Pemerintahan Desa Tanjung Binga

terdapat di selatan pulau. Namun, karena kedalaman perairan di lokasi tersebut hanya 2 m menyebabkan aktivitas yang dapat dilakukan untuk menikmati keindahan pemandangan bawah laut di tempat tersebut hanya dengan bersnorkeling. Tutupan terumbu karang hidup di Selatan dan Utara P. Burung termasuk dalam kategori sedang, namun sebaiknya di wilayah tersebut dijadikan kawasan konservasi untuk memperbaiki kondisi ekosistem terumbu karangnya. Salah satu aspek dari konservasi adalah adanya pemanfaatan Yulianda 2004, untuk melaksanakan aspek tersebut maka dapat juga dijadikan tujuan wisata untuk kegiatan snorkeling di tempat tersebut bagi wisatawan yang ingin melihat dan mengetahui aktivitas transplantasi dan terumbu karang yang sedang ditrasnplantasi. Karena kedalaman perairan di lokasi tersebut hanya mencapai 3 m maka aktivitas yang sesuai untuk dilakukan adalah snorkeling. Namun sebaiknya yang diperbolehkan untuk melakukan snorkeling di tempat tersebut adalah penyelam-penyelam yang sudah berpengalaman, sehingga diharapkan tidak merusak terumbu karang yang ada di tempat tersebut. Kenchington dan Salvat 1988, menyatakan di daerah yang sering diselami, kerusakan kecil terhadap spesies karang dan biota karang lain yang rapuh yang disebabkan oleh penyelam bisa menjadi kerusakan yang berarti. Dari kondisi yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat ditentukan bahwa untuk pengembangan wisata bahari sebaiknya dilakukan di barat dan selatan pulau, sedangkan daerah timur dan utara sebaiknya dijadikan kawasan konservasi. Wisatawan yang datang berkunjung ke P. Burung dengan menggunakan kapal biasanya berlabuh di selatan dan timur pulau, sehingga perlu dibangun dermaga untuk mempermudah wisatawan-wisatawan tersebut mencapai daratan dan tidak perlu terjun berbasah-basahan dari kapal. Namun, pembangunan dermaga tersebut harus dilakukan studi sebelumnya agar tidak merusak ekosistem terumbu karang yang sudah ada dan di masa yang akan datang tidak menyebabkan degradasi lingkungan yang berarti di P. Burung. Pembangunan sarana atau prasarana untuk menambah kenyamanan para wisatawan sebaiknya memperhatikan daya dukung pulau tersebut. Alan dan Angel 1988 menyatakan bahwa manajemen zona wisata dengan menggunakan area, diizinkan bila konsisten konsisten terhadap daya dukung lingkungan area tersebut. Selain daripada itu, pembatasan jumlah pengunjung dan penanganan limbah yang dihasilkan akibat aktivitas pengunjung di atas pulau sebaiknya dilakukan dengan baik agar tidak mencemari dan menyebabkan degradasi lingkungan. Saat ini sudah terdapat kebun kelapa milik penduduk setempat dan vegetasi yang tumbuh dengan sendirinya di daratan P Burung. Namun, penambahan jumlah vegetasi adalah hal yang baik untuk dilakukan khususnya di selatan pulau. Penambahan jumlah vegetasi di selatan pulau dapat dilakukan karena di tempat tersebut jumlah vegetasinya lebih sedikit dibanding sisi-sisi pulau yang lain dan bisa dikatakan gersang. Dengan bertambahnya jumlah vegetasi di tempat tersebut akan membuat udara menjadi lebih sejuk karena cahaya matahari terhalang oleh dedaunan pohon-pohon yang tumbuh di tempat tersebut, sehingga diharapkan akan meningkatkan kenyamanan bagi wisatawan yang hendak bermain atau bersantai di pantai. Masyarakat setempat tidak boleh dikesampingkan untuk pengelolaan suatu daerah agar mereka merasakan keuntungan dari usaha pengelolaan tersebut sehingga mereka akan mendukung berjalannya kegiatan tersebut dan meminimalisir konflik yang mungkin terjadi. Perairan P. Burung juga merupakan tempat nelayan Desa Tanjung Binga menangkap ikan, sehingga perlu dibuat aturan untuk mensinergikan kepentingan - kepentingan yang terkait dengan P. Burung tersebut agar semua pihak merasa tidak dirugikan. Untuk mencapai titik penyelaman biasanya dengan menggunakan kapal-kapal yang menggunakan jangkar untuk menambatkannya. Jangkar-jangkar kapal tersebut dikhawatirkan akan merusak terumbu karang di tempat pemberhentian kapal tersebut, sehingga perlu dibangun tiang-tiang penambat atau tali berpelampung untuk menambatkan kapal-kapal tersebut. Cara tersebut juga bisa diterapkan terhadap nelayan-nelayan yang menangkap ikan di perairan P. Kera, Pulau Lutung dan P. Burung agar tidak ada lagi kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh jangkar kapal.