Genus dan bentuk pertumbuhan karang di P. Lutung

sesuai kriteria Deparpostel 1990. Berdasarkan dua kriteria di atas, maka dapat dikatakan bahwa perairan P. Lutung kurang sesuai untuk dijadikan objek wisata bahari bila hanya dilihat jumlah spesies ikan karang yang ditemukan.

4.2.3.3. Kondisi komunitas ikan karang di P. Burung

Komunitas ikan karang di P. Burung terdiri dari 1461 individu ikan dari 19 famili dan 85 spesies. Adapun famili-famili ikan yang ditemukan adalah Labridae, Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomacanthidae, Serranidae, Nemipteridae, Apogonidae, Haemulidae, Lutjanidae, Siganidae, Bleniidae, Caesionidae, Scaridae, Sphyraenidae, Monacanthidae Lampiran 6.3. Indeks keseragaman terendah terdapat di barat P. Burung pada kedalaman 3 m, hal ini dikarenakan adanya beberapa jenis ikan memiliki jumlah individu yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang lain, sehingga menurunkan nilai keseragaman. Dari nilai indeks dominansi C terlihat bahwa dibandingkan dengan stasiun pengamatan yang lain, bagian barat pulau memiliki nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 0,28 yang berarti di tempat tersebut terdapat dominansi lebih besar dibanding stasiun yang lain Tabel 15. Tabel 15. Indeks Keanekaragaman H’, Keseragaman E dan Dominansi C serta jumlah famili dan jumlah spesies ikan karang yang teramati di

P. Burung

Lokasi Kedalaman ∑ Famili ∑ Species ∑ Individu H E C Barat 3m 10 28 188 2,37 0,71 0,20 7m 19 39 665 2,01 0,55 0,28 Timur 3m 8 26 139 2,30 0,71 0,18 Utara 3m 12 40 150 3,15 0,85 0,07 Selatan 2m 11 42 315 3,02 0,81 0,08 Perairan P. Burung bila dilihat dari jumlah spesies ikan karang yang ditemukan termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai Bakosurtanal 1996 dan skor 3 Deparpostel 1990 dalam Bakosurtanal 1996 atau dapat dikatakan lebih sesuai untuk dijadikan objek wisata bahari bila hanya ditinjau dari jumlah spesies ikan karang yang ditemukan dibandingkan P. Kera dan P. Lutung. Hal tersebut menunjukkan bahwa di perairan P. Burung terdapat potensi untuk dikembangkan menjadi suatu objek wisata bahari baik untuk snorkeling, selam dan kegiatan lainnya.

4.3. Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Data beberapa parameter fisika dan kimia perairan merupakan hasil olahan data primer berdasarkan hasil pengukuran langsung dilapangan. Data primer fisika dan kimia perairan hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada lampiran 6 untuk masing-masing pulau. Adapun parameter fisika yang diukur yaitu kecerahan, kecepatan arus, suhu dan kekeruhan turbidity, sedangkan parameter kimia perairan yang diukur yaitu oksigen terlarut DO, pH dan salinitas. Data hasil pengukuran tersebut akan dibandingkan dengan “Baku Mutu Air Laut Untuk Wisata Bahari dan Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut” berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 untuk mengetahui kesesuaian perairan tersebut menjadi objek wisata bahari dan sebagai tempat hidup biota laut secara umum.

4.3.1. Parameter Fisika dan Kimia Perairan P. Kera

Parameter fisika dan kimia perairan di P. Kera Lampiran 7.1 berdasarkan baku mutu air laut untuk wisata bahari menurut KepMen LH no.51 tahun 2004, dapat dikatakan memenuhi kriteria tersebut. Tetapi bila kita bandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut, maka terdapat satu parameter kimia yang tidak memenuhi kriteria tersebut, yaitu salinitas. Salinitas rata-rata di perairan P. Kera yaitu 32 ‰, adapun menurut baku mutu air laut untuk karang yaitu 33 - 34 ‰, akan tetapi diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 5 salinitas rata- rata musiman. Kondisi salinitas tersebut mungkin turut menyebabkan rendahnya perentase penutupan karang hidup di perairan P. Kera tersebut. Menurut Kinsman 1964 dalam Supriharyono 2000 binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas 34 - 36 ‰. Namun, pengaruh salinitas terhadap kehidupan binatang karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat danatau pengaruh alam seperti run-off, badai, hujan, sehingga kisaran salinitas bisa sampai 17,5 – 52,5 ‰ Vaughan 1919 dan Wells 1932 dalam Supriharyono 2000.