Pengelolaan P. Kera Manajemen Pengelolaan Pulau

konsisten konsisten terhadap daya dukung lingkungan area tersebut. Selain daripada itu, pembatasan jumlah pengunjung dan penanganan limbah yang dihasilkan akibat aktivitas pengunjung di atas pulau sebaiknya dilakukan dengan baik agar tidak mencemari dan menyebabkan degradasi lingkungan. Saat ini sudah terdapat kebun kelapa milik penduduk setempat dan vegetasi yang tumbuh dengan sendirinya di daratan P Burung. Namun, penambahan jumlah vegetasi adalah hal yang baik untuk dilakukan khususnya di selatan pulau. Penambahan jumlah vegetasi di selatan pulau dapat dilakukan karena di tempat tersebut jumlah vegetasinya lebih sedikit dibanding sisi-sisi pulau yang lain dan bisa dikatakan gersang. Dengan bertambahnya jumlah vegetasi di tempat tersebut akan membuat udara menjadi lebih sejuk karena cahaya matahari terhalang oleh dedaunan pohon-pohon yang tumbuh di tempat tersebut, sehingga diharapkan akan meningkatkan kenyamanan bagi wisatawan yang hendak bermain atau bersantai di pantai. Masyarakat setempat tidak boleh dikesampingkan untuk pengelolaan suatu daerah agar mereka merasakan keuntungan dari usaha pengelolaan tersebut sehingga mereka akan mendukung berjalannya kegiatan tersebut dan meminimalisir konflik yang mungkin terjadi. Perairan P. Burung juga merupakan tempat nelayan Desa Tanjung Binga menangkap ikan, sehingga perlu dibuat aturan untuk mensinergikan kepentingan - kepentingan yang terkait dengan P. Burung tersebut agar semua pihak merasa tidak dirugikan. Untuk mencapai titik penyelaman biasanya dengan menggunakan kapal-kapal yang menggunakan jangkar untuk menambatkannya. Jangkar-jangkar kapal tersebut dikhawatirkan akan merusak terumbu karang di tempat pemberhentian kapal tersebut, sehingga perlu dibangun tiang-tiang penambat atau tali berpelampung untuk menambatkan kapal-kapal tersebut. Cara tersebut juga bisa diterapkan terhadap nelayan-nelayan yang menangkap ikan di perairan P. Kera, Pulau Lutung dan P. Burung agar tidak ada lagi kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh jangkar kapal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

P. Kera, P. Lutung dan P. Burung memiliki tipe terumbu karang yang tergolong terumbu tepi. Persen penutupan karang hidup di ketiga pulau tersebut termasuk ke dalam kategori sedang. Tipe pertumbuhan karang di P. Kera dan P. Burung tergolong sangat beragam, namun di P. Lutung hanya tergolong cukup beragam. Jumlah spesies ikan karang di P. Kera dan P. Lutung kurang beragam, tetapi di P. Burung tergolong cukup beragam. Kesesuaian P. Kera, P. Lutung dan P. Burung untuk dijadikan kawasan wisata bahari termasuk dalam kelas cukup sesuai, karena sebagian besar wilayahnya memiliki batasan yang agak serius yaitu kedalaman perairan yang dangkal. Aktivitas snorkeling bisa dilakukan di semua titik pengamatan, tetapi aktivitas menyelam hanya bisa dilakukan di dua titik pengamatan yaitu sebelah Barat P. Lutung dan Barat P. Burung.

5.2. Saran

Saran dari penelitian ini yaitu : 1. Sebaiknya modifikasi matriks dilakukan lebih baik lagi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan seperti yang terdapat dalam penelitian ini atau menggunakan kriteria kesesuaian yang diakui secara internasional. 2. Penggunaan data sekunder sebaiknya jangan yang sudah terlalu lama karena kondisi dilapangan biasanya sudah berubah, lebih baik menggunakan data yang terbaru atau menggunakan data primer. 3. Untuk mempersingkat waktu dan meningkatkan ketelitian hasil pengambilan data karang dengan menggunakan metode transek kuadrat, akan lebih baik jika menggunakan metode foto transek kuadrat. DAFTAR PUSTAKA Alan TW dan Angel CA. 1988. Options For Management. in Kenchington RA dan Brydget ETH ed : Coral Reef Management Hand Book. UNESCO Regional Office for Science and Technology for South-East Asia. Jakarta, Indonesia. pp. 37-46. Allen G. 1999. A Field Guide for Anglers and Divers : Marine Fishes of South-East Asia . Periplus Editions HK Ltd. Singapore. Aryanto R. 2003. Makalah Pengantar Falsafah Sains PPS702: Environmental Marketing pada Ekowisata Pesisir : Menggerakkan Ekonomi Rakyat Daerah Otonom. Program Pasca Sarjana S3 Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 1996. Laporan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marine Kupang , Bakosurtanal. Cibinong. [BAPPEDA Kabupaten Belitung] Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung. 1994. Penetapan Nama-Nama Pulau Dalam Klasifikasi Berkembang, Kurang Berkembang dan Tertinggal dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Belitung . BAPPEDA Kabupaten Belitung. [BAPPEDA Kabupaten Belitung] Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung, Badan Pusat Statistik Tanjungpandan. Belitung Dalam Angka 2004. Tanjungpandan: BAPPEDA Kabupaten Belitung; 2004. [BAPPEDA Kabupaten Belitung] Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung. Master Plan Etalase Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Belitung. Tanjungpandan: BAPPEDA Kabupaten Belitung; 2005. [BAPPEDA Kabupaten Belitung] Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka-Belitung dan P2O-LIPPI Tanjungpandan. 2005. Laporan Akhir : Studi Potensi Sumberdaya Ikan dan Lingkungan Kelautan Kabupaten Belitung . BAPPEDA Kabupaten Belitung. Ceballos-Lascurian H. 1996. Tourism, Ecotourism and Protected Areas: The State of Nature-Based Tourism Around the World and Guidelines for It’s Development . IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK xiv + 301 pp. Dahuri R, J Rais, SP Ginting, MJ Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dal Lautan . Institut Pertanian Bogor. Bogor.