Komunitas Ikan Karang TINJAUAN PUSTAKA

0 m, 5 m dan 10 m masing-masing berkisar antara 8,02 – 8,17 dengan rata-rata 8,08; 8,04 – 8,21 dengan rata-rata 8,11 dan 8,08 – 8,24 dengan rata-rata 8,15. Nilai rata-rata pH tersebut 8,11 ‰ lebih rendah bila dibandingkan dengan di perairan Belitung Barat bulan Juni 2005 8,17 BAPPEDA Propinsi Bangka- Belitung dan P2O-LIPI Tanjungpandan 2005. ¾ Oksigen terlarut DO Oksigen terlarut merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan berperan penting dalam pernafasan biota laut. Permasalahan akan timbul bilamana konsentrasi okaigen tersebut berubah sampai batas di luar batas angka normal dalam suatu perairan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam air laut bervariasi, di laut lepas bisa mencapai 7 mll sedangkan di wilayah pesisir konsentrasinya akan semakin berkurang. Dalam air laut permukaan konsentrasinya dipengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi temperatur maka kelarutan gas akan semakin rendah. Penurunan konsentrasi oksigen terlarut ini biasanya disebabkan oleh terjadinya perubahan kualitas perairan sebagai akibat banyaknya limbah yang kaya akan karbon organik mengalir ke dalam perairan. Besarnya konsentrasi oksigen terlarut di air laut yang memenuhi syarat untuk wisata bahari menurut KLH no. 51 tahun 2004 adalah sebesar 5 mgl. Secara keseluruhan kadar oksigen terlarut di perairan Belitung, bulan Oktober 2005 berkisar antara 3,91 – 4,65 mll dengan rata-rata 4,18 mll. Kadar oksigen terlarut di perairan Belitung pada lapisan permukaan 0 m, 5 m dan 10 m masing-masing berkisar antara 4,01 – 4,65 mll dengan rata-rata 4,33 mll; 4,06 – 4,48 mll dengan rata-rata 4,19 mll dan 3,91 – 4,19 mll dengan rata-rata 4,02 mll BAPPEDA Propinsi Bangka-Belitung dan P2O-LIPI Tanjungpandan 2005.

2.3. Komunitas Ikan Karang

Laut di daerah ekuatorial memiliki kondisi fisika-kimia yang sangat konstan sepanjang waktu di daerah karang. Peningkatan daerah permukaan dari dasar dan celah-celah dan gua-gua yang tak terhingga jumlahnya menyediakan tempat untuk bersembunyi untuk bermacam-macam invertebrata yang merupakan makanan dari ikan-ikan. Keberagaman, kelimpahan dan biomasa ikan meningkat dengan semakin kompleksnya habitat Lowe-McConnel 1987. Warna ikan adalah yang dilihat pertama dan yang paling diingat oleh penyelam-penyelam baru. Jika ikan- ikan karang tidak memiliki tanda corak dan pola yang sangat luar biasa cemerlang dan variasinya, hal tersebut tidak mungkin terjadi bahwa perjalanan pertama dengan masker dan snorkel di atas karang akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan, satu ingatan yang menarik kita lagi dan lagi ke perairan tropis. menyaksikan warna-warna indah dari mahluk yang bergerak cepat dengan tiba- tiba dan bercahaya cukup dapat dikatakan sebagai aktivitas yang sangat menarik Wilson dan James 1985. Supriharyono 2000 menambahkan bahwa ikan-ikan karang biasanya mempunyai warna yang sangat indah, selain itu bentuknya sering unik, memberikan kesan tersendiri kepada wisatawan. Komunitas ikan di P. Burung dan P. Kelayang dalam kondisi baik, terlihat dati tingginya nilai E indeks keseragaman dan rendahnya C indeks dominansi. Ditemukan 11 genus ikan di pulau Kelayang, nilai H’ indeks keanekaragaman untuk masing-masing pulau tergolong sedang. Diperkirakan bahwa lebih banyaknya genus ikan yang ditemukan di Pulau Kelayang disebabkan oleh kondisi habitat dasar atau penutupan karang yang lebih luas, karena meliputi 2 strata kedalaman 3 dan 6 m. Genus ikan yang paling umum dijumpai di setiap perairan Kecamatan Sijuk adalah Amblyglyphidodon, Amphiprion dan Pomacentrus . Ketiga genus tersebut merupakan kelompok ikan mayor utama yang berasal dari satu famili yaitu Pomacentridae betok laut. Hanya tiga genus ikan yang termasuk kelompok target, satu genus Chaetodon termasuk kelompok ikan indikator dan sisanya adalah ikan mayor utama Tim Expedisi Zooxanthellae VII FDC-IPB 2002. Nybakken 1988 menyatakan bahwa ikan karang merupakan organisme yang sering dijumpai di ekosistem terumbu karang. Keberadaan mereka telah menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem yang paling banyak dihuni biota air. Ikan-ikan ini hidup berasosiasi dengan terumbu pada habitat yang disukai yaitu daerah yang banyak menyediakan makanan. Ikan-ikan karang ini memanfaatkan bentuk-bentuk terumbu karang untuk mempertahankan diri. Keberadaan ikan karang di perairan sangat tergantung pada kesehatan terumbu yang ditunjukkan oleh persentase penutupan karang hidup. Hal ini dimungkinkan karena ikan karang hidup berasosiasi dengan bentuk dan jenis terumbu sebagai tempat tinggal, perlindungan dan tempat mencari makan. Ikan karang secara relatif menetap hampir di seluruh hidup mereka. Sale 1978b dalam Sale 1991 menyatakan bahwa ikan karang kecil panjang kurang dari 30 cm berbeda-beda dalam tingkat pergerakan, merupakan hal yang benar bahwa ikan-ikan karang lebih menetap dibandingkan dengan vertebrata lain yang seukuran. Alasan yang mendukung hal tersebut adalah ikan karang hidup di lingkungan yang sangat berstruktur yang dibuat oleh arsitektur yang kompleks dari karang-karang, dan lingkungan yang berbeda-beda dalam struktur dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam skala meter. Sale 1991 menyatakan bahwa Struktur karang yang kompleks menyediakan habitat fisik dan tempat berlindung yang mengakomodasi banyak ukuran kelas dan khususnya individu yang kecil dari invertebrata. Banyak spesies ikan yang mengambil hewan invertebrata yang khas di koloni karang, tumpukan patahan karang dan turf alga. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi komunitas ikan karang. Faktor yang pertama yaitu keberadaan karang hidup. Karang mati menyebabkan penurunan secara nyata jumlah spesies ikan dan individu-individu yang berasosiasi dengan terumbu. Terdapat tiga bentuk interaksi antara ikan dan karang, yaitu: Pertama, ada interaksi langsung antara struktur karang dan tempat berlindung, yang paling nyata pada ikan-ikan kecil. Kedua, adanya interaksi memakan yang layak melibatkan ikan-ikan karang dan biota-biota sesil, termasuk alga. Ketiga, adanya peranan dari struktur karang dan pola memakan dari pemakan plankton dan karnivor yang berasosisasi dengan karang. Goldman dan Talbot 1976 dalam Wilson dan James 1985 menyatakan bahwa secara keseluruhan di perairan karang di Pulau One Tree Great Barrier Reef biomasa ikan karnivor menguasai 3,4 kali ikan grazer, tetapi ikan karnivor tersebut juga biasa memakan invertebrate pada tingkat tropik ke-2 dan ke-3. biomasa di bagian leeward slope terdiri dari 4 kategori tropik kira-kira dalam jumlah yang sama, di laguna karang biomasa utama adalah pemakan invertebrata dasar dan grazer, dan di windward slope dan transisi ke dasar yang tidak berkarang biomasa yang utama adalah piscivores. Picivores ini akan tetapi, termasuk banyak spesies karnivor yang beristirahat di sana siang hari tetapi pergi mencari makan pada malam hari, sehingga tidak ada contoh yang akurat dari jumlah ikan yang tersedia disokong oleh zona-zona tersebut. 2.4. Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang 2.4.1. Kerusakan Terumbu Karang Karena Faktor Alam