Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus

dalam jumlah yang sama, sedangkan penambahan pati supaya ransum mengandung kadar karbohidrat yang sama sudah memperhitungkan kadar air.

4.3.3. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus

Rata-rata konsumsi ransum selama perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12. Uji sidik ragam konsumsi ransum bk dapat dilihat pada Lampiran 22-23. Ransum rata-rata yang dikonsumsi tikus berkisar antara 11.87–13.89 g bk. Pada tikus diabetes rata-rata ransum habis dikonsumsi dan 10 tercecer. Pada tikus normal sekitar 15-20 ransum tidak dikonsumsi dan tercecer. Nafsu makan pada tikus diabetes cenderung lebih tinggi dibanding tikus normal. Tabel 12 . Rata-rata konsumsi ransum Kelompok Perlakuan Rata-rata Konsumsi ransum g bb g bk NN 17.03±1.41 12.39±1.09 ab NJ 16.59±1.42 11.87±1.14 NT a 17.06±1.60 12.16±1.31 DN a 17.94±1.50 13.18±1.17 DJ abc 18.31±1.47 13.89±0.54 DT bc 18.60±0.87 13.77±0.53 c Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata p 0.05. NN= tikus normal, ransum tapioka alami; NJ= tikus normal, ransum tapioka + ekstrak daun jambu 4 ; NT= tikus normal, ransum tapioka + ekstrak teh hijau 4; DN= tikus diabetes, ransum tapioka alami; DJ= tikus diabetes, ransum tapioka + ekstrak daun jambu 4, DT = tikus diabetes, ransum tapioka + ekstrak teh hijau 4 . Perubahan berat badan tikus diamati setiap 2 hari sekali selama percobaan Gambar 8. Perubahan berat badan pada tikus normal dan diabetes berbeda nyata p0.05 Lampiran 27. Pada tikus normal berat badan cenderung meningkat dengan rata-rata kenaikan 91.4–111 g, sedangkan pada tikus diabetes berat badan cenderung menurun dengan rata-rata penurunan 19–35.67 g. Tingginya konsumsi ransum dan penurunan berat badan pada tikus diabetes dapat disebabkan kondisi diabetes menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat sehingga terjadi glukosuria glukosa dalam urin, yang menyebabkan diuresis osmotik sehingga mengakibatkan poliuria sering kencing. Poliuria merangsang polidipsia rasa haus yang terus menerus dan poliphagia perasaan lapar yang berlebih. Kekurangan insulin lebih lanjut, menyebabkan peningkatan lipolisis dari sel-sel lemak serta pemecahan protein sebagai alternatif 50 100 150 200 250 300 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 B e r at B ad an g Percobaan hari ke- NN ฀ NJ ฀ NT ฀ DN ฀ DJ ฀ DT ฀ sumber bahan bakar. Mekanisme ini, bersamaan dengan hilangnya kalori sehingga menimbulkan hyperphagia perasaan lapar yang berlebih dan penurunan berat badan David Plotnick 2008. NN= tikus normal, ransum tapioka alami; NJ= tikus normal, ransum tapioka + ekstrak daun jambu 4; NT= tikus normal, ransum tapioka + ekstrak teh hijau 4; DN= tikus diabetes, ransum tapioka alami; DJ= tikus diabetes, ransum tapioka + ekstrak daun jambu 4, DT = tikus diabetes, ransum tapioka + ekstrak teh hijau 4 . Kode sampel yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata p0.05 Gambar 8. Rata-rata berat badan harian tikus selama percobaan

4.3.4. Profil Lipid Darah