Alternatif lainnya adalah cincin kodensat AC dapat membentuk ikatan H dengan residu dari sisi aktif enzim. Hasil penelitian Tadera et al. 2006, menunjukkan
bahwa luteolin, mirisetin, dan kuersetin merupakan inhibitor yang berpotensi menghambat enzim
α-amilase yang berasal dari pankreas babi. Dari penelitian tersebut dinyatakan bahwa potensi penghambatan berhubungan dengan jumlah
grup hidroksil dari cincin B flavonoid. Pengaruh polifenol terhadap penyerapan glukosa berkaitan dengan
transporter glukosa. Dari beberapa studi in vitro dengan menggunakan intestinal brush border membrane vesicles
atau everted sacs dan sel Caco-2, diketahui bahwa beberapa flavonoid dan asam fenolik dapat menghambat transport glukosa.
Glukosa transporter SGLT1 dihambat oleh asam klorogenik, asam ferulat, asam kafeik dan asam tanat, kuersetin monoglukosida, katekin teh dan naringenin.
Glukosa transporter lainnya GLUT2 dihambat oleh kuersetin, mirisetin, apigenin dan katekin teh Hanhineva et al. 2010.
Polifenol dan pati dapat membentuk kompleks ikatan yang menyebabkan sisi atau bagian pati yang secara normal dihidrolisis oleh enzim pencernaan
menjadi tidak dikenali, sehingga daya cerna pati menjadi rendah Thompson et al. 1984. Meskipun informasi mengenai ikatan antara polifenol dengan karbohidrat
masih sangat terbatas, namun Bear et al. 1985 di dalam Mueller-Harvey et al. 1986 menyatakan bahwa kemungkinan ikatan antara komponen fenolik dengan
karbohidrat adalah ikatan kovalen melalui jembatan eter pada C-4 karbohidrat. Kemungkinan lain tipe ikatan antara polifenol dan karbohidrat melalui jembatan
H
+
2.4.3. Radikal Bebas dan Diabetes
dan interaksi hidrofobik sangat penting dalam kompleks tersebut. Ukuran molekul dan fleksibilitas konformasi berperan dalam ikatan antara polifenol dan
polisakarida dan dipengaruhi oleh pH. Bentuk kompleks tersebut sedikit mengubah struktur polisakarida atau polifenol sehingga menguat afinitasnya.
Menurut para ahli biokimia, radikal bebas adalah salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif. Secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki
elektron yang tidak berpasangan. Senyawa ini terbentuk di dalam tubuh, dipicu oleh bermacam-macam faktor, diantaranya terbentuk ketika komponen makanan
diubah menjadi energi melalui proses metabolisme. Pada proses metabolisme
seringkali terjadi kebocoran elektron. Pada kondisi tersebut akan mudah terbentuk radikal bebas, misalnya hidrogen peroksida H
2
O
2,
Pada penderita diabetes, kondisi hiperglikemik akan menyebabkan peningkatan glikolisis dan pembentukan asam piruvat yang mendorong
terbentuknya radikal bebas berlebih. Radikal bebas yang umumnya ada pada diabetes adalah beberapa SOR dan SNR Senyawa Nitrogen Reaktif yang paling
penting dalam sel vaskular. Mekanisme stress oksidatif pada penderita diabetes dapat dilihat pada Gambar 2 Johansen et al. 2005.
ozon, dan lain-lain. Kelompok senyawa tersebut sering diistilahkan sebagai senyawa oksigen reaktif
SOR Winarsi 2007.
Gambar 2. Stress oksidatif pada penderita diabetes Johansen et al. 2005
↗Sorbitol ↗Sinyal stress
NFB,p38MAPK dan kSTAT
↗PKC ↗AGE
↗Fluks Heksosamin
ONOO
-
Oksidasi LDL ↙Bioavailabilitas NO
Kerusakan DNA
Nitrasi Protein
Hiperglikemia Glikolisispiruvat↗
Mitochondrial uncoupling •O
2 -
↗NO eNOS
iNOS Sitokin
Ang II ET-1
↗ Aktivitas Oksidasi NADPH
↗•
O
2 -
Peroksidasi lipid ↗Aterosklerosis
Melemahkan vasorelaksasi
PENYAKIT VASKULER DIABETES
Hasil review Johansen et al. 2005 dari beberapa penelitian menyatakan bahwa SOR pada tingkat tertentu terlibat sebagai molekul sinyal dan mekanisme
pertahanan seperti dalam fagositosis, fungsi neutrofil, dan tekanan vasorelaksasi. Namun akan berdampak negatif jika jumlahnya berlebih karena akan
mengakibatkan stress oksidatif. Stres oksidatif memiliki konsekuensi patologis termasuk kerusakan protein, lipid, dan DNA. Kelebihan SOR dapat merangsang
oksidasi low-density lipoprotein LDL. LDL yang teroksidasi tidak dikenali oleh reseptor LDL sehingga dapat diambil oleh reseptor scavenger di makrofag
mengakibatkan pembentukan sel busa dan plak aterosklerotik.
2.4.4. Dislipidemia dan Diabetes