Tabel 3. Kandungan polifenol teh hijau dan teh hitam berat kering
Komponen Teh hijau
Teh hitam
Total flavonoid 15-25
15-25 Total katekin
- Epikatekin - Epikatekin gallate
- Epigallokatekin - Epigallokatekin gallate
12-18 1-3
3-6 3-6
9-13 2-3
1 1
1 1-2
Flavonol 2-3
1-2 Teaflavin
1 4
Polifenol lain 2-4
7-15
Sumber : Hogdson 2008
Hasil studi secara in vitro menunjukkan bahwa beberapa jenis teh memiliki efek positif terhadap faktor resiko hiperglikemia. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan polifenol teh dalam modulasi enzim karbohidrat yang berhubungan dengan penyerapan glukosa. Teh memiliki aktivitas penghambatan
terhadap salah satu enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat yaitu α-
glukosidase. Komponen fenolik utama dari teh yang memiliki penghambatan tinggi terhadap α-glukosidase adalah asam protokatekuik, asam kafeinat, asam
koumarik, dan asam galat Kwon et al. 2008.
Dari hasil studi in vitro diketahui bahwa polifenol teh juga dapat berperan sebagai antioksidan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
melalui pemulungan spesies oksigen dan nitrogen reaktif scavenging reactive oxygen
dan spesies nitrogen dan mengkelat ion logam transisi redoks-aktif. Secara tidak langsung melalui 1 penghambatan faktor transkripsi redoks-sensitif,
factor-
k
B nuklir dan aktivator protein-1, 2 penghambatan enzim pro-oksidan, seperti, lipoksigenase, siklooksigenase dan xanthine oksidase, dan 3 induksi fase
II dan enzim antioksidan seperti glutation S-transferase dan superoksida dismutase Frei dan Higdon 2003
2.2.2. Polifenol Daun Jambu Biji .
Psidium guajava Linn
Jambu biji Psidium guajava Linn. digunakan tidak hanya sebagai makanan tetapi juga sebagai obat rakyat di daerah subtropis di seluruh dunia
karena kemampuan farmakologisnya. Ekstrak daun jambu biji secara tradisional digunakan untuk pengobatan diabetes di Asia Timur dan negara-negara lain.
Selain itu, aktivitas anti-hiperglikemik yang dimiliki oleh ekstrak daun jambu biji
telah dilaporkan dalam studi terhadap hewan coba. Kandungan polifenol yang terdapat dalam daun jambu biji antara lain adalah pedunkladgin, kasuarinin dan
isostrikinin. Telah banyak bukti ilmiah yang menunjukkan efektivitas dan keamanan ekstrak teh daun jambu untuk mengobati penyakit diabetes tipe 2. Di
Jepang pada Maret 2000, ekstrak teh daun jambu telah disetujui sebagai FOSHU pangan fungsional dan dianjurkan bagi individu yang khawatir akan glukosa
darahnya yang tinggi karena ekstrak ini dapat mengontrol penyerapan gula Deguchi dan Miyazaki 2010
Studi yang dilakukan oleh Shen et al. 2008 menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji dapat memulihkan kondisi hiperglikemia pada tikus diabetes.
Ekstrak ini juga menstimulasi penggunaan glukosa pada jaringan hati. Selain itu ekstrak ini dapat meningkatkan aktivitas enzim-enzim hati seperti HKase, PFKase
dan G6PDHase yang berperan dalam jalur glikolisis dan pentose monophosphat sehingga dapat menurunkan gula darah pada tikus diabet
.
.
Penelitian yang dilakukan oleh Kobayashi et al. 2005, diacu dalam Deguchi dan Miyazaki 2010 menunjukkan bahwa konsumsi oral ekstrak daun
jambu sebanyak 200 dan 2000 mgkghari tidak menimbulkan efek abnormal pada tikus dan tidak menunjukkan toksisitas akut dan kronis. Oyama et al. 2005,
diacu dalam Deguchi dan Miyazaki 2010 melalui uji DNA repair test Rec- assay menyatakan bahwa ekstrak daun jambu memiliki aktivitas mutagenik
dibandingkan teh hijau dan teh hitam komersial. Namun dengan uji bacterial reverse mutation test
Ames test, semua ekstrak teh tersebut tidak menunjukkan aktivitas mutagenik.
Komponen fenolik dari daun jambu memiliki kemampuan antioksidan diantaranya dalam menghambat reaksi peroksidasi dalam tubuh Kimura et al.
1985, diacu dalam He dan Venant 2004. He dan Venant 2004 juga melaporkan bahwa beberapa ekstrak daun jambu menunjukkan aktivitas scavenging radikal
bebas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Peng et al. 2010 menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu memiliki aktivitas anti kanker prostat sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu cara penanganan klinis kanker tersebut.
2.3. Enzim Antioksidan