Sarana perhubungan dan transportasi

Tabel 9. Lanjutan Sarana Jumlah unit Radio 25 Parabola 235 HTSSB 53 Telefon 17 Wartel 1 Sumber : Monografi Desa Tanjung Binga 2005 Jumlah kendaraan bermotor bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berusia ≥18 tahun, maka terdapat sekitar 22,23 penduduk yang memiliki kendaraan bermotor. Tetapi bila dibandingkan dengan jumlah keluarga, maka terdapat lebih dari separuh 56,96 keluarga di Desa Tanjung Binga memiliki kendaraan bermotor untuk transportasi darat. Hal tersebut menunjukkan bahwa cukup banyak kendaraaan bermotor yang tersedia di Desa Tanjung Binga untuk mempermudah mobilitas penduduk untuk menunjang aktivitas mereka. 4.2. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang 4.2.1 Persen Penutupan dan IMK

4.2.1.1. Persen penutupan dan IMK P. Kera

Tipe terumbu karang di Pulau Kera dapat dikategorikan sebagai terumbu karang tepi fringing reef. Menurut konsep Darwin tentang perkembangan karang, terumbu karang tepi secara relatif merupakan penempelan mudaawal ke daratan utama atau pulau-pulau tinggi dan merupakan bentuk dasar dari perkembangan terumbu penghalang dan atoll pada dasar yang surut Hopley 1982 dalam Tomascik dkk. 1997. Terumbu karang tepi secara umum seperti panggung-panggung sempit yang berada pada jarak yang dekat dari pantai dan tidak terdapat laguna yang besar Lieske dan Myers 2001. Ekosistem terumbu karang di P. Kera secara keseluruhan dapat dikatakan dalam kondisi sedang, yaitu dengan rata-rata penutupan karang hidup dari keempat stasiun yang diamati sebesar 25,04 . Akan tetapi, nilai tersebut hampir mendekati kondisi buruk 24,9 . Walaupun demikian, kondisi tersebut harus mendapat perhatian yang serius, karena bila kita lihat dari penutupan karang mati yang hampir sama dengan penutupan karang hidup Tabel 10. Kondisi tersebut bisa menjadi lebih parah bila terus dibiarkan, karena masyarakat setempat menyatakan bahwa setiap hari tempat tersebut selalu didatangi oleh nelayan untuk memancing cumi-cumi dan ikan, yang berarti pula bahwa setiap hari akan ada karang-karang yang rusak karena terkena jangkar perahu nelayan atau terinjak- injak pada saat pemasangan jaring. Tabel 10. Rata-rata persen penutupan habitat dasar dan Indeks Mortalitas Karang IMK di P. Kera Jenis Tutupan Rata-Rata Karang Batu 25,04 ± 5,86 Karang Lunak 0,03 ± 0,05 Karang Mati 23,36 ± 5,90 Algae 5,38 ± 9,58 Biota Lain 0,55 ± 0,55 Abiotik 45,64 ± 17,84 IMK 0,48 ± 0,08 Kondisi ekosistem terumbu karang di perairan P. Kera berkisar dalam kondisi buruk sampai sedang Gambar 4. Kondisi yang buruk terdapat di bagian barat dan di bagian selatan. Sedangkan ekosistem terumbu karang yang masih dalam kondisi sedang terdapat di sebelah timur dan di sebelah utara. Kerusakan ekosistem terumbu karang di P. Kera juga terlihat dari besarnya penutupan karang mati yang melebihi penutupan karang hidup kecuali pada bagian utara pulau. Keadaan ini juga makin diperjelas dengan penutupan abiotik yang lebih besar dari penutupan karang hidup kecuali di bagian timur. Rendahnya persen penutupan karang hidup di P. Kera penyebab utamanya adalah karena aktivitas manusia anthrophogenic factor. Hal ini terlihat dari banyaknya karang mati yang ditumbuhi alga DCA yang sebagian besar pada karang masif dari genus Porites. Penduduk setempat menerangkan bahwa, dulunya banyak nelayan-nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan potassium yang dapat menyebabkan kematian pada karang, walaupun sekarang sudah tidak ditemukan lagi. Selain itu,-