tanin katekin dengan leguminosa berpati, kentang, amilosa dan amilopektin akan menurunkan daya cerna pati in vitro Despandhe Salunkhe 1982.
4.3. Profil Lipid Darah dan Aktivitas Antioksidan Hati 4.3.1. Induksi Streptozotocin dan Pengelompokan Tikus
Dosis streptozotocin STZ
Pada penelitian ini dosis tunggal 65 mgkg BB ternyata terlalu tinggi karena menyebabkan tingginya tingkat kematian pada tikus 90. Oleh karena
itu dosis diturunkan menjadi 45 mgkg BB, dengan jumlah tikus yang hidup 67– 83. Setelah induksi STZ berhasil menjadikan tikus diabetes lalu dilakukan
pengelompokan tikus Tabel 9. yang paling sering digunakan berkisar antara
40 sampai 70 mgkg untuk tikus berusia 8 sampai 10 minggu Brondum et al. 2005, diacu dalam Wu Huan 2008. Dari berbagai laporan penelitian, banyak
peneliti yang menggunakan dosis tunggal STZ 65 mgkg BB.
Tabel 9. Kelompok perlakuan tikus untuk uji hipoglikemik
Kelompok Tikus
Jenis pakan
Kode Kelompok Perlakuan
Tikus Normal N Pati tapioka N
NN Tikus Normal N
Pati tapioka + ekstrak daun jambu biji 4 J NJ
Tikus Normal N Pati tapioka + ekstrak daun teh hijau 4 T
NT Tikus Diabetes D
Pati tapioka N DN
Tikus Diabetes D Pati tapioka + ekstrak daun jambu biji 4 J
DT Tikus Diabetes D
Pati tapioka + ekstrak daun teh hijau 4T DJ
4.3.2. Kandungan dan Komposisi Kimia Ransum
Pembuatan ransum tikus disusun berdasarkan ransum standar metode AOAC 1995. ransum tikus dibuat berdasarkan kelompok perlakuan. Jumlah pati
diganti seluruhnya dengan pati tapioka sesuai dengan perlakuan Tabel 10. Pemberian ransum dilakukan setiap hari sebanyak 20 gekor.
Penambahan pati pada ransum tapioka alami lebih tinggi, sedangkan penambahan air lebih rendah dibandingkan dengan tapioka termodifikasi. Hal ini
disebabkan karena kadar air dari tapioka alami lebih tinggi dibandingkan tapioka termodifikasi. Ketiga ransum ini kemudian dianalisis komposisi kimianya Tabel
11.
Tabel 10. Komposisi ransum tikus per 100 g
Bahan g Kelompok Jenis Pati
Tapioka alami Tapioka +
Ekst.Teh Hijau Tapioka + Ekst.daun
Jambu Biji
Kasein 15.23
15.23 15.23
Minyak Jagung 8.00
8.00 8.00
Selulosa CMC 1.00
1.00 1.00
Mineral mix 5.00
5.00 5.00
Vitamin mix 1.00
1.00 1.00
Pati Tapioka 77.60
68.94 68.94
Air 19.00
29.00 29.00
Tabel 11. Komposisi kimia ransum tikus
Komposisi Kimia
Jenis ransum Tapioka
alami Tapioka + ekst.
teh hijau 4 Tapioka + ekst. daun
jambu biji 4
Air bb 25.45±0.13
27.47±0.02
a
26.82±0.71
b b
Lemak bk 9.02±0.43
8.43±0.12
a
9.34±0.23
a
Protein bk
a
11.30±0.46 11.17±0.14
a
11.04±0.18
a
Abu bk
a
4.41±0.05 4.97±0.09
a
4.73±0.09
b
Karbohidrat bk
b
75.26±0.83 75.43±0.07
a
74.90±0.50
a a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata p 0.05
Komposisi kimia ransum berbeda nyata p0.05 pada kadar air dan kadar abu Lampiran 18-19. Kadar air ransum tapioka alami lebih rendah 25.45
dibandingkan ransum tapioka termodifikasi 27.47 26.82. Hal ini terjadi karena untuk menyamakan kandungan kimia komponen lainnya bk maka
penambahan air pada ransum tapioka termodifikasi lebih tinggi dibandingkan ransum tapioka alami. Kadar abu ransum tapioka termodifikasi lebih tinggi
dibandingkan ransum tapioka alami. Hal ini disebabkan karena ekstrak teh hijau dan ekstrak daun jambu biji yang ditambahkan pada tapioka termodifikasi
mengandung serat yang berkontribusi terhadap peningkatan kadar abu ransum tapioka termodifikasi.
Hasil analisis proksimat pada ketiga jenis ransum menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata p0.05 antara kandungan lemak, protein, dan
karbohidrat antara ransum tapioka alami, tapioka termodifikasi ekstrak teh hijau dan tapioka termodifikasi ekstrak daun jambu biji Lampiran 19-21. Hal ini
disebabkan karena komponen lain seperti kasein dan minyak jagung ditambahkan
dalam jumlah yang sama, sedangkan penambahan pati supaya ransum mengandung kadar karbohidrat yang sama sudah memperhitungkan kadar air.
4.3.3. Konsumsi Ransum dan Berat Badan Tikus