Analisis karakteristik dan pelaku KIBARHUT

51 lainnya yang berkaitan 36 . Analisis dilakukan terhadap: i perjanjian dan kerjasama KIBARHUT; ii kondisi fisik dan ciri umum lokasi pelaksanaan KIBARHUT; iii aturan yang diterapkan; iii bentuk dan jenis konflik ingkar janji atau perilaku oportunis yang mungkin dan sudah terjadi. Indikasi perilaku oportunis selanjutnya menjadi cerminan komitmen pelaku menegakkan kontrak Salim, 2002; Nugroho, 2003; Gibbons, 1998; 2005; Ostrom, 2005; Yustika, 2006.

2. Kinerja kelembagan KIBARHUT

Analisis ditujukan untuk membuktikan bahwa KIBARHUT mempunyai kinerja yang menunjukkan kelayakan usaha, dan menguntungkan bagi para pelaku yang terlibat actors. Kelayakan usaha dan keuntungan memungkinkan para pelaku, khususnya petani, bersedia terus berinvestasi untuk membangun hutan, sehingga ketersediaan stock kelestarian sumberdaya hutan dan kesinambungan pasokan kayu bundar untuk keberlangsungan proses produksi INPAK dapat terus terjamin. Analisis kinerja kelembagaan KIBARHUT terdiri atas: analisis fungsi produksi, analisis kelayakan finansial, dan analisis keunggulan kompetitif dan komparatif. a. Analisis fungsi produksi Fungsi produksi adalah model hubungan fisik penggunaan faktor produksi input dengan keluaran produksi output atau komoditas yang dihasilkan Soekartawi, 2002. Secara matematis, fungsi produksi ditulis sebagai berikut: , , , … , 1 dimana : Y = output atau komoditas yang dihasilkan variabel terikat atau dependent variable X n = variabel bebas independent variables yaitu input atau faktor- faktor produksi yang dipergunakan dalam memproduksi komoditas yang dihasilkan Y f = bentuk hubungan yang mentransformasikan input-input ke dalam output komoditas Analisis fungsi produksi sering dilakukan, karena peneliti menginginkan informasi bagaimana sumberdaya yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja, dan modal 36 Metode tersebut dikenal sebagai kajian isi content analysis, yaitu teknik penelitian yang digunakan untuk menganalisis dokumen-dokumen tertulis seperti laporan, surat, transkrip wawancara, dan bentuk- bentuk tertulis lainnya, dan selanjutnya dilaporkan hasilnya secara deskripsi, tabulasi dan grafis Irawan, 2006; Pratiwi, 2008. 52 dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat diperoleh. Analisis fungsi produksi dalam penelitian ini dilakukan guna mengetahui tingkat efisiensi input faktor-faktor produksi terhadap output produknya kayu bundar yang dihasilkan kelembagaan KIBARHUT. Model fungsi produksi yang dipergunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas, dan secara matematis dirumuskan sebagai berikut: 2 Untuk mempermudah pendugaan maka persamaan Cobb-Douglas tersebut diatas persamaan 2 diubah menjadi bentuk linier berganda dengan melogaritmakannya. Logaritma persamaan 2 tersebut adalah : 3 Keterangan : Q = Output kayu dihasilkan KIBARHUT yang direpresentasikan dengan jumlah kayu bundar yang diproduksi m³satuan luas lahan X n = inputfaktor produksi yang dipergunakan per satuan luas lahan a = intersepkonstanta = koefisien regresi variabel bebas ke-i μ = kesalahan pengganggu Persamaan tersebut dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi linier berganda. Pada persamaan 3 terlihat bahwa nilai adalah tetap walau variabel yang terlibat telah dilogaritmakan, karena pada fungsi Cobb-Douglas sekaligus menunjukkan elastisitas. Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka beberapa asumsi yang harus dipenuhi Soekartawi, 2002 adalah sebagai berikut: 1 Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari bilangan nol adalah bilangan yang besarannya tidak diketahui. 2 Setiap variabel input dalam persaingan sempurna, artinya menggunakan faktor produksi yang dapat dibeli di pasar bebas. 3 Tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. 4 Perbedaan lokasi iklim, topografi dan lain sebagainya telah ditampung dalam faktor kesalahan, . Tiga alasan mengapa fungsi produksi Cobb-Douglas banyak dipergunakan untuk menganalisis oleh para peneliti Soekartawi, 2002, yaitu: