Penyangraian Pati Formulasi Sagu Instan Sebagai Makanan Tinggi Kalori

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. TAHAP PERSIAPAN 1. Pencucian dan Pengayakan Pati Pencucian pati merupakan salah satu proses pembersihan dan pemurnian pati dari berbagai kotoran atau zat non pati. Pencucian dilakukan dengan menambahkan air ke dalam pati kemudian diaduk hingga semua pati terendam lalu diendapkan. Air rendaman kemudian dibuang karena di dalamnya terkandung zat-zat non pati seperti serat dan material-material asing seperti tanah, kerikil, ataupun logam. Selain itu, pencucian ini berperan dalam mengurangi kadar tanin yang diduga banyak terdapat pada pati sagu. Pencucian dilakukan berulang hingga diperoleh pati yang bersih. Pati yang bersih bisa dilihat dari warna yang lebih putih dibandingkan dengan pati sebelum dicuci. Setelah diperoleh pati yang bersih, selanjutnya pati dijemur di bawah sinar matahari hingga kering kadar air sekitar 14. Sisa-sisa kotoran yang tidak hilang saat pencucian dan masih terkandung dalam pati harus dihilangkan. Semua kotoran ini dapat dihilangkan melalui proses pengayakan. Setelah didapatkan pati kering hasil penjemuran, selanjutnya pati diayak dengan menggunakan ayakan 100 mesh. Pengayakan dilakukan hingga diperoleh pati yang bersih, murni, dan bebas dari semua kontaminan.

2. Penyangraian Pati

Penyangraian dilakukan dengan memanaskan pati sampai suhu 110 °C sambil diaduk. Penyangraian dilakukan hingga diperoleh pati sangrai yang matang dengan ciri-ciri cepat larut dalam mulut dan tidak berasa mentah. Dari penelitian yang dilakukan, untuk memperoleh pati yang matang diperlukan waktu kurang lebih 10 menit. Pati selanjutnya didinginkan pada suhu ruang untuk kemudian digunakan pada proses pembutan formula sagu instan. Penyangraian pati mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: dapat menginaktifasi enzim, membunuh mikroba, menghasilkan rasa dan aroma khas sangrai, memperbaiki daya cerna, serta tidak mempengaruhi densitas kamba Sunaryo, 1985. Selain itu, penyangraian dipercaya dapat memperbaiki karakteristik bubur yang dihasilkan. Menurut Abraham et al. 1983, perbaikan tersebut disebabkan oleh terjadinya partial gelatinisasi, dehidrasi, dan konversi dari amorphous amylose menjadi bentuk helik. Bentuk helik ini menjadi bagian yang lemah dari kristal pada pati selama pemasakan. Hasil penelitian Muharam 1992 menunjukkan bahwa penyangrian pada tepung singkong menyebabkan terjadinya gelatinisasi parsial namun tidak diikuti dengan pembengkakan granula pati. Adanya gelatinisai parsial diketahui dari hilangnya pola birefringence sebagian granula pati setelah dilihat dengan mikroskop terpolarisasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penyangraian memberikan pengaruh positif terhadap sifat fisik, kimia, dan fungsional tepung singkong, seperti memperbaiki stabilitas tepung dalam adonan, meningkatkan kekuatan gel, dan meningkatkan viskositas maksimum tepung. Hasil penelitian Susanty 2000 menunjukkan bahwa penyangraian dapat menurunkan kadar air pati hingga lebih dari 50. Hal ini terjadi karena kadar air pati mentah mengalami penguapan selama proses pemanasan. Hasil analisis menunjukkan kadar air pati sagu sangrai sebesar 3.82. Nilai tersebut jauh lebih kecil dari pada nilai kadar air pati sagu mentah yaitu 14 Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Hasil penelitian Susanty 2000 juga menunjukkan bahwa penyangraian bisa meningkatkan kadar karbohidrat dan kadar lemak. Hal ini diduga berhubungan dengan penurunan kadar air, dimana jika kadar air suatu produk turun maka konsentrasi komponen lainnya akan meningkat.

3. Pembuatan Tepung Kedelai