Pelaku actors kelembagaan KIBARHUT
80
1 PT. Bineatama Kayone Lestari
PT. Bineatama Kayone Lestari BKL
61
memproduksi moulding dan komponen bahan bangunan, khususnya daun pintu dan bare core
62
. Produk bare core dipasarkan ke Taiwan, Korea, Cina, Singapura dan Malaysia dan dijual lokal ke beberapa pabrik
block board di Jawa Barat. PT. BKL juga adalah IUIPHHK yang memproduksi veneer
yang dipakai sendiri guna memproduksi block board. Bahan baku menggunakan kayu kelompok jenis Meranti dan Rimba Campuran,
serta Sengon. Pasokan kayu Meranti dan Rimba Campuran berasal dari Kalimantan, sedangkan kayu Sengon dari hutan rakyat di sekitar pabrik terutama dari Tasikmalaya,
Ciamis, Garut, Sumedang, dan Kuningan. Mengantisipasi pasokan kayu Sengon yang semakin terbatas, PT. BKL melaksanakan KIBARHUT sejak tahun 2003. Visi yang
disosialisasikan adalah “Hutan Lestari, Masyarakat Mandiri, Investasi Kembali”. KIBARHUT dilakukan di: i hutan negara dikelola Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten, yaitu di KPH Tasikmalaya, KPH Garut dan KPH Sumedang; ii tanah kas desa TKD atau pengangonan bekerjasama dengan pemerintah desa
setempat; iii lahan HGU kebun, kerjasama dimulai tahun 200304 tetapi penanaman direalisasikan bertahap pada tahun 200304–200506 dan dilanjutkan pada tahun
200809 dan seterusnya; iv lahan milik TNI di Ciamis, dan v lahan milikperorangan.
Realisasi KIBARHUT terfokus di 4 kabupaten di Jawa Barat, yaitu Tasikmalaya, Garut, Sumedang, dan Ciamis. Selama kurun waktu 4 musim tanam, PT.
BKL mengklaim telah melakukan kemitraan membangun hutan seluas 3.381,46 ha dengan rincian sebagaimana pada Tabel 13.
Pada tahun tanam 200708, hampir seluruh bibit yang dipasok pihak penyedia tidak memenuhi standard bibit berkualitas layak tanam
63
sehingga tanaman banyak yang tidak tumbuh dan mati. Kegiatan dianggap gagal dan dilakukan penanaman
61
Beroperasi berdasarkan izin usaha dari Kepala Kanwil Depperindag Prov. Jawa Barat No. 003 Kanwil.10.08.18IHPKbIz.00.03IV99 tanggal 27 April 1999.
62
Bare core adalah bentuk produk setengah jadi yang dipergunakan sebagan bahan baku produk kayu bersifat jadi seperti pintu atau meja. Bare core merupakan bahan lembaran tengah untuk block-board
dimana face-backnya menggunakan veneer.
63
Bibit berkualitas memenuhi syarat layak tanam di lapangan jika: i berumur 2,5–3 bulan, ii tinggi bibit mencapai 25–30 cm, iii diameter batang minimal 3 mm pada leher akar, iv daun utuh dan
batang tidak rusak, v tanah dan perakaran yang bagus dalam kantong plastik yang tidak boleh pecah SNI 1-5006.1-1999 : Mutu Bibit; SNI 01-5006.6-2001 : Mutu benih Jeungjing; SNI 01-5006.7-2002 :
Istilah dan definisi yang berkaitan dengan perbenihan dan pembibitan tanaman kehutanan.
81
ulang pada tahun 200809. Pada tahun tersebut, bekerjasama dengan BPDAS Citarum Citanduy juga dilakukan penanaman seluas 500 ha di Tasikmalaya, Garut dan
Sumedang.
Tabel 13 Data kemitraan membangun hutan bersama rakyat oleh PT. BKL Tahun Tanam
Mitra Lokasi
Luas ha 20032004
Keltan dan petani penggarap kebun Tasikmalaya
139,90 Kodim Ciamis dan Petani
Ciamis 250,00
KTH dan Petani Ciamis
60,00 20042005 KPH
Tasikmalaya dan
KTHLMDH Tasikmalaya 862,56
20052006 KPH Garut
dan KTHLMDH
Garut 720,00
KPH Sumedang dan KTHLMDH Sumedang
16,80 20062007
Keltan dan Petani Tasikmalaya
796,58 Keltan dan Petani
Ciamis 468,62
Keltan dan Petani Garut
17,00
Jumlah
3.381,46
Sejak tahun 2007, untuk mensinergikan kegiatan KIBARHUT dan pasokan bahan baku kayu supply maka PT. BKL membentuk PT. Bina Inti Lestari BIL. PT.
BIL merupakan anak usaha yang konsentrasi kegiatannya pada pelaksanaan KIBARHUT dan memasok kebutuhan bahan baku untuk PT. BKL. BIL
mengkoordinir bantuan gergaji mesin band saw ke kelompok usaha penggergajian KUP di sekitar lokasi KIBARHUT. KUP, selanjutnya, wajib memasok kayu
gergajian sesuai ukuran
64
yang ditentukan PT. BKL. Berdirinya KUP di sekitar lokasi penanaman, memberikan jaminan ke petani mengenai pembeli dan pasar kayu
KIBARHUT. Mulai tahun 2008, PT. BIL meminta KUP juga terlibat berpartisipasi membangun hutan. Setiap KUP diharapkan memiliki 60–100 ha lahan ditanami
Sengon, yang dilakukan pada lahan milik sendiri, sewa lahan, atau bekerjasama dengan petani di sekitar wilayah KUP.
2 PT. Sumber Graha Sejahtera
PT. Sumber Graha Sejahtera SGS adalah kelompok industri perkayuan berlokasi di Tangerang berdiri tahun 2002. Berdasarkan izin industri
65
, perusahaan memproduksi plywood kayu lapis, Laminated Veneer Lumber LVL, floorbase dan
produk kayu lainnya dengan kapasitas 60.000 m³ per tahun. Produk PT. SGS
64
Kalangan usaha perkayuan di Tasikmalaya mengenal produk tersebut sebagai “pallet” yaitu balok kayu ukuran panjang 130cm, lebar bervariasi antara 8–16 cm dan tebal sekitar 5 ± 0,2 cm.
65
SK Menteri Kehutanan No. 4106MENHUT-VIBPPHH2005 tanggal 10 Otkober 2005
82
mayoritas dipasarkan di dalam negeri, dan sebagian kecil diekspor ke Malaysia, Korea, dan Timur Tengah. Di Batang Jawa Tengah terdapat 2 industri termasuk PT.
SGS Group yaitu PT. Kharisma Megah Dharma KMD
66
dan PT. Makmur Alam Lestari MAL
67
. Keduanya merupakan INPAK penghasil veneer dengan kapasitas produksi masing-masing 30.000 m³ per tahun. Veneer hasil produksi PT. KMD dan
PT. MAL, selanjutnya dikirim ke pabrik PT. SGS di Balaraja, Tangerang untuk diolah menjadi produk jadiakhir.
PT. SGS Group merintis program pembangunan hutan rakyat kemitraan sejak tahun 2003, dengan harapan dapat i menyediakan peluang usaha bidang perkayuan
dengan pasar yang jelas, dan berdasarkan harga berlaku di pasar; ii memberikan nilai ekonomi yang menguntungkan petani dan kelompok tani; iii mengoptimalkan
pemanfaatan lahan milik petani yang kurang produktif; dan iv menjamin ketersediaan pasokan bahan baku untuk PT. SGS group. Lokasi lahan kegiatan
KIBARHUT diupayakan berjarak maksimal 40 km dengan lokasi pabrik. KIBARHUT telah dilaksanakan di 5 kabupaten pada 3 provinsi di Pulau Jawa.
Tabel 14 menunjukkan bahwa selama kurun waktu 4 musim tanam 200304 s.d. 200607, PT. SGS mengklaim telah melakukan kemitraan penanaman Sengon
sejumlah 3.449.906 batang. Bibit ditanam pada lahan seluas 6.980,74 ha tersebar di 5 kabupaten yaitu Pandeglang dan Lebak Prov. Banten, Bogor Prov. Jawa Barat,
Banyumas dan Batang Prov. Jawa Tengah. Pada tahun tanam 200708, kemitraan penanaman Sengon sekitar 3 juta batang Sengon yang tersebar di 5 lima provinsi,
yaitu di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung. Pada saat pengumpulan data lapangan, realisasi penanaman belum seluruhnya masuk ke Divisi
BioForest. Khusus di Batang, penanaman terealisasi sejumlah 185.000 bibit pada lahan seluas 462,50 ha yang tersebar di Bawang 60.000 bibit pada lahan seluas 150
ha, Tersono, dan Grinsing.
66
Izin Usaha Industri IUI No. SK.340MENHUT-II2007 tanggal 8 Oktober 2007
67
Izin Usaha Industri IUI No. SK.341MENHUT-II2007 tanggal 8 Oktober 2007
83
Tabel 14 Data kemitraan membangun hutan bersama rakyat pola PT. SGS Tahun Tanam
Lokasi Kab. Prov. Jumlah Bibit btg
Luas lahan ha 20032004 Lebak,
Banten 29.500
218,75 Pandeglang, Banten
52.500 131,25
Batang, Jawa Tengah 278.000
685,63 20042005 Lebak,
Banten 150.000
212,99 Pandeglang, Banten
44.500 85,46
Banyumas, Jawa Tengah 120.000
300,00 Batang, Jawa Tengah
316.000 487,50
20052006 Lebak, Banten
377.900 554,71
Pandeglang, Banten 150.006
366,77 Bogor, Jawa Barat
349.525 874,00
Banyumas, Jawa Tengah 120.500
301,25 Batang, Jawa Tengah
865.805 807,00
20062007 Lebak, Banten
282.170 694,43
Pandeglang, Banten 86.500
203,00 Batang, Jawa Tengah
227.000 1.058,00
Jumlah 3.449.906 6.980,74
PT. SGS Group melakukan kemitraan membangun hutan dalam 3 tiga bentuk
yaitu bantuan hibah bibit, kerjasama bagi hasil dan sistem sewa tanah. Hibah bibit
dengan membagikan bibit Sengon gratis ke petani. Bibit Sengon didatangkan sampai lokasi penanaman, kemudian petani melakukan penanaman di lahan yang dikuasainya
dengan biaya sendiri. Petani memiliki seluruh kayu hasil panen 100. Kerjasama dengan bagi hasil dilakukan dengan petanimitra yang mempunyai lahan cukup luas
dalam satu areal. Petani berkewajiban mengolah tanah, menanam, dan memelihara tegakan. PT SGS Group menyediakan bibit Sengon, pupuk, biaya pengolahan tanah
dan pemeliharaan. Kayu hasil produksi dijual ke pabrik dan dengan porsi bagi hasil yang disepakati bersama prosentase bagi hasil sesuai input produksi masing-masing
pihak, tetapi praktek di lapangan adalah 50 untuk petani dan 50 untuk PT. SGS.
Sewa tanah dilakukan dengan cara membayar uang sewa ke pemilik lahan sesuai
harga standard sewa tanah yang berlaku. Penyediaan bibit, pupuk, pelaksanaan pekerjaan penanaman dan pemeliharaan dilakukan PT. SGS dengan melibatkan petani
pemilik lahan sebagai buruh kerja. Hasil panen seluruhnya menjadi milik PT. SGS. Kegiatan membangun hutan rakyat kemitraan semenjak tahun 2007 telah
dikelola khusus oleh Divisi Plantation Bio Forest. Di Kab Batang, Jawa Tengah, kegiatan dilaksanakan petugas lapangan Soeranto DN cs yang tidak memiliki akses
langsung atau kewenangan dalam hal pembelian kayu. Soeranto cs, selaku petugas kemitraan, mengakui tidak mempunyai keterkaitan secara langsung dengan Mandira
atau PT. Nusantara Makmur Sentosa NMS dan PT. Setya Alba SA. Keduanya
84
adalah perusahaan di dalam kelompok PT. SGS yang bertanggungjawab mengatur ketersediaan bahan baku kayu untuk pabrik kelompok PT. SGS di Grinsing, Batang.
Kendala tersebut, memunculkan ide petugas lapangan melakukan berbagai kegiatan pendukung KIBARHUT. Program pendukung yang ditawarkan adalah :
a. Kredit tunda tebang yaitu fasilitas pinjaman uang ke petani yang membutuhkan dana mendesak biaya sekolah, hajatan, hari raya, dsb, namun pohonnya masih
belum mencapai umur tebang 5 tahun. Sosialisasi dilakukan sejak awal tahun 2008, dilanjutkan pendataan petani di Kec. Bawang yang berminat bergabung, dan
inventarisasi tegakan. Pada kegiatan tersebut, INPAK memberikan subsidi bunga karena bunga kredit dibebankan adalah 0,5 per tahun. Agunan yang diminta dari
petani adalah i legalitas kepemilikan lahan milik copy sertifikat, letter C atau SPPT; ii surat pernyataan yang menyatakan lahan tidak dalam sengketa, iii
tanaman sengon yang dijadikan agunan adalah tanaman yang dalam waktu 6 bulan– 2 tahun kemudian sudah siap ditebang. Namun sampai dengan penelitian dilakukan
belum ada realisasi kegiatan dimaksud.
b. Pembentukan koperasi untuk kegiatan pemasaran kayu. Koperasi selanjutnya bertindak sebagai supplier kayu untuk INPAK. Koperasi Graha Mandiri Sentausa
GMS sudah terbentuk melalui pertemuan petani KIBARHUT di Desa Surjo, Kec. Bawang pada bulan Juli 2008.
3 PT. Kutai Timber Indonesia
PT. Kutai Timber Indonesia KTI memulai operasional produksi plywood dan lumber
di Probolinggo pada tahun 1974. Kapasitas produksi plywood sekitar 147.000 m³tahun, dan wood working sebesar 36.000 m³tahun berdasarkan SK Menhut No.
63Menhut-VIBPPHH2006 tanggal 16 Januari 2006. Pada bulan Maret 2008, PT.
KTI mulai memproduksi particleboard dengan kapasitas produksi 128.000 m³tahun. PT. KTI melakukan kegiatan penanaman jenis cepat tumbuh fast growing
species FGS, yaitu Sengon Laut Paraserianthes falcataria, Balsa Ochroma sp.,
Jabon Anthocephalus cadamba, Mindi Melia azedarach, Sungkai Peronema canescens
, Waru Hibiscus sp., Gmelina Gmelina arborea, dan jenis lainnya. Kegiatan dilakukan sejak tahun 1998 di kebun percobaan Sepuh Gembol, Kec
Wonomerto, Probolinggo. Mulai tahun 2001 kegiatan diperluas menjadi program KIBARHUT, dan
dikelola oleh Divisi Penanaman dan Lingkungan Divisi P L. KIBARHUT dilakukan dengan maksud i mengurangi ketergantungan kebutuhan terhadap kayu
dari hutan alam, dan dalam jangka panjang seluruh pasokan kebutuhan bahan baku menggunakan kayu dari hutan tanaman; dan ii memanfaatkan lahan rakyat yang
85
tidakkurang produktif di Jawa Timur. Sampai dengan tahun tanam 20062007, PT. KTI telah melakukan kemitraan membangun hutan seluas 4.174,92 ha tersebar di
4.333 lokasi 11 kabupaten se-provinsi Jawa Timur sebagaimana Tabel 15. Realisasi KIBARHUT tahun 20072008 di Krucil seluas 595,56 ha tersebar di 901 lokasi
dengan keterlibatan sejumlah 461 pemilik lahan.
Tabel 15 Data penanaman kemitraan PT. KTI
Tahun Lokasi
Kategori Mitra Luas ha
Sites Jenis tanaman
199798 Probolinggo Swakelola 2,50
1 Campur 200102 Lumajang
Masyarakat 1,00
7 Sengon Probolinggo swakelola,
institusi, masyarakat
314,66 32 Sengon,
Gmelina, Jabon,
Balsa, Waru Pasuruan Masyarakat
7,56 11
Sengon Malang Masyarakat,
institusi 16,61
5 Sengon
Surabaya Institusi 24,98
4 Sengon
200203 Pasuruan Masyarakat
68,23 118 Sengon
Bondowoso Masyarakat 39,92
112 Balsa Probolinggo Masyarakat,swakelola
24,84 43 Sengon,
Balsa Malang Masyarakat
37,20 66
Sengon 200304 Probolinggo Masyarakat,
institusi 335,69 200
Sengon, Balsa
Pasuruan Masyarakat 11,00
38 Sengon
Jember Institusi PTPN
XII di Jember Jatim
588,15 50 Sengon,
Balsa, Waru,
Gmelina, campur Banyuwangi Masyarakat
1,42 11 Sengon
200405 Blitar Masyarakat
181,43 357 Sengon
Jember Institusi
200,00 4 Sengon
Pasuruan Masyarakat 4,28
9 Sengon
Probolinggo Masyarakat, Institusi
142,10 178 Sengon,Gmelina, campur
Tulungagung Institusi 10,00
1 Sengon 200506 Probolinggo Masyarakat,
Institusi 377,59 587 Sengon,
Balsa Malang
Institusi 20,66
29 Sengon, Balsa Jember Masyarakat
81,39 197
Sengon, Balsa
Pasuruan Masyarakat 15,79
55 Sengon
Tulungagung Institusi 261,80
4 Sengon 200607 Situbondo
Masyarakat 4,94
7 Sengon, Gmelina
Probolinggo Masyarakat, Institusi 1.266,00 1.865 Sengon, Jabon, Balsa,Waru
Blitar Masyarakat 1,48
4 Sengon
Malang Masyarakat
12,25 22 Sengon
Bondowoso Masyarakat 31,54
68 Sengon Lumajang Masyarakat
20,98 66
Sengon Jember
Masyarakat 68,93
182 Sengon, Balsa, Jabon J u m l a h
4.174,92 4.333
KIBARHUT dilakukan dengan menggunakan berbagai macam jenis tanaman berkayu, dan dua jenis mayoritas adalah Sengon 47,84 dan Balsa 44,65. Pada
awal kegiatan, pembangunan hutan KIBARHUT didominasi jenis Sengon sedangkan jenis lainnya hanya ditanam pada lahan swakelola. Jenis Balsa mulai ditanam dalam
skala besar pada lahan yang dikuasai mitra institusi Aviland, KTI bk dan PTPN XII
86
pada tahun tanam 20032004, dan penanaman secara luas di lahan milik petani sejak tahun tanam 20052006.
KIBARHUT dilakukan bekerjasama dengan mitra yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Mitra terlibat adalah perorangan atau kelompok, instansi pemerintah,
perguruan tinggi, BUMN, swasta, institusi keagamaan pesantren dan gereja, dan LSMYayasan. Kemitraan pada periode awal tahun tanam 200102–200304
dilakukan dengan mengalokasikan sumberdaya sebagai faktor produksi KIBARHUT yang lebih besar. Untuk tahun tanam 200506 dan selanjutnya, PT. KTI hanya
membantu faktor produksi bibit tanaman, namun tetap memberikan bimbingan teknis, saran, pertimbangan, dan jaminan pasar terhadap hasil panen.
b. Petani Petani sebagai Hulu atau agents murni pada kelembagaan KIBARHUT
dibedakan menjadi i petani pemilik lahan yaitu petani yang melakukan kerjasama dan bekerja pada lahan miliknya atau yang dikuasainya, dan ii petani non-pemilik
lahan yaitu petani terlibat dalam arena aksi sebagai penggarap authorized user pada lahan yang dimiliki atau dikuasai mitra antara atau pihak lain. Petani pelaku
KIBARHUT dapat dideskripsikan sebagai berikut i di Tipe 1 Bawang adalah warga desa terdaftar sebagai anggota Keltan desa atau tidak terdaftar 2 tingkat atau
perorangan 1 tingkat; ii di Tipe 2 Sukaraja adalah anggota Keltan yang dibentuk koordinator wilayah atau Korwil 2 tingkat; iii di Tipe 2 Krucil adalah anggota
kelompoknya koordinator pengelola atau KP 2 tingkat atau warga perorangan 1 tingkat; iv di Tipe 3 Sukaraja adalah anggota KTHLMDH; v di Tipe 3 Krucil
adalah penggarap lahan HGU. Mayoritas 65,56 umur petani contoh berada pada usia diatas 41 tahun.
Temuan ini memperkuat fenomena yang umum disinyalir bahwa telah terjadi perubahanpergeseran budaya, sehingga tenaga kerja petani umumnya di dominasi
penduduk yang sudah tua atau berusia lanjut. Jika pun terdapat petani berusia muda maka jumlahnya sangat sedikit, dan biasanya karena sangat terpaksa atau karena tidak
ada alternatif pekerjaan lainnya Ali, 2007; diskusi dengan Soeranto DN, 2008. Kaum muda desa umumnya lebih tertarik menjadi tukang ojek atau memburuh ke kota.
Kondisi ini sesungguhnya menjadi peluang pengembangan tanaman Sengon karena perawatan atau pemeliharaannya tidak perlu rutin. Setelah penanaman, tanaman
87
Sengon cenderung ditinggalkan dan hanya ditengok ketika dirasakan waktunya untuk ditebang, sehingga sebagaimana juga diungkapkan oleh Arnold dan Dewess 1998
bahwa pengelolaan pohon sesungguhnya membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan dengan pengelolaan tanaman kerasperkebunan.
Proses memperoleh dan memanfaatkan informasi dan pengetahuan ditentukan juga oleh tingkat pendidikan petani. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan pembangunan hutan rakyat pola kemitraan Yuwono, 2006. Sebagian besar agents 78,9 adalah berpendidikan non-
SD SD, sehingga untuk kelancaran dan menjembatani hubungan agents dan principal
pada kelembagaan KIBARHUT adalah dengan adanya keterlibatan dan peranan mitra antara. Peran penting mitra antara ditunjukkan dengan keterlibatan
sebagian besar agents 95,6 adalah pada hubungan kontraktual 2 tingkat. c.
Mitra antara Mitra antara
berperan dalam mengorganisasikan petani peserta dan mengadministrasikan KIBARHUT. Pada KIBARHUT Tipe 1 Bawang, mitra antara
adalah kelompok tani Keltan yang dibentuk oleh desa, dan perangkat desa bertindak sebagai pengurus Keltan. Keterlibatan mitra antara pada arena aksi di Bawang dapat
diabaikan karena tidak ada tindakan manajemen apa pun guna mendukung pelaksanaan KIBARHUT, termasuk tidak adanya input dikeluarkan dan tidak ada
output menjadi bagian pelaku. Pada Tipe 2 dan Tipe 3, kegiatan KIBARHUT dikoordinasikan mitra antara
sehingga terjalin hubungan kelembagaan 2 tingkat. Pada hubungan tingkat pertama, principal
mendelegasikan kewenangan memproduksi dan menentukan pasokan kayu sesuai spesifikasi proses produksinya; sedangkan mitra antara menjalankan sebagian
kewenangan principal. Pada hubungan tingkat kedua, mitra antara bertindak sebagai pemilik sebagian kewenangan menentukan pasokan kayu, mengorganisasikan petani,
dan menjamin pasar komoditas yang dikuasakan principal; sedangkan agents bertindak sebagai pelaku yang melaksanakan hak dan kewajiban untuk memproduksi
dan memasok kayu KIBARHUT. Mitra antara
pada Tipe 2 adalah tokoh wargapemuka agama dan bukan merupakan suatu lembaga formal, serta tidak ada pemilikan asset atau sumberdaya
yang melekat ke pelakunya. Sumberdaya yang menjadi input share adalah
88
kemampuan manajemen atau pengorganisasian pelaksanaan KIBARHUT, khususnya pemanfaatan pengetahuan dan informasi yang dimiliki mitra antara tentang INPAK
dan petani. Mitra antara di Sukaraja adalah koordinator wilayah Korwil yang merupakan koordinator kelompok tani di desanya. Di Krucil, koordinator pengelola
KP selaku mitra antara bertugas mengorganisasikan petani, mengadministrasikan kegiatan, melakukan monev, dan pengamanan tanaman. Pada Tipe 3, mitra antara
merupakan institusi formal yang mempunyai organisasi lengkap. Mitra antara menguasai asset yang menjadi input produksi KIBARHUT, yaitu hutan negara KPH
Tasikmalaya atau lahan HGU kebun AvilandKTI bk.