Pelaku actors kelembagaan KIBARHUT

80 1 PT. Bineatama Kayone Lestari PT. Bineatama Kayone Lestari BKL 61 memproduksi moulding dan komponen bahan bangunan, khususnya daun pintu dan bare core 62 . Produk bare core dipasarkan ke Taiwan, Korea, Cina, Singapura dan Malaysia dan dijual lokal ke beberapa pabrik block board di Jawa Barat. PT. BKL juga adalah IUIPHHK yang memproduksi veneer yang dipakai sendiri guna memproduksi block board. Bahan baku menggunakan kayu kelompok jenis Meranti dan Rimba Campuran, serta Sengon. Pasokan kayu Meranti dan Rimba Campuran berasal dari Kalimantan, sedangkan kayu Sengon dari hutan rakyat di sekitar pabrik terutama dari Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Sumedang, dan Kuningan. Mengantisipasi pasokan kayu Sengon yang semakin terbatas, PT. BKL melaksanakan KIBARHUT sejak tahun 2003. Visi yang disosialisasikan adalah “Hutan Lestari, Masyarakat Mandiri, Investasi Kembali”. KIBARHUT dilakukan di: i hutan negara dikelola Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, yaitu di KPH Tasikmalaya, KPH Garut dan KPH Sumedang; ii tanah kas desa TKD atau pengangonan bekerjasama dengan pemerintah desa setempat; iii lahan HGU kebun, kerjasama dimulai tahun 200304 tetapi penanaman direalisasikan bertahap pada tahun 200304–200506 dan dilanjutkan pada tahun 200809 dan seterusnya; iv lahan milik TNI di Ciamis, dan v lahan milikperorangan. Realisasi KIBARHUT terfokus di 4 kabupaten di Jawa Barat, yaitu Tasikmalaya, Garut, Sumedang, dan Ciamis. Selama kurun waktu 4 musim tanam, PT. BKL mengklaim telah melakukan kemitraan membangun hutan seluas 3.381,46 ha dengan rincian sebagaimana pada Tabel 13. Pada tahun tanam 200708, hampir seluruh bibit yang dipasok pihak penyedia tidak memenuhi standard bibit berkualitas layak tanam 63 sehingga tanaman banyak yang tidak tumbuh dan mati. Kegiatan dianggap gagal dan dilakukan penanaman 61 Beroperasi berdasarkan izin usaha dari Kepala Kanwil Depperindag Prov. Jawa Barat No. 003 Kanwil.10.08.18IHPKbIz.00.03IV99 tanggal 27 April 1999. 62 Bare core adalah bentuk produk setengah jadi yang dipergunakan sebagan bahan baku produk kayu bersifat jadi seperti pintu atau meja. Bare core merupakan bahan lembaran tengah untuk block-board dimana face-backnya menggunakan veneer. 63 Bibit berkualitas memenuhi syarat layak tanam di lapangan jika: i berumur 2,5–3 bulan, ii tinggi bibit mencapai 25–30 cm, iii diameter batang minimal 3 mm pada leher akar, iv daun utuh dan batang tidak rusak, v tanah dan perakaran yang bagus dalam kantong plastik yang tidak boleh pecah SNI 1-5006.1-1999 : Mutu Bibit; SNI 01-5006.6-2001 : Mutu benih Jeungjing; SNI 01-5006.7-2002 : Istilah dan definisi yang berkaitan dengan perbenihan dan pembibitan tanaman kehutanan. 81 ulang pada tahun 200809. Pada tahun tersebut, bekerjasama dengan BPDAS Citarum Citanduy juga dilakukan penanaman seluas 500 ha di Tasikmalaya, Garut dan Sumedang. Tabel 13 Data kemitraan membangun hutan bersama rakyat oleh PT. BKL Tahun Tanam Mitra Lokasi Luas ha 20032004 Keltan dan petani penggarap kebun Tasikmalaya 139,90 Kodim Ciamis dan Petani Ciamis 250,00 KTH dan Petani Ciamis 60,00 20042005 KPH Tasikmalaya dan KTHLMDH Tasikmalaya 862,56 20052006 KPH Garut dan KTHLMDH Garut 720,00 KPH Sumedang dan KTHLMDH Sumedang 16,80 20062007 Keltan dan Petani Tasikmalaya 796,58 Keltan dan Petani Ciamis 468,62 Keltan dan Petani Garut 17,00 Jumlah 3.381,46 Sejak tahun 2007, untuk mensinergikan kegiatan KIBARHUT dan pasokan bahan baku kayu supply maka PT. BKL membentuk PT. Bina Inti Lestari BIL. PT. BIL merupakan anak usaha yang konsentrasi kegiatannya pada pelaksanaan KIBARHUT dan memasok kebutuhan bahan baku untuk PT. BKL. BIL mengkoordinir bantuan gergaji mesin band saw ke kelompok usaha penggergajian KUP di sekitar lokasi KIBARHUT. KUP, selanjutnya, wajib memasok kayu gergajian sesuai ukuran 64 yang ditentukan PT. BKL. Berdirinya KUP di sekitar lokasi penanaman, memberikan jaminan ke petani mengenai pembeli dan pasar kayu KIBARHUT. Mulai tahun 2008, PT. BIL meminta KUP juga terlibat berpartisipasi membangun hutan. Setiap KUP diharapkan memiliki 60–100 ha lahan ditanami Sengon, yang dilakukan pada lahan milik sendiri, sewa lahan, atau bekerjasama dengan petani di sekitar wilayah KUP. 2 PT. Sumber Graha Sejahtera PT. Sumber Graha Sejahtera SGS adalah kelompok industri perkayuan berlokasi di Tangerang berdiri tahun 2002. Berdasarkan izin industri 65 , perusahaan memproduksi plywood kayu lapis, Laminated Veneer Lumber LVL, floorbase dan produk kayu lainnya dengan kapasitas 60.000 m³ per tahun. Produk PT. SGS 64 Kalangan usaha perkayuan di Tasikmalaya mengenal produk tersebut sebagai “pallet” yaitu balok kayu ukuran panjang 130cm, lebar bervariasi antara 8–16 cm dan tebal sekitar 5 ± 0,2 cm. 65 SK Menteri Kehutanan No. 4106MENHUT-VIBPPHH2005 tanggal 10 Otkober 2005 82 mayoritas dipasarkan di dalam negeri, dan sebagian kecil diekspor ke Malaysia, Korea, dan Timur Tengah. Di Batang Jawa Tengah terdapat 2 industri termasuk PT. SGS Group yaitu PT. Kharisma Megah Dharma KMD 66 dan PT. Makmur Alam Lestari MAL 67 . Keduanya merupakan INPAK penghasil veneer dengan kapasitas produksi masing-masing 30.000 m³ per tahun. Veneer hasil produksi PT. KMD dan PT. MAL, selanjutnya dikirim ke pabrik PT. SGS di Balaraja, Tangerang untuk diolah menjadi produk jadiakhir. PT. SGS Group merintis program pembangunan hutan rakyat kemitraan sejak tahun 2003, dengan harapan dapat i menyediakan peluang usaha bidang perkayuan dengan pasar yang jelas, dan berdasarkan harga berlaku di pasar; ii memberikan nilai ekonomi yang menguntungkan petani dan kelompok tani; iii mengoptimalkan pemanfaatan lahan milik petani yang kurang produktif; dan iv menjamin ketersediaan pasokan bahan baku untuk PT. SGS group. Lokasi lahan kegiatan KIBARHUT diupayakan berjarak maksimal 40 km dengan lokasi pabrik. KIBARHUT telah dilaksanakan di 5 kabupaten pada 3 provinsi di Pulau Jawa. Tabel 14 menunjukkan bahwa selama kurun waktu 4 musim tanam 200304 s.d. 200607, PT. SGS mengklaim telah melakukan kemitraan penanaman Sengon sejumlah 3.449.906 batang. Bibit ditanam pada lahan seluas 6.980,74 ha tersebar di 5 kabupaten yaitu Pandeglang dan Lebak Prov. Banten, Bogor Prov. Jawa Barat, Banyumas dan Batang Prov. Jawa Tengah. Pada tahun tanam 200708, kemitraan penanaman Sengon sekitar 3 juta batang Sengon yang tersebar di 5 lima provinsi, yaitu di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung. Pada saat pengumpulan data lapangan, realisasi penanaman belum seluruhnya masuk ke Divisi BioForest. Khusus di Batang, penanaman terealisasi sejumlah 185.000 bibit pada lahan seluas 462,50 ha yang tersebar di Bawang 60.000 bibit pada lahan seluas 150 ha, Tersono, dan Grinsing. 66 Izin Usaha Industri IUI No. SK.340MENHUT-II2007 tanggal 8 Oktober 2007 67 Izin Usaha Industri IUI No. SK.341MENHUT-II2007 tanggal 8 Oktober 2007 83 Tabel 14 Data kemitraan membangun hutan bersama rakyat pola PT. SGS Tahun Tanam Lokasi Kab. Prov. Jumlah Bibit btg Luas lahan ha 20032004 Lebak, Banten 29.500 218,75 Pandeglang, Banten 52.500 131,25 Batang, Jawa Tengah 278.000 685,63 20042005 Lebak, Banten 150.000 212,99 Pandeglang, Banten 44.500 85,46 Banyumas, Jawa Tengah 120.000 300,00 Batang, Jawa Tengah 316.000 487,50 20052006 Lebak, Banten 377.900 554,71 Pandeglang, Banten 150.006 366,77 Bogor, Jawa Barat 349.525 874,00 Banyumas, Jawa Tengah 120.500 301,25 Batang, Jawa Tengah 865.805 807,00 20062007 Lebak, Banten 282.170 694,43 Pandeglang, Banten 86.500 203,00 Batang, Jawa Tengah 227.000 1.058,00 Jumlah 3.449.906 6.980,74 PT. SGS Group melakukan kemitraan membangun hutan dalam 3 tiga bentuk yaitu bantuan hibah bibit, kerjasama bagi hasil dan sistem sewa tanah. Hibah bibit dengan membagikan bibit Sengon gratis ke petani. Bibit Sengon didatangkan sampai lokasi penanaman, kemudian petani melakukan penanaman di lahan yang dikuasainya dengan biaya sendiri. Petani memiliki seluruh kayu hasil panen 100. Kerjasama dengan bagi hasil dilakukan dengan petanimitra yang mempunyai lahan cukup luas dalam satu areal. Petani berkewajiban mengolah tanah, menanam, dan memelihara tegakan. PT SGS Group menyediakan bibit Sengon, pupuk, biaya pengolahan tanah dan pemeliharaan. Kayu hasil produksi dijual ke pabrik dan dengan porsi bagi hasil yang disepakati bersama prosentase bagi hasil sesuai input produksi masing-masing pihak, tetapi praktek di lapangan adalah 50 untuk petani dan 50 untuk PT. SGS. Sewa tanah dilakukan dengan cara membayar uang sewa ke pemilik lahan sesuai harga standard sewa tanah yang berlaku. Penyediaan bibit, pupuk, pelaksanaan pekerjaan penanaman dan pemeliharaan dilakukan PT. SGS dengan melibatkan petani pemilik lahan sebagai buruh kerja. Hasil panen seluruhnya menjadi milik PT. SGS. Kegiatan membangun hutan rakyat kemitraan semenjak tahun 2007 telah dikelola khusus oleh Divisi Plantation Bio Forest. Di Kab Batang, Jawa Tengah, kegiatan dilaksanakan petugas lapangan Soeranto DN cs yang tidak memiliki akses langsung atau kewenangan dalam hal pembelian kayu. Soeranto cs, selaku petugas kemitraan, mengakui tidak mempunyai keterkaitan secara langsung dengan Mandira atau PT. Nusantara Makmur Sentosa NMS dan PT. Setya Alba SA. Keduanya 84 adalah perusahaan di dalam kelompok PT. SGS yang bertanggungjawab mengatur ketersediaan bahan baku kayu untuk pabrik kelompok PT. SGS di Grinsing, Batang. Kendala tersebut, memunculkan ide petugas lapangan melakukan berbagai kegiatan pendukung KIBARHUT. Program pendukung yang ditawarkan adalah : a. Kredit tunda tebang yaitu fasilitas pinjaman uang ke petani yang membutuhkan dana mendesak biaya sekolah, hajatan, hari raya, dsb, namun pohonnya masih belum mencapai umur tebang 5 tahun. Sosialisasi dilakukan sejak awal tahun 2008, dilanjutkan pendataan petani di Kec. Bawang yang berminat bergabung, dan inventarisasi tegakan. Pada kegiatan tersebut, INPAK memberikan subsidi bunga karena bunga kredit dibebankan adalah 0,5 per tahun. Agunan yang diminta dari petani adalah i legalitas kepemilikan lahan milik copy sertifikat, letter C atau SPPT; ii surat pernyataan yang menyatakan lahan tidak dalam sengketa, iii tanaman sengon yang dijadikan agunan adalah tanaman yang dalam waktu 6 bulan– 2 tahun kemudian sudah siap ditebang. Namun sampai dengan penelitian dilakukan belum ada realisasi kegiatan dimaksud. b. Pembentukan koperasi untuk kegiatan pemasaran kayu. Koperasi selanjutnya bertindak sebagai supplier kayu untuk INPAK. Koperasi Graha Mandiri Sentausa GMS sudah terbentuk melalui pertemuan petani KIBARHUT di Desa Surjo, Kec. Bawang pada bulan Juli 2008. 3 PT. Kutai Timber Indonesia PT. Kutai Timber Indonesia KTI memulai operasional produksi plywood dan lumber di Probolinggo pada tahun 1974. Kapasitas produksi plywood sekitar 147.000 m³tahun, dan wood working sebesar 36.000 m³tahun berdasarkan SK Menhut No. 63Menhut-VIBPPHH2006 tanggal 16 Januari 2006. Pada bulan Maret 2008, PT. KTI mulai memproduksi particleboard dengan kapasitas produksi 128.000 m³tahun. PT. KTI melakukan kegiatan penanaman jenis cepat tumbuh fast growing species FGS, yaitu Sengon Laut Paraserianthes falcataria, Balsa Ochroma sp., Jabon Anthocephalus cadamba, Mindi Melia azedarach, Sungkai Peronema canescens , Waru Hibiscus sp., Gmelina Gmelina arborea, dan jenis lainnya. Kegiatan dilakukan sejak tahun 1998 di kebun percobaan Sepuh Gembol, Kec Wonomerto, Probolinggo. Mulai tahun 2001 kegiatan diperluas menjadi program KIBARHUT, dan dikelola oleh Divisi Penanaman dan Lingkungan Divisi P L. KIBARHUT dilakukan dengan maksud i mengurangi ketergantungan kebutuhan terhadap kayu dari hutan alam, dan dalam jangka panjang seluruh pasokan kebutuhan bahan baku menggunakan kayu dari hutan tanaman; dan ii memanfaatkan lahan rakyat yang 85 tidakkurang produktif di Jawa Timur. Sampai dengan tahun tanam 20062007, PT. KTI telah melakukan kemitraan membangun hutan seluas 4.174,92 ha tersebar di 4.333 lokasi 11 kabupaten se-provinsi Jawa Timur sebagaimana Tabel 15. Realisasi KIBARHUT tahun 20072008 di Krucil seluas 595,56 ha tersebar di 901 lokasi dengan keterlibatan sejumlah 461 pemilik lahan. Tabel 15 Data penanaman kemitraan PT. KTI Tahun Lokasi Kategori Mitra Luas ha Sites Jenis tanaman 199798 Probolinggo Swakelola 2,50 1 Campur 200102 Lumajang Masyarakat 1,00 7 Sengon Probolinggo swakelola, institusi, masyarakat 314,66 32 Sengon, Gmelina, Jabon, Balsa, Waru Pasuruan Masyarakat 7,56 11 Sengon Malang Masyarakat, institusi 16,61 5 Sengon Surabaya Institusi 24,98 4 Sengon 200203 Pasuruan Masyarakat 68,23 118 Sengon Bondowoso Masyarakat 39,92 112 Balsa Probolinggo Masyarakat,swakelola 24,84 43 Sengon, Balsa Malang Masyarakat 37,20 66 Sengon 200304 Probolinggo Masyarakat, institusi 335,69 200 Sengon, Balsa Pasuruan Masyarakat 11,00 38 Sengon Jember Institusi PTPN XII di Jember Jatim 588,15 50 Sengon, Balsa, Waru, Gmelina, campur Banyuwangi Masyarakat 1,42 11 Sengon 200405 Blitar Masyarakat 181,43 357 Sengon Jember Institusi 200,00 4 Sengon Pasuruan Masyarakat 4,28 9 Sengon Probolinggo Masyarakat, Institusi 142,10 178 Sengon,Gmelina, campur Tulungagung Institusi 10,00 1 Sengon 200506 Probolinggo Masyarakat, Institusi 377,59 587 Sengon, Balsa Malang Institusi 20,66 29 Sengon, Balsa Jember Masyarakat 81,39 197 Sengon, Balsa Pasuruan Masyarakat 15,79 55 Sengon Tulungagung Institusi 261,80 4 Sengon 200607 Situbondo Masyarakat 4,94 7 Sengon, Gmelina Probolinggo Masyarakat, Institusi 1.266,00 1.865 Sengon, Jabon, Balsa,Waru Blitar Masyarakat 1,48 4 Sengon Malang Masyarakat 12,25 22 Sengon Bondowoso Masyarakat 31,54 68 Sengon Lumajang Masyarakat 20,98 66 Sengon Jember Masyarakat 68,93 182 Sengon, Balsa, Jabon J u m l a h 4.174,92 4.333 KIBARHUT dilakukan dengan menggunakan berbagai macam jenis tanaman berkayu, dan dua jenis mayoritas adalah Sengon 47,84 dan Balsa 44,65. Pada awal kegiatan, pembangunan hutan KIBARHUT didominasi jenis Sengon sedangkan jenis lainnya hanya ditanam pada lahan swakelola. Jenis Balsa mulai ditanam dalam skala besar pada lahan yang dikuasai mitra institusi Aviland, KTI bk dan PTPN XII 86 pada tahun tanam 20032004, dan penanaman secara luas di lahan milik petani sejak tahun tanam 20052006. KIBARHUT dilakukan bekerjasama dengan mitra yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Mitra terlibat adalah perorangan atau kelompok, instansi pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, swasta, institusi keagamaan pesantren dan gereja, dan LSMYayasan. Kemitraan pada periode awal tahun tanam 200102–200304 dilakukan dengan mengalokasikan sumberdaya sebagai faktor produksi KIBARHUT yang lebih besar. Untuk tahun tanam 200506 dan selanjutnya, PT. KTI hanya membantu faktor produksi bibit tanaman, namun tetap memberikan bimbingan teknis, saran, pertimbangan, dan jaminan pasar terhadap hasil panen. b. Petani Petani sebagai Hulu atau agents murni pada kelembagaan KIBARHUT dibedakan menjadi i petani pemilik lahan yaitu petani yang melakukan kerjasama dan bekerja pada lahan miliknya atau yang dikuasainya, dan ii petani non-pemilik lahan yaitu petani terlibat dalam arena aksi sebagai penggarap authorized user pada lahan yang dimiliki atau dikuasai mitra antara atau pihak lain. Petani pelaku KIBARHUT dapat dideskripsikan sebagai berikut i di Tipe 1 Bawang adalah warga desa terdaftar sebagai anggota Keltan desa atau tidak terdaftar 2 tingkat atau perorangan 1 tingkat; ii di Tipe 2 Sukaraja adalah anggota Keltan yang dibentuk koordinator wilayah atau Korwil 2 tingkat; iii di Tipe 2 Krucil adalah anggota kelompoknya koordinator pengelola atau KP 2 tingkat atau warga perorangan 1 tingkat; iv di Tipe 3 Sukaraja adalah anggota KTHLMDH; v di Tipe 3 Krucil adalah penggarap lahan HGU. Mayoritas 65,56 umur petani contoh berada pada usia diatas 41 tahun. Temuan ini memperkuat fenomena yang umum disinyalir bahwa telah terjadi perubahanpergeseran budaya, sehingga tenaga kerja petani umumnya di dominasi penduduk yang sudah tua atau berusia lanjut. Jika pun terdapat petani berusia muda maka jumlahnya sangat sedikit, dan biasanya karena sangat terpaksa atau karena tidak ada alternatif pekerjaan lainnya Ali, 2007; diskusi dengan Soeranto DN, 2008. Kaum muda desa umumnya lebih tertarik menjadi tukang ojek atau memburuh ke kota. Kondisi ini sesungguhnya menjadi peluang pengembangan tanaman Sengon karena perawatan atau pemeliharaannya tidak perlu rutin. Setelah penanaman, tanaman 87 Sengon cenderung ditinggalkan dan hanya ditengok ketika dirasakan waktunya untuk ditebang, sehingga sebagaimana juga diungkapkan oleh Arnold dan Dewess 1998 bahwa pengelolaan pohon sesungguhnya membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan dengan pengelolaan tanaman kerasperkebunan. Proses memperoleh dan memanfaatkan informasi dan pengetahuan ditentukan juga oleh tingkat pendidikan petani. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan pembangunan hutan rakyat pola kemitraan Yuwono, 2006. Sebagian besar agents 78,9 adalah berpendidikan non- SD SD, sehingga untuk kelancaran dan menjembatani hubungan agents dan principal pada kelembagaan KIBARHUT adalah dengan adanya keterlibatan dan peranan mitra antara. Peran penting mitra antara ditunjukkan dengan keterlibatan sebagian besar agents 95,6 adalah pada hubungan kontraktual 2 tingkat. c. Mitra antara Mitra antara berperan dalam mengorganisasikan petani peserta dan mengadministrasikan KIBARHUT. Pada KIBARHUT Tipe 1 Bawang, mitra antara adalah kelompok tani Keltan yang dibentuk oleh desa, dan perangkat desa bertindak sebagai pengurus Keltan. Keterlibatan mitra antara pada arena aksi di Bawang dapat diabaikan karena tidak ada tindakan manajemen apa pun guna mendukung pelaksanaan KIBARHUT, termasuk tidak adanya input dikeluarkan dan tidak ada output menjadi bagian pelaku. Pada Tipe 2 dan Tipe 3, kegiatan KIBARHUT dikoordinasikan mitra antara sehingga terjalin hubungan kelembagaan 2 tingkat. Pada hubungan tingkat pertama, principal mendelegasikan kewenangan memproduksi dan menentukan pasokan kayu sesuai spesifikasi proses produksinya; sedangkan mitra antara menjalankan sebagian kewenangan principal. Pada hubungan tingkat kedua, mitra antara bertindak sebagai pemilik sebagian kewenangan menentukan pasokan kayu, mengorganisasikan petani, dan menjamin pasar komoditas yang dikuasakan principal; sedangkan agents bertindak sebagai pelaku yang melaksanakan hak dan kewajiban untuk memproduksi dan memasok kayu KIBARHUT. Mitra antara pada Tipe 2 adalah tokoh wargapemuka agama dan bukan merupakan suatu lembaga formal, serta tidak ada pemilikan asset atau sumberdaya yang melekat ke pelakunya. Sumberdaya yang menjadi input share adalah 88 kemampuan manajemen atau pengorganisasian pelaksanaan KIBARHUT, khususnya pemanfaatan pengetahuan dan informasi yang dimiliki mitra antara tentang INPAK dan petani. Mitra antara di Sukaraja adalah koordinator wilayah Korwil yang merupakan koordinator kelompok tani di desanya. Di Krucil, koordinator pengelola KP selaku mitra antara bertugas mengorganisasikan petani, mengadministrasikan kegiatan, melakukan monev, dan pengamanan tanaman. Pada Tipe 3, mitra antara merupakan institusi formal yang mempunyai organisasi lengkap. Mitra antara menguasai asset yang menjadi input produksi KIBARHUT, yaitu hutan negara KPH Tasikmalaya atau lahan HGU kebun AvilandKTI bk.

4. Deskripsi situasi aksi kelembagaan KIBARHUT

a. Hubungan Kontraktual KIBARHUT Tipe 1 Hubungan kelembagaan KIBARHUT Tipe 1 terdapat pada arena aksi yang dikembangkan PT. SGS. Untuk memahami karakteristik hubungan kontraktual KIBARHUT Tipe 1 maka kajian dilakukan terhadap 5 surat perjanjian kerjasama di Bawang. Hasil telaah unsur kontrak terdapat pada Lampiran 6, dan deskripsi ringkas disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Deskripsi hubungan kontraktual KIBARHUT Tipe 1 Subyek Hukum Kerjasama Pekerjaan Pembayaran Balasan Kontrak PT. SGS Petani informal • hubungan kontraktual 1 tingkat • Hulu melakukan penanaman, pemeliharaan pemanenan • 6 tahun sesuai daur tanaman • hanya 1 kontrak dan tidak ada keberlanjutan di lokasi atau dengan petani lain • Hilir membantu bibit, biaya tanam, dan pemeliharaan • Bagi hasil tanamankayu hasil panen 50 Hilir : 50 Hulu • Hulu wajib menjual hasil panen produksi kayu ke Hilir dengan harga pasar saat panen PT. SGS Keltan informal • Hibah Bibit hubungan 2 tingkat • Hulu melaksanakan penanaman, pemeliharaan, pemungutan hasil • tidak ada perjanjian tertulis antara Keltan dengan petani • Hilir membantu bibit • Hulu menjual hasil panen produksi kayu ke Hilir melalui ketua keltanpetugas lapangan dengan harga pasar saat panen • 100 kayu hasil KIBARHUT milik Hulu Tabel 16 menunjukkan bahwa pekerjaan yang dikerjasamakan secara formal adalah pembangunan hutan, pemeliharaan dan pemungutan hasil hutan, sedangkan secara tidak tertulis mencakup pemasaran kayu KIBARHUT. Hubungan kontraktual tersebut menimbulkan harapan adanya tindakan balasan, yaitu penjualan kayu 89 KIBARHUT oleh Hulu ke Hilir. Namun, aturan formal dalam kontrak tidak mengatur sanksi, jika salah satu pelaku atau semua pelaku tidak melaksanakan kewajibannya. KIBARHUT Tipe 1 Bawang mempunyai 2 bentuk yaitu kemitraan 1 tingkat dan 2 tingkat. Kemitraan 1 tingkat bentuk kerjasama bagi hasil sebagaimana terdapat dan hanya satu-satunya di Desa Surjo, Bawang. Perjanjian kerjasama antara principal dan petani Muhidin. Bagi hasil antara INPAK dengan agents sebesar masing-masing 50. Principal menyediakan bibit Sengon, biaya penanaman dan pemeliharaan, dengan seluruh kayu hasil panen wajib dipasok dan dijual ke principal. Kemitraan tersebut tidak dilakukan di tempat lain atau dengan petani lain sehingga tidak terwujud keberlanjutan kelembagaan KIBARHUT Tipe 1 Bawang pada hubungan 1 tingkat. Kemitraan dua tingkat bentuk hibah bibit terlaksana berdasarkan perjanjian kerjasama antara principal dengan Keltan mitra antara sebagaimana Gambar 11. Keltan, selanjutnya, diharapkan mengorganisasikan petani agents untuk melaksanakan KIBARHUT, tetapi tidak ada perjanjian apa pun antara Keltan dan agents . Diakui aparat desa bahwa Keltan dibentuk hanya sebagai pemenuhan persyaratan untuk melakukan kemitraan dengan principal. Pada kemitraan dua tingkat, kayu hasil panen dikuasai seluruhnya oleh agents, artinya tidak ada bagi hasil panen yang menjadi bagian principal atau mitra antara. Tindakan balasan manfaat utama yang diterima principal adalah menampung dan membeli kayu KIBARHUT, yang dijual menjadi aksi yang dipilih agents ke principal, baik secara perorangan atau melalui koordinasi Keltan. Pihak HilirPrincipal PT. SGS Bio Forest Kelompok Tani mitra antara Petani pihak Hulu Petugas Lapangan Soeranto Cs • Pendataan petanipeserta • Distribusi Bantuanbibit Menerima Bibit dan bantuan lain Penanaman dan Pemeliharaan Hutan KIBARHUT Tipe 1 Gambar 11. Organisasi pelaksanaan KIBARHUT Tipe 1 Bawang