11. Daya Cerna Pati in vitro Muchtadi, 1989
Suspensi tepung 1 dalam air destilata dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit sampai mencapai suhu 90
C, kemudian didinginkan. Sebanyak 2 ml larutan tepung dalam tabung reaksi ditambah 3
ml air destilata dan 5 ml larutan buffer Na-fosfat 0.1 M, pH 7.0. kemudian diinkubasi dalam penangas air 37
C selama 15 menit. Larutan enzim alfa- amilase sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam larutan tersebut dan
diinkubasi kembali pada suhu 37 C selama 30 menit. Larutan enzim alfa-
amilase dibuat dengan konsentrasi 1 mgml larutan buffer Na-fosfat 0.05 M, pH 7.0.
Sebanyak 1 ml campuran reaksi ditempatkan ke dalam tabung reaksi lain. Kemudian ditambahkan 2 ml pereaksi dinitrosalisilat, dan selanjutnya
dipanaskan dalam penangas air 100 C selama 10 menit. Setelah
didinginkan, campuran reaksi diencerkan dengan menambahkan 10 ml air destilata. Pereaksi dinitrosalisilat dibuat dari 1 g 3,5-dinitrosalisilat, 30 g
Na-K-tartarat dan 1.6 g NaOH dalam 100 air destilata. Warna oranye-merah yang terbentuk dari campuran reaksi diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Kadar maltosa dari campuran reaksi dihitung dengan menggunakan kurva standar maltosa
murni yang diperoleh dengan cara mereaksikan maltosa standar dengan pereksi dinitrosalisilat menggunakan prosedur seperti di atas. Daya cerna
pati sampel dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni sebagai berikut :
Daya cerna = Kadar maltosa sampel setelah reaksi enzim x 100 Kadar maltosa pati murni setelah reaksi enzim
12. Uji Organoleptik Soekarto, 1985
Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik dan rangking hedonik. Uji ini dilakukan terhadap 30 panelis dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk yang diuji. Parameter yang diuji pada uji hedonik meliputi uji kesukaan terhadap
warna, aroma, tekstur, rasa, dan kerenyahan. Skala hedonik yang digunakan
mempunyai rentang dari sangat tidak suka skala numerik = 1 sampai dengan skala sangat suka skala numerik = 7. Uji rangking hedonik
bertujuan untuk mengetahui produk mana yang paling disukai dari semua formula yang diujikan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. TAHAP PERSIAPAN 1.
Pencucian dan Pengayakan Pati
Pencucian pati merupakan salah satu proses pembersihan dan pemurnian pati dari berbagai kotoran atau zat non pati. Pencucian dilakukan
dengan menambahkan air ke dalam pati kemudian diaduk hingga semua pati terendam lalu diendapkan. Air rendaman kemudian dibuang karena di
dalamnya terkandung zat-zat non pati seperti serat dan material-material asing seperti tanah, kerikil, ataupun logam. Selain itu, pencucian ini berperan dalam
mengurangi kadar tanin yang diduga banyak terdapat pada pati sagu. Pencucian dilakukan berulang hingga diperoleh pati yang bersih. Pati yang
bersih bisa dilihat dari warna yang lebih putih dibandingkan dengan pati sebelum dicuci. Setelah diperoleh pati yang bersih, selanjutnya pati dijemur di
bawah sinar matahari hingga kering kadar air sekitar 14. Sisa-sisa kotoran yang tidak hilang saat pencucian dan masih
terkandung dalam pati harus dihilangkan. Semua kotoran ini dapat dihilangkan melalui proses pengayakan. Setelah didapatkan pati kering hasil
penjemuran, selanjutnya pati diayak dengan menggunakan ayakan 100 mesh. Pengayakan dilakukan hingga diperoleh pati yang bersih, murni, dan bebas
dari semua kontaminan.
2. Penyangraian Pati