4.7. Manajemen Pengelolaan Pulau
Modal utama untuk menarik wisatawan agar datang berkunjung ke suatu objek wisata alam adalah keindahan dan keaslian kondisi alam di lokasi objek
wisata tersebut. Manajemen komprehensif atau manajemen multi tujuan dari sumberdaya laut adalah konsep baru dalam merespon untuk merubah hubungan
antara manusia dan lingkungan laut Kenchington 1988. Bila kita berbicara tentang wisata bahari khususnya untuk kegiatan snorkeling dan selam, maka
tantangan terbesar dalam mengelola suatu objek wisata bahari adalah bagaimana menjaga kondisi perairan dan ekosistem terumbu karang agar tidak terdegradasi
sedangkan yang kita hadapi adalah orang-orang yang memiliki tingkah laku dan keinginan yang berbeda-beda. Selain daripada itu, kondisi daratan dan masyarakat
sekitar lokasi objek wisata juga harus menjadi perhatian karena segala aktivitas di daratan dan di laut akan turut mempengaruhi kondisi perairan khususnya
ekosistem terumbu karang yang menjadi modal utama untuk menarik wisatawan. Bila perairan P. Kera, P. Lutung dan P. Burung dikembangkan menjadi daerah
tujuan wisata bahari, maka daerah tersebut akan bertambah banyak aktivitas dengan tujuannya masing - masing di tempat tersebut, maka sebaiknya daerah
tersebut diatur dengan manajemen wilayah untuk penggunaan yang beragam. Manajemen wilayah untuk penggunaan yang beragam bertujuan untuk produksi
air, kayu, ikan, invertebrata, kehidupan liar, padang rumput dan rekreasi di luar rumah yang berkelanjutan dengan orientasi utama konservasi terhadap alam untuk
mendukung aktivitas ekonomi meskipun zona spesifik mungkin juga dibuat di dalam area tersebut untuk mencapai tujuan spesifik konservasi Kenchington
1988.
4.7.1. Pengelolaan P. Kera
Dangkalnya perairan P. Kera Lampiran 9.1menyebabkan aktivitas yang mungkin dilakukan di keempat titik pengamatan adalah bersnorkeling. Nilai
kesesuaian di semua titik pengamatan menunjukkan pengembangan wisata bahari di P. Kera lebih sesuai dikembangkan di utara pulau tersebut. Tetapi bila kita lihat
dari penutupan komunitas terumbu karang, penutupan tertinggi terdapat di bagian timur, sehingga daerah tersebut bisa juga dijadikan daerah tujuan untuk
bersnorkeling, karena tutupan komunitas terumbu karang yang tinggi biasanya menyajikan beragam bentuk dan warna yang indah dan merupakan pemandangan
bawah air yang menarik untuk disaksikan. Sebaiknya dilakukan perbaikan kondisi ekosistem terumbu karang di sebelah Barat dan Selatan P. Kera, karena tutupan
komunitas terumbu karang tersebut lebih rendah dari 2 daerah pengamatan yang lain, bahkan tutupan terumbu karang batu hidup di barat pulau kondisinya
tergolong dalam kategori buruk. Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menetapkan wilayah tersebut sebagai daerah
konservasi atau daerah perlindungan. Alan dan Angel 1988, menyatakan bahwa rencana dari daerah perlindungan mungkin memiliki tujuan pengeluaran pengaruh
manusia untuk mengizinkan perawatan atau pembangunan kembali kondisi asli. Langkah nyata untuk meningkatkan tutupan terumbu karang hidup di daerah
tersebut adalah dengan melakukan transplantasi terumbu karang, karena substrat dasar yang berupa pasir putih halus kurang cocok untuk penempelan larva karang,
sehingga harus dengan bantuan dan usaha manusia. Dengan upaya tersebut diharapkan tutupan terumbu karang akan meningkat sehingga jumlah ikan karang
yang berasosiasi pun akan semakin banyak Sale 1991 dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan setempat.
Perairan P. Kera merupakan tempat penduduk Desa Tanjung Binga menangkap ikan, sehingga perlu dibuat peraturan tentang penangkapan ikan di
daerah tersebut terkait dengan dijadikannya sebagian perairan pulau sebagai tempat rekreasi dan sebagian lagi merupakan daerah yang dikonservasi. Dengan
luas daratan pulau yang kecil, sebaiknya tidak dibangun sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata bahari seperti tempat peristirahatan dan sebagainya
yang mengakibatkan pembukaan lahan dan berkurangnya jumlah vegetasi yang yang tumbuh di pulau tersebut. Berkurangnya jumlah vegetasi di daratan akan
mengakibatkan proses erosi dari daratan akan semakin cepat yang akan menyebabkan bertambahnya sedimentasi dan kekeruhan perairan. Kekeruhan dan
sedimentasi mengakibatkan terjadinya penutupan substrat, penutupan dan melebihi kemampuan membersihkan beberapa hewan yang makan dengan cara
menyaring air, merubah distribusi vertikal hewan dan tumbuhan, mungkin menyerap dan membawa polutan lain Kenchington 1988.Selain daripada itu,
segala aktivitas manusia di daratan akan menghasilkan limbah padat dan cair yang akan mencemari perairan dan pada akhirnya akan menyebabkan degradasi
lingkungan khususnya terhadap ekosistem terumbu karang yang merupakan modal utama dari wisata bahari di P. Kera tersebut.
4.7.2. Pengelolaan P. Lutung
Kondisi perairan P. Lutung Lampiran 9.2 yang terdapat terumbu karang yang bervariasi mulai dari 2 m sampai 4 m menyebabkan aktivitas selam dan
snorkeling dapat dilakukan di wilayah tersebut. Berdasarkan nilai kesesuaian,
dapat dikatakan bahwa daerah barat P. Lutung paling sesuai untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari. Penutupan komunitas terumbu karang yang lebih
baik di selatan pulau mengindikasikan bahwa wilayah tersebut juga potensial untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata bahari di P. Lutung. Namun
karena kedalaman perairan yang terdapat terumbu karang hanya sampai 2 m menyebabkan lokasi tersebut lebih sesuai bila dikembangkan sebagai daerah
tujuan untuk aktivitas snorkeling. Kondisi ekosistem terumbu karang di Utara P. Lutung tergolong sedang, namun dengan nilai IMK yang dapat dikatakan besar
pula 0,41, sebaiknya wilayah tersebut dijadikan daerah konservasi untuk memperbaiki kondisi ekosistem terumbu karang di tempat tersebut dan agar
kondisi yang sekarang tidak menjadi semakin buruk. Lokasi lain yang sebaiknya dijadikan daerah konservasi adalah bagian
timur pulau. Walaupun tutupan komunitas terumbu karang di tempat tersebut besar, tetapi tutupan tersebut didominasi oleh makro alga dari genus Sargassum
yang menyebabkan dasar perairan terlihat berwarna coklat kehitaman, sehingga dirasakan kurang menarik bila dijadikan objek wisata bahari. Substrat dasar yang
berupa pasir putih halus menyebabkan harus adanya campur tangan manusia untuk meningkatkan tutupan terumbu karang batu di kedua lokasi tersebut. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya dengan melakukan transplantasi terumbu karang. Dengan membaiknya kondisi ekosistem
terumbu karang di tempat tersebut diharapkan semakin banyak ikan-ikan yang berasosiasi sehingga meningkatkan hasil tangkapan nelayan setempat. Dengan
berubahnya status P. Lutung menjadi tujuan wisata dan daerah konservasi harus
dibuat regulasi agar menguntungkan bagi semua pihak, khususnya nelayan setempat yang mencari ikan di sekitar pulau tersebut. Selain daripada hal tersebut,
masyarakat setempat harus diikutsertakan agar mereka merasa menjadi bagian dari kegiatan pariwisata dan konservasi tersebut, sebagai salah satu upaya untuk
meminimalisir potensi-potensi konflik dengan masyarakat setempat. Alan dan Angel 1988, menyatakan bahwa manajemen terumbu karang pada dasarnya
melibatkan beragam dan mengendalikan pengaruh penggunaan terumbu karang oleh manusia.
Karena luasan P. Lutung yang tidak jauh lebih besar dari P. Kera sebaiknya pengelolaan yang dilakukan di daratan pulau juga sama, yaitu dengan
tidak mendirikan sarana dan prasarana pendukung untuk wisata bahari. Hal tersebut didasari pertimbangan bahwa dengan adanya perubahan kondisi di
daratan akan mengakibatkan perubahan di perairan P. Lutung tersebut seperti masuknya limbah padat dan cair ke perairan karena adanya aktivitas manusia di
pulau yang akan mengakibatkan tercemarnya perairan dan terdegradasinya ekosistem terumbu karang di perairan pulau tersebut.
4.7.3. Pengelolaan P. Burung
P. Burung memiliki daratan yang lebih luas dibanding P. Kera dan P. Lutung. Pantai dengan pasir putih terbentang dari sisi selatan ke timur dengan
kemiringan yang landai Lampiran 9.3 dipadu dengan batu-batu granit yang tertata secara alami bahkan terdapat batu granit yang tersusun membentuk kepala
burung yang menyebabkan pulau tersebut diberi nama P. Burung yang memberikan keindahan tersendiri pemandangan di pantai pulau tersebut. Kondisi
pantai yang indah tersebut merupakan suatu potensi lebih yang dimiliki P. Burung, sehingga selain wisata bahari yang dapat dikembangkan di perairannya,
juga bisa dikembangkan wisata pantai di daratannya. Nilai kesesuaian tertinggi dari keempat titik pengamatan terdapat di barat pulau. Rata-rata penutupan
komunitas terumbu karang yang mencapai 51,16 dan tutupan terumbu karang hidup yang tergolong dalam kondisi baik menjanjikan pemandangan bawah air
yang menarik bagi wisatawan yang menyelam dan bersnorkeling di lokasi tersebut. Kondisi terumbu karang yang termasuk dalam kategori baik juga