6 Medan Johor adalah salah satu wadah yang berperan dalam mengatasi problema yang timbul dari penderita cacat netra yakni dengan memberikan hak pendidikan dan keterampilan yang sama dengan anak normal lainnya. Semua anak dididik sesuai dengan bakat dan kemampuannya dengan tidak mengabaikan kurikulum pendidikan pemerintah tahun 1994. Sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Seri Amal dan bermitra kerja dengan Keuskupan Agung Medan ini berdiri sejak tahun 1953. Jenjang pendidikan yang ada terdiri dari : Taman Kanak- kanak Luar Biasa TKLB, Sekolah Dasar Luar Biasa SDLB, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa SLTPLB. Di SLBA Karya Murni ini juga disediakan panti asuhan yang letaknya berada di belakang area sekolah. Saat ini di Karya Murni terdapat 6 unit panti asuhan, yang setiap unitnya dihuni 10 sampai 12 orang anak tunanetra dengan seorang suster pengasuh dan satu orang karyawan wanita yang bertugas untuk Universitas Sumatera Utara menyiapkan makanan bagi anak-anak tunanetra. Tiap unit panti asuhan dikepalai oleh seorang suster. Di panti asuhan ini, para siswai dikelompokkan sesuai dengan tingkatan usianya masing-masing, dengan maksud agar tiap anak mengalami perkembangan yang wajar sesuai dengan pertambahan usianya sekaligus untuk lebih memandirikan mereka, sehingga ketika tiba waktunya harus keluar dari panti asuhan mereka bisa bertahan hidup dan bersosialisasi dengan masyarakat awas lainnya, tentunya dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang didapat dari sekolah dan panti asuhan. Adapun yang menjadi penghuni panti asuhan ini adalah para siswai tunanetra yang yatim, piatu, yatim piatu, ditinggalkanditolak keluarga, ekonomi lemah, dititipkan keluarga sampai yang dengan kemauannya sendiri ingin tinggal di panti asuhan. Di sini semua anak diperlakukan dan dihormati sama tanpa memandang asal- usul, suku, agama, tingkat ekonomi ataupun keadaan fisik. Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Seorang siswa tunanetra yang dalam kesehariannya mengalami banyak kelemahan karena keterbatasan rangsangan visual, membutuhkan layanan konseling untuk membantunya memecahkan masalah dan membentuk konsep diri yang baik agar ia tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan berperilaku positif. Bertitik tolak dari alasan di atas, maka Yayasan Karya Murni ini menyediakan seorang konselor yang bertugas untuk membantu para siswai baik yang bermasalah maupun tidak. Konselor ini adalah seorang suster dengan latar Universitas Sumatera Utara belakang pendidikan psikologi, yang kesehariannya tinggal dan bertugas di panti asuhan. Pola komunikasi konseling yang umumnya terdapat di lingkungan panti asuhan Karya Murni ini adalah bersifat kekeluargaan dan persaudaraan yang tinggi, namun tetap mengutamakan sisi kedisplinanketegasan. Hal ini dikarenakan pada dasarnya para siswai tunanetra memiliki tingkat kecerdasan, daya tangkap, sifat dan kepribadian yang tidak sama satu sama lain. Pada kenyataan yang terlihat, para siswai tunanetra di panti asuhan Karya Murni ini sedikit banyak dapat mengatasi segala kelemahan yang ada pada mereka. Hal ini dapat terlihat dari kemandirian mereka dalam mengerjakan tugas- tugas rutin seperti mengenakan dan memilih pakaian yang serasi, menyiapkan dan mengunakan alat-alat makan di atas meja, memelihara kebersihan diri sendiri, pergi ke sekolah dan kembali pulang ke panti asuhan sendiri maupun mampu menjalin persahabatanbersosialisasi dengan teman sebayanya, guru pembimbing, suster pengasuh, dan terhadap warga lainnya di sekitar lingkungan sekolah dan panti asuhan. Selain itu, beberapa dari mereka juga berhasil mengukir sejumlah prestasi di bidang olah raga, akademis, pembinaan mentalkreativitas dan seni. Dengan kata lain, sifat-sifat negatif yang umumnya dimiliki seorang tunanetra seperti curiga terhadap orang lain, mudah tersinggung dan ketergantungan yang berlebihan dengan orang lain tidak tampak pada diri mereka. Universitas Sumatera Utara

I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

Dokumen yang terkait

Peranan Komunikasi Layanan Konseling Individual Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Layanan Konseling Individual Dengan Konselor Pada Siswa/i Tunanetra Di Panti Asuhan Karya Murni Medan Johor).

11 196 128

Peranan Komunikasi Antarpribadi Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Tentang Layanan Konseling Individual Konselor Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/i Tunarungu Di SLB – B Karya Murni Kota Medan)

2 50 111

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan)

6 53 121

Hubungan Intensitas Mengikuti Layanan Bimbingan Dan Konseling Dengan Misbehavior Pada Siswa Sekolah Menengah Di Pulau Bawean

1 8 56

Pemanfaatan Tekonologi Informasi (TI) Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Sebagai Representasi Berkembangnya Budaya Profesional Konselor Dalam Melayani Siswa Sumarwiyah Edris Zamroni Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Muria Kudus sumarwiy

0 0 14

S trategi Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pengembangan Nilai

0 0 7

DAFTAR ISI - 13 Juknis Layanan Konseling

0 0 28

Komunikasi Interpersonal Siswa Pengguna Internet dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

0 2 7

Konsep Diri Remaja pada Masa Pubertas dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

0 1 7

Pengembangan Instrumen Evaluasi “Self Evaluation” dan “Peer Evaluation” Layanan Konseling Individual di Sekolah bagi K

0 3 8