Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 3

141 KTI bk yang merupakan anak perusahaan principal. Situasi aksi tersebut menghasilkan saluran pemasaran kayu bersifat inter-firm atau pemasaran terintegrasi vertikal. Secara teoritis hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kemitraan karena pasokan bahan baku dipertukarkan dari perusahaan terkait saham Jensen dan Meckling, 1986; Maskin; 2001; Gibbons, 2005; Yustika, 2006. Dengan demikian, hubungan kemitraan hanya terjadi pada upaya membangun dan mengelola hutan KIBARHUT, sedangkan kegiatan pemasaran kayunya menggunakan mekanisme inter-firm atau integrasi vertikal.

D. Keberlanjutan Kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa

1. Perbandingan karakteristik dan kinerja ketiga tipe KIBARHUT

Ketiga tipologi kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa memiliki karakteristik kelembagaan action arena yang bervariasi sebagaimana diuraikan pada sub bab sebelumnya. Karakteristik tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisi umum dan aturan yang dipergunakan dan berdampak pada kinerja yang juga berbeda untuk masing-masing tipe. Tabel 30 berikut ini memuat rangkuman sintesa perbandingan karakteristik utama pada ketiga tipologi kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa. Hubungan principal-agents Gibbons, 2005 pada KIBARHUT dicirikan dengan kesediaan INPAK principal mendelegasikan investasi membangun hutan ke agents untuk memproduksi komoditas yaitu kayu bundar. Komoditas tersebut ditransaksikan dengan didukung jaminan pasar dan kemampuan mengolah, serta melakukan proses produksi menggunakan komoditas tersebut sebagai bahan baku industrinya. Komoditas yang ditransaksikan adalah kayu KIBARHUT oleh agents, dan selanjutnya dipasok ke principal sebagai bahan baku proses produksinya. Kelembagaan KIBARHUT dilaksanakan dengan kontrak non-formal Tipe 1 dan kontrak formal Tipe 2 dan Tipe 3. Kontrak formal tidak hanya mempunyai fungsi ekonomis tetapi juga mempunyai fungsi hukum atau yuridis Salim, 2002, sehingga KIBARHUT dengan kontrak formal mempunyai jaminan pemenuhan hak dan kewajiban atau kepastian hukum yang lebih tinggi bagi para pelakunya dibandingkan kontrak non-formal. 142 Tabel 30 Karakteristik Kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa Karakteristik Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 A Kondisi dan ciri umum 1 Lokasi contoh Bawang Sukaraja Krucil Sukaraja Krucil 2 Lahan Lahan milik perorangan, institusi Lahan milik perorangan, institusi Lahan milik perorangan, institusi Bukan lahan milik hutan Negara Bukan lahan milik HGU kebun 3 Rerata luas lahan 1 tingkat 5 ha 2 tingkat 0,222 ha 2 tingkat 0,248 ha 1 tingkat 1,075 ha 2 tingkat 0,384 ha 2 tingkat 0,162 ha 2 tingkat 0,336 ha 4 Hubungan kontraktual 1 tingkat 3,3; 2 tingkat 96,7 2 tingkat 100 1 tingkat 20 2 tingkat 80 2 tingkat 100 2 tingkat 100 B Aturan dan norma dipergunakan 5 Kontrak Non-formal mitra antara – principal Formal mitra antara- principal Formal mitra antara- principal Formal mitra antara- principal Formal mitra antara- principal Tidak ada kontrak mitra antara–agents surat kuasa agents–mitra antara Formal agents–mitra antara surat kuasa agents–mitra antara Formal agents–mitra antara 6 Mencegah oportunis 2 aturan 5 aturan 5 aturan 5 aturan 6 aturan 7 Sanksi Tidak adatidak diatur 5 aturan 3 aturan 6 aturan 5 aturan 8 Legalitas kepemilikan lahan Tidak harus dibuktikan oleh agents Syarat keikutsertaan; legalitas kepemilikan lahan harus dibuktikan agents Lahanandil garapan dikuasai agents dan diakui mitra antara 9 Nilai sosial budaya --- Keterlibatan aktif tokoh wargamitra antara; Pohon titipan dan amanah, haram diambil tanpa seijin pemiliknya Keterlibatan tokoh warga Jika tidak mau memelihara tegakan maka lahan dialihkan ke penggarap lain C Pelaku Actors 10 Principal Bahan baku KB Bahan baku KB - KGG Bahan baku KB - KGG Bahan baku KB - KGG Bahan baku KB - KGG Div Bioforest – tidak terintegrasi ke div bahan bakulog supplier BIL – terintegrasi ke div pengadaan bahan baku log supplier Div P L – terintegrasi ke div pengadaan bahan bakulog supplier BIL– terintegrasi ke div pengadaan bahan baku log supplier Div P L – terintegrasi ke div pengadaan ba- han bakulog supplier ada petugas teknis tapi tidak ‘aktif’ di lapangan ada petugas aktif di lapangan teknislapangan, mandor tanaman Ada petugas aktif di lapangan petugas teknis wasbun, mandor tanaman, dan staf 11 Mitra antara Kelompok tani Keltan Desa; Dikelola perangkat aparat desa Kelompok dibentuk dan dikelola tokoh warga Korwil Kelompok dibentuk dan dikelola oleh tokoh warga KP Perusahaanpengelola hutan negara; dikelola petugas khusus mitra Perusahaanpengelola lahan negara HGU; dikelola petugas khusus tidak memiliki petugas lapangan ada petugas lapangan, petugas administrasi dan petugas tidak tetap lainnya Memiliki organisasi formal; ada petugas lapangan, administrasi, dan pendukung lain 14 2