Dampak KetunanetraanKeterbatasan Dasar Anak Tunanetra

sendiri seperti mandi, makan dan minum, berpakaian, memakai sepatu dan sebagainya.

II.3.3 Dampak KetunanetraanKeterbatasan Dasar Anak Tunanetra

Adapun dampak ketunanetraanketerbatasan dasar anak tunanetra adalah: 1. Perkembangan Bahasa. Sebagian besar ahli percaya bahwa kekurangan penglihatan tidak merubah kemampuan seseorang untuk memahami dan menggunakan bahasa. Hanya sebagian kecil aspek komunikasi ditemukan adanya perbedaan, misalnya dalam hal “gesture” mimik muka. Karena indera pendengaran lebih banyak digunakan daripada penglihatan dalam mempelajari bahasa, maka tidaklah mengherankan jika hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa anak tunanetra relatif tidak mengalami gangguan pada fungsi bahasanya. Anak tunanetra masih dapat mendengar bahasa dan bahkan mungkin lebih termotivasi untuk menggunakannya, karena ini merupakan cara utama yang dapat mereka lakukan untuk berkomunikasi dengan lingkungan. 2. Kemampuan Intelektual. Hasil penelitian para ahli menunjukkan Intelegensia Quatient IQ anak tunanetra tidak secara mencolok lebih rendah daripada anak awas setelah diukur dengan menggunakan tes intelegensi verbal yang standar. Bagi anak buta total, kemampuan anak diukur dalam menggunakan indera perabaan suatu kemampuan yang kelak akan dibutuhkan dalam membaca braille. Universitas Sumatera Utara 3. Kemampuan Konseptual. Perkembangan kemampuan konseptual atau kognitif anak tunanetra tertinggal di belakang anak-anak awas. Anak tunanetra juga cenderung lebih miskin dalam mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan pemikiran abstrak. Kekurangan tersebut bukan disebabkan karena sifat-sifat pembawaannya, tetapi karena kurangnya mendapatkan pengalaman-pengalaman pendidikan yang memadai. 4. Penyesuaian Sosial. Akibat dari hilangnya atau terbatasnya daya penglihatan menyebabkan anak tunanetra menjadi pasif dan hilang keinginannya untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses belajar anak. Salah satu kesulitan anak tunanetra dalam menguasai keterampilan sosial tertentu misalnya bagaimana menampilkan ekspresi muka yang tepat Ramidjo, 1998:7-9.

II.4 Konseling Individual

Dokumen yang terkait

Peranan Komunikasi Layanan Konseling Individual Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Layanan Konseling Individual Dengan Konselor Pada Siswa/i Tunanetra Di Panti Asuhan Karya Murni Medan Johor).

11 196 128

Peranan Komunikasi Antarpribadi Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Tentang Layanan Konseling Individual Konselor Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/i Tunarungu Di SLB – B Karya Murni Kota Medan)

2 50 111

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan)

6 53 121

Hubungan Intensitas Mengikuti Layanan Bimbingan Dan Konseling Dengan Misbehavior Pada Siswa Sekolah Menengah Di Pulau Bawean

1 8 56

Pemanfaatan Tekonologi Informasi (TI) Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Sebagai Representasi Berkembangnya Budaya Profesional Konselor Dalam Melayani Siswa Sumarwiyah Edris Zamroni Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Muria Kudus sumarwiy

0 0 14

S trategi Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pengembangan Nilai

0 0 7

DAFTAR ISI - 13 Juknis Layanan Konseling

0 0 28

Komunikasi Interpersonal Siswa Pengguna Internet dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

0 2 7

Konsep Diri Remaja pada Masa Pubertas dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

0 1 7

Pengembangan Instrumen Evaluasi “Self Evaluation” dan “Peer Evaluation” Layanan Konseling Individual di Sekolah bagi K

0 3 8