III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka-Belitung. Wilayah yang diteliti mencakup P. Lutung, P. Kera
dan P. Burung yang terletak di Desa Tanjung Binga Gambar 1. Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian pendahuluan, pengambilan data
primer dan sekunder serta analisa data. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Maret 2006 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan
mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan data. Pengambilan data ke lapangan dilaksanakan pada bulan April 2006.
3.2. Metode Pengambilan Sampel 3.2.1. Penentuan Stasiun Pengamatan
Terdapat empat lokasi pengambilan data stasiun pada setiap pulau yang ditentukan berdasarkan empat arah mata angin utara, selatan, barat dan timur
dengan bantuan GPS Global Positioning System untuk mengetahui arah dan memplotkan masing-masing titik stasiun pengamatan. Maka, akan terdapat 12
stasiun pengamatan dari ketiga pulau yang diteliti dan diharapkan dapat mewakili kondisi ekosistem terumbu karang di ketiga pulau tersebut.
3.2.2. Pengambilan Data Karang
Data karang diamati pada kedalaman 10 dan 3 meter atau sesuai dengan kondisi perairan di lapangan, kedalaman 10 m dianggap mewakili daerah yang
dalam dan kedalaman 3 m dapat mewakili daerah yang dangkal. Pengambilan data dengan menggunakan alat SCUBA dengan menggunakan metode visual transek
kuadrat, yaitu transek garis dibentangkan sepanjang 50 meter sejajar garis pantai pada kedalaman 10 dan 3 m, kemudian diletakkan transek kuadrat berukuran 1 x 1
m diatas koloni-koloni karang yang dilewati oleh meteran tersebut dari titik 0 nol dengan interval 5 m sehingga didapatkan 9 transek kuadrat di setiap titik
pengamatan. Kemudian persen penutupan karang berdasarkan bentuk pertumbuhannya lifeform diestimasi tiap transek serta dicatat jenis-
karang yang termasuk ke dalam transek tersebut. Pengamatan biota pengisi habitat dasar didasarkan pada bentuk pertumbuhan Tabel 1 untuk mengetahui jenis dan
jumlah bentuk pertumbuhan karang di daerah tersebut sesuai dengan parameter yang dibutuhkan pada matriks analisis kesesuaian untuk wisata bahari snorkeling
dan selam. Selain dari pada itu, pengamatan juga dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah genus yang terdapat di perairan ketiga pulau tersebut. Pencatatan
jenis dan jumlah genus ini untuk mengetahui jenis-jenis dan jumlah genus karang yang terdapat di perairan ketiga pulau tersebut agar bisa memberikan informasi
yang lebih banyak tentang daerah penelitian. Tabel 1. Kategori bentuk pertumbuhan dan kodenya English et al. 1994
Kategori Kode Keterangan
Karang Batu: Dead Coral
DC Baru saja mati, warna putih sampai putih kotor
Dead Coral with Algae DCA
Karang mati yang masih tampak bentuknya tapi sudah ditumbuhi alga
Acropora Branching
ACB Sedikitnya 2 cabang. Cth:
Acropora palmata, A. formosa
Encrusting ACE Biasanya berupa pelat dasar dari bentuk
Acropora yang belum dewasa
Submassive ACS
Kokoh berbentuk bonggolbaji Digitate
ACD Percabangan tidak sampai 20. Cth:
A. humilis, A. digitifera, A. gemmifera
Tabular ACT
Pelat datar seperti meja Non-
Acropora Branching
CB Percabangan ± 20
Encrusting CE Sebagian besar menempel pada substrat
sebagai pelat laminar
Foliose CF
Karang menempel pada satu atau lebih titik, bentuk menyerupai daun
Massive CM
Berbentuk bola atau batu besartanggul Submassive
CS Membentuk kolom kecil, baji atau bonggol
Mushroom CMR
Soliter Millepora
CME Karang api
Heliopora CHL Karang
biru, soliter
Tubipora CTU
Fauna lain Soft Coral
SC Karang lunak
Sponges SP
Zoanthids ZO
Others OT
Ascidians, anemon, gorgonia, kima raksasa, timun laut, bulu babi, dll
Algae:
Bersambung...
Tabel 1. Lanjutan
Kategori Kode
Keterangan
Algae Algal Assemblage
AA Terdiri lebih dari satu spesies
Coraline Algae CA
Halimeda HA
Macroalgae MA
Warna merah, coklat, dll Turf Algae
TA Algae filamen yang lembut, sering ditemukan
dalam wilayah damselfish
Abiotik: Sand
S Pasir
Rubble R
Pecahan karang tak beraturan Silt
SI Lumpur
Water WA
Celah lebih dari 50 cm Rock
RCK Tapakan karang termasuk kapur, batuan
3.2.3. Pengambilan Data Ikan Karang
Pengamatan ikan karang menggunakan metode pencacahan langsung visual census pada transek garis yang sama untuk peletakan transek kuadrat pada
pengamatan biota karang, yaitu transek garis yang dibentangkan sepanjang 50 m sejajar garis pantai dan menggunakan peralatan SCUBA. Setelah transek garis
dibentangkan, stasiun pengamatan dibiarkan kembali sampai kondisi perairan menjadi seperti semula dan semua ikan-ikan karang yang lari dan bersembunyi
pada saat pemasangan transek keluar dari tempat persembunyiannya. Pencatat data ikan karang berenang di atas transek garis sepanjang 50 m sambil mencatat
seluruh spesies ikan dan kelimpahannya yang ditemukan sejauh 2,5 m ke kiri dan kanan transek Gambar 2. Sensus dilakukan pada interval waktu antara jam 08:30
dampai 17:00 agar data ikan yang diambil merupakan ikan karang yang bersifat diurnal, karena waktu pelaksanaan sensus sangat berpengaruh terhadap jenis ikan.
Identifikasi ikan karang berdasarkan Allen 1999, Lieske dan Myers 2001 dan Kuiter 1992.
Gambar 2. Pengambilan data ikan karang dengan metode pencacahan langsung English et al. 1994
Tabel 2. Alat dan metode pengambilan data karang dan ikan karang
Pengambilan data Alat
Metode
Karang - Satu set alat scuba
- Roll meter - Transek kuadrat 1 x 1 m
- Sabak + Pensil
- GPS
Visual transek kuadrat
Ikan karang - Satu set alat scuba
- Roll meter - Sabak + Pensil
- GPS Sensus Visual