Nilai rasa Formulasi Sagu Instan Sebagai Makanan Tinggi Kalori

peningkatan nilai kesukaan terhadap tekstur formula sagu instan tahap kedua. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya penurunan komposisi pati sagu sehingga menurunkan kelengketan produk. Peningkatan komposisi tepung kedelai yang mempunyai kandungan lemak tinggi juga diduga menyebabkan peningkatan nilai kesukaan. Hasil analisis ragam Lampiran 9 dan 14 menunjukkan bahwa nilai kesukaan terhadap tekstur formula pertama dipengaruhi secara nyata P0.05, sedangkan formula kedua tidak dipengaruhi secara nyata P0.05. 4.2 4.5 4.6 5.1 4.0 4.3 4.4 4.7 1 2 3 4 5 6 7 A B C D E X Y Z Formula sagu instan S k or ke suka an Keterangan : A = 60 pati sagu: 0 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak B = 55 pati sagu: 5 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak C = 50 pati sagu: 10 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak D = 45 pati sagu: 15 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak E = 40 pati sagu: 20 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak X = 50 pati sagu: 5 tepung kedelai : 25 skim: 15 gula: 5 minyak Y = 45 pati sagu: 10 tepung kedelai : 25 skim: 15 gula: 5 minyak Z = 40 pati sagu: 15 tepung kedelai : 25 skim: 15 gula: 5 minyak Gambar 8. Histogram pengaruh formulasi terhadap skor rata-rata kesukaan tekstur sagu instan

4. Nilai rasa

Faktor yang sangat penting dalam menentukan keputusan konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk makanan adalah rasa. Rasa dimulai melalui tanggapan rangsangan kimiawi oleh indera pencicip lidah, hingga akhirnya terjadi keseluruhan interaksi antara sifat-sifat aroma, rasa, dan tekstur sebagai keseluruhan rasa makanan yang dinilai Nasution, 1980. Rasa pada produk sagu instan ini terutama disebabkan oleh penambahan gula disamping rasa khas dari bahan penyusun lain seperti rasa tepung dan susu. Nilai rataan kesukaan panelis terhadap rasa formula sagu instan disajikan pada Gambar 9. 4.1 4.5 4.3 4,7 5,0 4,3 4,3 3,8 1 2 3 4 5 6 7 A B C D E X Y Z Formula sagu instan Skor ke su ka an Keterangan : A = 60 pati sagu: 0 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak B = 55 pati sagu: 5 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak C = 50 pati sagu: 10 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak D = 45 pati sagu: 15 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak E = 40 pati sagu: 20 tepung kedelai : 25 skim: 10 gula: 5 minyak X = 50 pati sagu: 5 tepung kedelai : 25 skim: 15 gula: 5 minyak Y = 45 pati sagu: 10 tepung kedelai : 25 skim: 15 gula: 5 minyak Z = 40 pati sagu: 15 tepung kedelai : 25 skim: 15 gula: 5 minyak Gambar 9. Histogram pengaruh formulasi terhadap skor rata-rata kesukaan rasa sagu instan Hasil pengujian organoleptik terhadap rasa formula sagu instan tahap pertama menunjukkan nilai rataan antara 3.8 – 4.5 netral – agak suka, sedangkan pada formula tahap kedua nilai rataannya berkisar antara 4.3 – 5.0 netral – agak suka. Data menunjukkan adanya sedikit peningkatan nilai kesukaan terhadap rasa formula sagu instan tahap kedua. Hal ini diduga terjadi karena adanya peningkatan komposisi gula pada formula sagu instan tahap kedua yang menyebabkan terjadinya peningkatan rasa manis sehingga lebih disukai panelis. Hasil analisis ragam Lampiran 10 dan 15 menunjukkan bahwa nilai kesukaan terhadap rasa formula pertama dipengaruhi secara nyata oleh formula P0.05, sedangkan formula kedua tidak dipengaruhi secara nyata oleh formula P0.05.

5. Nilai Kerenyahan