Dislipidemia dan Diabetes Induksi Diabetes dengan Streptozotocin STZ

Hasil review Johansen et al. 2005 dari beberapa penelitian menyatakan bahwa SOR pada tingkat tertentu terlibat sebagai molekul sinyal dan mekanisme pertahanan seperti dalam fagositosis, fungsi neutrofil, dan tekanan vasorelaksasi. Namun akan berdampak negatif jika jumlahnya berlebih karena akan mengakibatkan stress oksidatif. Stres oksidatif memiliki konsekuensi patologis termasuk kerusakan protein, lipid, dan DNA. Kelebihan SOR dapat merangsang oksidasi low-density lipoprotein LDL. LDL yang teroksidasi tidak dikenali oleh reseptor LDL sehingga dapat diambil oleh reseptor scavenger di makrofag mengakibatkan pembentukan sel busa dan plak aterosklerotik.

2.4.4. Dislipidemia dan Diabetes

Pada penderita diabetes mellitus dapat terjadi abnormalitas lipid yang dikenal dengan istilah dislipidemia. Dislipidemia pada penderita DM berkaitan dengan kelainan lipoprotein yang terkait dengan diabetes mellitus. Kelainan ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada penderita diabetes mellitus. Abnormalitas lipid dalam diabetes tipe 2 ditandai dengan tingginya konsentrasi trigliserida, rendahnya HDL, dan normalnya konsentrasi LDL-c dan total kolesterol Valabhji Elkeles 2003. Pada diabetes mellitus tipe 1, biasanya kelainan ini dapat dikembalikan dengan kontrol glikemik. Pada diabetes mellitus tipe 2, meskipun kualitas lipid dapat diperbaiki, namun kelainan tetap terjadi bahkan setelah kontrol glikemik yang optimal telah dicapai O’ Brien et al. 1998. Hipertrigliseridemia pada penderita diabetes mellitus berkaitan erat dengan aterosklerosis karena menjadi penanda dari resistensi insulin dan abnormalitas metabolisme aterogenik. Kecilnya ukuran lipoprotein trigliserida pada penderita diabetes menyebabkan lipoprotein ini dapat masuk ke dinding pembuluh darah lalu teroksidasi, terikat pada reseptor makrofag dan diserap sehingga menyebabkan terjadinya lesi aterosklerotik Kreisberg 1998.

2.4.5. Induksi Diabetes dengan Streptozotocin STZ

Matteucci dan Giampietro 2008, menyatakan bahwa STZ merupakan antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces achromogenes dan menginduksi baik diabetes mellitus tipe 1 maupun tipe 2 pada tikus dewasa. Larutan harus disiapkan sebelum digunakan, karena produk ini tidak stabil, stabilitas akan maksimum pada pH 4. Dosis STZ berkisar antara 40-70 mgkg intravena dan 35- 65 mgkg intraperitoneal. Dosis yang paling sering digunakan adalah sekitar 65 mgkg bb. STZ dibawa oleh sel β-pankreas melalui transporter glukosa GLUT2. Toksisitasnya tergantung pada kemampuan alkilasinya bersama dengan aksi sinergis oksida nitrat dan spesies oksigen reaktif yang berkontribusi untuk fragmentasi DNA. Dua jam setelah injeksi 80 mgkg ip, hiperglikemia dapat diamati dan insulin darah akan menurun. Enam jam kemudian, insulin dalam darah meningkat dan hipoglikemia terjadi sehingga akhirnya hiperglikemia stabil dapat tercapai West et al. 1996, diacu dalam Matteucci Giampietro 2008. Status diabetes dipastikan dengan mengukur kadar glukosa darah selama periode waktu yang luas 2-96 hari setelah pengobatan STZ. Cut off kadar glukosa darah hewan yang diidentifikasi diabetes berkisar 200-350 mgdl Matteucci Giampietro 2008. III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian