Karena kegiatan non-pariwisata Kerusakan Terumbu Karang Akibat Aktivitas Manusia 1. Karena kegiatan pariwisata

• Perubahan pola sirkulasi karena pekerjaan pembangunan pantai penghancuran karang, pengeboran, tempat berlabuh kapaldok, pemecah gelombang, dll • Pengambilan karang dan kerang untuk souvenir. • Perusakan fisik secara langsung karena aktivitas rekreasi seperti berjalan di atas karang dan pembangunan galangan kapal.

2.4.2.2 Karena kegiatan non-pariwisata

Tomascik et al. 1997 menyatakan bahwa aktivitas manusia yang berdampak negatif terhadap kondisi terumbu karang yaitu: • Polusi minyak karena penambangan lepas pantai dan kapal minyak, menyebabkan degradasi terhadap karang dan organisme yang hidup di terumbu karang. Selain itu, petroleum hydrocarbon PHC mengganggu pertumbuhan karang, reproduksi, kemampuan mengkolonisasi, makan dan respon tingkah laku. • Sedimentasi dari penggalian, penambalan dan kegiatan konstruksi di pantai. Sediment yang terlalu banyak mungkin berdampak merugikan fungsi dan struktur komunitas terumbu karang melalui perubahan proses fisika, kimia dan biologi. Sediment meningkatkan kekeruhan pada kolom perairan yang mengurangi penetrasi cahaya dan fotosintesis Zooxanthellae, hal tersebut secara langsung berdampak pada produktivitas bersih dari karang. Sedimentasi juga menyebabkan penutupan terhadap karang dan organisme bentik lainnya. Sedimentasi yang tinggi berhubungan dengan penutupan karang hidup yang rendah, mengurangi recruitment karang baru dan pertumbuhan karang yang rendah. Sedimentasi juga mengurangi pertumbuhan dan reproduksi karang. • Sedimentasi yang dihasilkan oleh tambang tailing dari kegiatan penambangan di pantai memproduksi efek toksik secara langsung, menyebabkan peningkatan kekeruhan dan mengurangi fotosintesisi Zooxanthellae dan penutupan biota-biota bentik secara langsung. • Erosi tanah dari daratan seperti perkebunan, penebangan hutan, jalan-jalan, pembangunan industri dan pemukiman menghasilkan peningkatan kekeruhan dan sedimentasi, pemasukkan pestisida dan biosida yang lain, pemasukkan nutrien-nutiren. • Pembuangan dari limbah industri, termasuk bahan-bahan dari desalinasi tanaman menyebabkan degradasi biologi secara umum melalui pemasukan biosida dan zat beracun yang lain serta perubahan kondisi alami lingkungan. • Pembuangan limbah cair menyebabkan eutropikasi melalui kelebihan pemasukan nutrien. Interfensi dan perubahan proses ekologi alam pada terumbu karang. Limbah cair yang mengandung klorin mungkin menyebabkan biota laut terekspos ringan sampai bahkan kronis akut. Klorin dalam limbah cair mungkin memproduksi keracunan kronis dan akut. • Pembuangan dari proses perikanan dan pertanian meningkatkan eutropikasi, pemasukan sediment dan biosida, pemasukan hama dan organisme penyebab penyakit. • Kegiatan perikanan yang merusak seperti menggunakan dinamit, trawl di atas karang, muroami, penggunaan bahan kimiaracun dan over-fishing menyebabkan perusakan habitat secara umum, deplesi stok dan spesies. • pengumpulan ikan-ikan untuk akuarium menggunakan racun dan teknik lain yang tidak sesuai menyebabkan kerusakan habitat dan perubahan dalam keseimbangan ekosistem. • Kegiatan konstruksi di karang menyebabkan kerusakan habitat. • Pelepasan bahan kimia beracun dari daratan dan kapal menyebabkan kerusakan habitat. • Resuspensi sedimen laut oleh kendaraan laut dengan daya muat yang dalam menyebabkan kerusakan habitat dan perubahan keseimbangan ekologi. • Pembuangan sampah padat becak, tas plastik dll menyebabkan kerusakan habitat dan perubahan keseimbangan ekologis. • Penambangan karang dan pengumpulan pasir menyebabkan perusakan habitat, perubahan keseimbangan ekologi, deplesi stok dan spesies. • Pembuangan air tawar menyebabkan perusakan habitat dan kematian organisme karang atau tekanan fisiologi yang berat. • Pembuangan air ballast menyebabkan efek toksik secara langsung dan pemasukan organisme hama. Yosephine dan Suharsono 1995 dalam Tomascik dkk. 1997, menyatakan bahwa keragaman karang dan penutupan karang di Pulau Kotok Besar telah menurun secara drastis sejak tahun 1985, sementara bahan-bahan dari pantai yang terapung-apung dan sampah dari daratan utama Jawa juga masyarakat setempat telah meningkat 10 kali.

2.5. Pariwisata Bahari