Perbandingan karakteristik dan kinerja ketiga tipe KIBARHUT
142
Tabel 30 Karakteristik Kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa
Karakteristik Tipe 1
Tipe 2 Tipe 3
A Kondisi dan ciri umum 1
Lokasi contoh Bawang
Sukaraja Krucil
Sukaraja Krucil
2 Lahan Lahan
milik perorangan, institusi
Lahan milik perorangan, institusi
Lahan milik perorangan, institusi
Bukan lahan milik hutan Negara
Bukan lahan milik HGU kebun
3 Rerata luas lahan
1 tingkat 5 ha 2 tingkat 0,222 ha
2 tingkat 0,248 ha 1 tingkat 1,075 ha
2 tingkat 0,384 ha 2 tingkat 0,162 ha
2 tingkat 0,336 ha 4
Hubungan kontraktual
1 tingkat 3,3; 2 tingkat 96,7
2 tingkat 100 1 tingkat 20
2 tingkat 80 2 tingkat 100
2 tingkat 100 B Aturan dan norma
dipergunakan 5
Kontrak Non-formal mitra
antara – principal
Formal mitra antara- principal
Formal mitra antara- principal
Formal mitra antara- principal
Formal mitra antara- principal
Tidak ada kontrak mitra antara–agents
surat kuasa agents–mitra antara
Formal agents–mitra antara
surat kuasa agents–mitra antara
Formal agents–mitra antara
6 Mencegah oportunis 2 aturan
5 aturan 5 aturan
5 aturan 6 aturan
7 Sanksi
Tidak adatidak diatur 5 aturan
3 aturan 6 aturan
5 aturan 8
Legalitas kepemilikan lahan
Tidak harus dibuktikan oleh agents
Syarat keikutsertaan; legalitas kepemilikan lahan harus dibuktikan agents
Lahanandil garapan dikuasai agents dan diakui mitra antara
9 Nilai sosial budaya ---
Keterlibatan aktif tokoh wargamitra antara; Pohon titipan dan amanah, haram diambil tanpa seijin
pemiliknya Keterlibatan tokoh warga
Jika tidak mau memelihara tegakan maka lahan dialihkan ke penggarap lain
C Pelaku Actors 10
Principal Bahan baku KB
Bahan baku KB - KGG Bahan baku KB - KGG
Bahan baku KB - KGG Bahan baku KB - KGG
Div Bioforest – tidak terintegrasi ke div bahan
bakulog supplier BIL – terintegrasi ke div
pengadaan bahan baku log supplier
Div P L – terintegrasi ke div pengadaan bahan
bakulog supplier BIL– terintegrasi ke div
pengadaan bahan baku log supplier
Div P L – terintegrasi ke div pengadaan ba-
han bakulog supplier ada petugas teknis tapi tidak
‘aktif’ di lapangan ada petugas aktif di lapangan teknislapangan,
mandor tanaman Ada petugas aktif di lapangan petugas teknis
wasbun, mandor tanaman, dan staf 11
Mitra antara Kelompok tani Keltan
Desa; Dikelola perangkat aparat desa
Kelompok dibentuk dan dikelola tokoh warga
Korwil Kelompok dibentuk dan
dikelola oleh tokoh warga KP
Perusahaanpengelola hutan negara; dikelola
petugas khusus mitra Perusahaanpengelola
lahan negara HGU; dikelola petugas khusus
tidak memiliki petugas lapangan
ada petugas lapangan, petugas administrasi dan petugas tidak tetap lainnya
Memiliki organisasi formal; ada petugas lapangan, administrasi, dan pendukung lain
14 2
143
Tabel 30 lanjutan
Karakteristik Tipe 1
Tipe 2 Tipe 3
Bawang Sukaraja
Krucil Sukaraja
Krucil 12
Agents Peroranganwarga desa ter-
daftar atau tidak di Keltan Anggota kelompok secara sukarela aktif dan inisiatif
sendiri mendaftarkan ke mitra antara Petanipenggarap secara sukarela dan inisiatif sendiri
menjadi anggota kelompok yang dibentuk mitra -
umur 48,1 tahun
48,1 tahun 37,6 tahun
51, 1 tahun 45,8 tahun
- pendidikan
SD = 70; SMP = 16,7 SMA = 13,3
SD = 80 SMP =20 SD = 80; SMP = 13,3
D-2 = 0,7 SD = 100
SD = 73,3, SMP=13,3 SMA = 13,3
D Deskripsi situasi aksi KIBARHUT 13
Invent tegakan Tidak ada
Ada, setahun sekali Ada, setahun sekali
Ada, setahun sekali Ada, setahun sekali
14 Pengawasan dan
pengamanan teg Oleh agents; tidak ada
kegiatan oleh principal Secara bersama oleh agents, mitra antara dan
principal Secara bersama oleh agents, mitra antara dan
principal 15
Komunikasi dan informasi
Jarang dan sulit Mudah, sering; dilakukan aktif dan secara rutin oleh
mitra antara dan principal
Mudah, sering; dilakukan aktif dan secara rutin oleh mitra antara
dan principal 16
Balasan kontrak bagi hasil
1 tingkat = agents 50 principal
50; 2 tingkat: agents
100 principal
20 mitra antara
5 + honor bulanan, agents 75
1 tingkat agents 100; 2 tingkat agents 90
mitra antara 10
principal 30, mitra 50,
agents 20 dan hak
garap tanpa sewa principal
23, mitra 77, agents
dapat hak garap tanpa sewa
17 Balasan kontrak
pasokan kayu Kayu diharapkan dijual agents
ke principal Kayu dijual agents ke principal; mitra antara ikut
menghimbau Prioritas ke principal
wajib dipasok ke principal 18
Oportunis Agents
: tinggi 76,7 Principal
: tinggi 3 Agents
: sedang 40 Principal
: rendah 1 Agents
: rendah 13,3 Principal
: rendah 1 Agents
: rendah 20 Principal
: rendah 1 Agents
: rendah 33,3 Principal
: rendah 1 E. Kinerja KIBARHUT
19 Analisis Finansial
Layak secara finansial Layak secara finansial
Layak secara finansial Layak secara finansial
Layak secara finansial - secara total
IRR 35-45 dan BC ratio 1,98–2,88
IRR 29 dan BC ratio 1,59
IRR 24-35 dan BC ratio 1,39–2,02
IRR 32 dan BC ratio 1,98
IRR 22–24 dan BC ratio 1,31–1,42
- per pelaku IRR 16-47 dan BC ratio
1,02 – 2,89 IRR 27-35 dan BC
ratio 1,45 – 1,85 IRR 17-47 dan BC
ratio 1,07 – 2,90 IRR 36-38 dan BC
ratio 1,98 – 2,36 IRR 29-35 dan BC
ratio 1,25 – 1,91 20
PAM Memiliki daya saing Memiliki
daya saing Memiliki daya saing
Memiliki daya saing Memiliki daya saing
- keunggulan kompetitif
PP 0, PCR 1 berkisar 0,517 – 0,710
PP 0, PCR 1 yaitu 0,670
PP 0, PCR 1 ber- kisar 0,684 – 0,803
PP 0, PCR 1 yaitu 0,567
PP 0, PCR 1 yaitu 0,859
- keunggulan komparatif
SP 0, DRC 1 berkisar 0,371 – 0,602
SP 0, DRC 1 yaitu 0,530
SP 0, DRC 1 ber- kisar 0,549 – 0,623
SP 0, DRC 1 yaitu 0,474
SP 0, DRC 1 yaitu 0,729
F Pemasaran KIBARHUT 21
Pemasaran Kewenangan agents
; tidak ada peran mitra antara dan
principal ; tidak ada afiliasi
sawmill lokal Kewenangan agents; ada saluran khusus; ada peran
mitra antara dan principal terintegrasi dalam saluran
pemasaran kayu; ada afiliasi dengan sawill lokal dan koperasi
Kewenangan mitra antara; satu saluran pemasaran mitra antara ke principal; ada afiliasi dengan sawill
lokal dan koperasi 22
Harga kayu Harga pasar
Harga pasar dan ada bonus berbentuk tambahan harga premium price
Harga pasar Harga pasar
143
144
KIBARHUT secara mayoritas 72,28 memanfaatkan lahan milik sebagaimana pada Tipe 1 dan Tipe 2. Sekitar 27,72 sisanya memanfaatkan lahan
bukan milik Negara pada pelaksanaan di Tipe 3. KIBARHUT pada lahan milik mempunyai kepastian pemanfaatanpenggunaan lahan yang lebih tinggi dibandingkan
pada lahan bukan milik. Perbedaan status lahan tersebut juga berdampak pada perbedaan kepastian hak agents atas kayu yang dihasilkan dari lahan tersebut. Agents
yang memanfaatkan lahan milik memperoleh bagi hasil berkisar 50 – 100 yang lebih besar dibandingkan agents yang menggarap lahan bukan milik 0 – 20.
Artinya kepemilikan asset produksi lahan berdampak pada kepemilikan dan pemanfaatan komoditas hasilnya sebagaimana juga diungkapkan Gibbons 2005 dan
Yusran 2005. Pada sisi lain, sebagai imbalan incentives bagi hasil kayu yang rendah, maka agents di Tipe 3 memperoleh manfaat lain dalam bentuk hak garap
lahan tanpa membayar sewa. Penggunaan lahan untuk membangun hutan KIBARHUT dilakukan pada lahan
dengan luasan yang relatif sempit yaitu sekitar ± 0,2 ha. Penggunaan lahan yang relatif sempit
97
dan pendidikan petani relatif rendah 78,9 berpendidikan SD dijadikan pendorong dan alasan pembenar bagi principal untuk memilih bekerjasama
dengan melibatkan mitra antara tokohelite warga
98
dan tenaga lokal. Argumen tersebut dikuatkan temuan lapangan yang menunjukkan bahwa
hubungan kemitraan secara langsung hubungan kontraktual 1 tingkat antara principal dan agents adalah sangat sedikit kasusnya. Hasil analisis menunjukkan hanya
terdapat 4,4 kasus KIBARHUT yang diklasifikasikan hubungan kontraktual 1 tingkat, dengan luas kepemilikan lahan yang dikerjasamakan sekitar 5 ha 1 agents di
Tipe 1 dan rata-rata seluas 1,08 ha 3 agents di Tipe 2, khususnya di Krucil. Pada sisi lain, principal memiliki kendala dalam mengorganisasikan agents pada
pelaksanaan KIBARHUT. Kendala yang teridentifikasi adalah i tidak mempunyai petugas dalam jumlah memadai yang berhubungan dan mempunyai jalur langsung ke
petani; ii pemilikan lahan yang sempit dan tersebar sehingga membutuhkan tenaga dan biaya lebih besar untuk memantau. Artinya, principal kesulitan menyediakan
97
Penguasaan lahan petani yang sempit juga diungkapkan Hardjanto 2003 dan Simon 2008.
98
Keterlibatan tokoh warga karena masih berlangsungnya hubungan patron-klien dalam kehidupan warga desa. Patron merupakan tokoh informal yang menjadi panutan dan dipercaya oleh warga desa,
serta merupakan bagian kepemimpinan desa yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan di desa Korten ed., 1987; Hoff dan Sen, 2005; Ali, 2007.
145
organisasi lengkap dan personil memadai untuk mampu melakukan monitoring dan evaluasi keberhasilan tanaman yang tersebar di masing-masing petani, serta
mengawasi tindakan sekian banyak agents guna menghindari perilaku oportunis. Kecenderungan tersebut menunjukkan dugaan sulitnya bekerjasama dengan petani
secara perorangan, adalah sekaligus juga keengganan pengusaha direpotkan mengurusi hal-hal yang rumit dengan sangat banyak orang seperti juga diungkapkan
Nugroho 2003 dan Yuwono 2006. Principal
mempunyai organisasi khusus pelaksanaan KIBARHUT tetapi hanya pada kontrak formal organisasi tersebut terintegrasi dengan divisi pengadaan bahan
baku, sehingga memudahkan para pelaku dalam memasarkan kayu KIBARHUT atau terwujudnya jaminan pasar. KIBARHUT pada kontrak formal dicirikan adanya
pengelolaan KIBARHUT yang lebih baik dibandingkan kontrak non-formal, dan adanya peranan mitra antara dalam membina kerjasama dan mengorganisasikan
agents , serta dukungan aktif petugas operasional principal dan mitra antara di
lapangan. Agents
dengan kontrak formal adalah petani yang secara sukarela bekerjasama dan terdaftar pada kelompok yang diadministrasikan mitra antara. Pada kontrak
formal di lahan negara bukan lahan milik, mitra antara adalah lembaga formal yang mempunyai organisasi lengkap pelaksanaan kegiatan di lapangan, serta menguasai
assets produksi lahan. KIBARHUT dengan kontrak formal juga melibatkan tokoh ellite warga yang
mempunyai pengaruh, dipercaya dan menjadi panutan di kalangan petani, bahkan pada kontrak formal di lahan milik, maka tokoh warga tersebut adalah juga berperan
selaku mitra antara. Adanya keterlibatan tokoh warga diharapkan memberikan jaminan keamanan tanaman karena merupakan penduduk desa yang tinggal di sekitar,
dikenal dan mengenal petani. Tokoh warga juga berperan sebagai “pengawas” control that participants exercise yang ditempatkan pada posisi sewajarnya, dan
sekaligus sebagai upaya menyeimbangkan informasi dan mewujudkan komitmen penegakan kontrak. Adanya komitmen penegakan kontrak memberikan kepastian
jaminan hak dan kewajiban setiap pelaku sebagaimana diatur dalam kontrak, sehingga para pelaku memperoleh jaminan manfaat sesuai pengorbanan yang dikeluarkan get
what you pay for dari adanya hubungan kelembagaan KIBARHUT.
146
Pada kontrak non-formal, mitra antara merupakan kelompok yang dibentuk hanya sebagai pemenuhan syarat kemitraan. Mitra antara tidak mempunyai kegiatan
aksi yang mendukung pelaksanaan KIBARHUT di lapangan, dan tidak memiliki petugas lapangan. Mitra antara mendistribusikan bantuan principal tidak hanya ke
warga yang sudah mendaftar sebagai agents tetapi ke semua warga desa, sehingga sulit memastikan pohon di lahan petani berasal dari bantuan principal. Artinya, tidak
ditemukan adanya pengelolaan dan pengadministrasian KIBARHUT pada kontrak non-formal.
Tabel 31 juga menunjukkan bahwa Kelembagaan KIBARHUT terbukti efisien dalam alokasi sumberdaya input produksi dan layak secara finansial. Kinerja secara
finansial ditunjukkan dengan terpenuhinya kriteria keberterimaan kelayakan finansial yaitu NPV positif, IRR yang lebih besar dari tingkat bunga yang dipersyaratkan IRR
i, dan BC ratio 1 bagi masing-masing pelaku yang terlibat. Kelembagaan KIBARHUT juga memiliki keunggulan kompetitif PP positif dan PCR 1 dan
komparatif SP positif dan DRC 1 untuk semua tipologi. Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya manfaat insentif positif yang dinikmati para pelaku
kelembagaan KIBARHUT dibandingkan korbanan yang telah dikeluarkan oleh masing-masing.
Kelembagaan KIBARHUT juga mencakup kegiatan alokasi output pemasaran produk, dengan tidak mengganggu saluran pemasaran kayu yang sudah ada dan
bekerja di lapangan sebagaimana karakteristik pemasaran kayu KIBARHUT pada Tabel 31. Pemasaran kayu KIBARHUT dilakukan dengan kewenangan agents pada
kontrak di lahan milik dan kewenangan mitra antara pada kontrak di lahan negara. Hasil ini juga menunjukkan bahwa kewenangan pemanfaatan komoditas hasil oleh
agents pada kontrak di lahan milik adalah lebih tinggi dibandingkan pada kontrak di
lahan negara. Dengan demikian, adanya kepemilikan terhadap sumberdaya memberikan hak kewenangan penggunaan dan kekuasaan terhadap komoditas yang
ditransaksikan dalam proses pertukaran, sebagaimana juga diungkapkan Yustika 2006.
147
Tabel 31 Perbandingan pemasaran kayu KIBARHUT
Tipe kewenangan Saluran Pemasaran
harga Tipe 1 Agents
- Saluran pemasaran yang sudah ada tetap bekerja
- ada usulan saluran pemasaran alternatif
- tidak ada peran mitra antara dan principal untuk
meyakinkan dan memberikan jaminan pasar kayu KIBARHUT ke agents
- tidak ada afiliasi dengan sawmill lokaldepo kayu oleh
divisi KIBARHUT Harga pasar
Tipe 2 Agents
- saluran pemasaran yang sudah ada tetap bekerja
- ada sinergisitas antara divisi KIBARHUT dan divisi peng-
adaan bahan baku dari principal. Sinergi didukung adanya afiliasi dan kerjasama dengan sawmill lokal dan koperasi
sehingga memunculkan alternatif saluran pemasaran -
ada peran mitra antara dan principal yang terintegrasi dalam saluran pemasaran kayu
Harga pasar; ada bonus
premium price
Tipe 3 Mitra antara
- satu saluran dari mitra antara ke principal
- ada afiliasi dengan sawmill lokal dan koperasi
HJD+ atau Harga pasar
Perbedaan kewenangan pemasaran berdampak juga terhadap saluran pemasaran pada KIBARHUT di lahan milik dan di lahan negara. Pada lahan negara hanya ada
satu saluran pemasaran yaitu dari mitra antara ke principal, sedangkan pada lahan milik terdapat lebih dari satu saluran pemasaran dari agents sampai ke
principal INPAK. Pada kontrak formal di lahan milik terdapat alternatif pemasaran
yang dapat memperbesar keuntungan agents yaitu dengan adanya kebijakan penambahan harga premium price oleh principal. Saluran khusus tersebut terwujud
dengan adanya peran mitra antara dan petugas KIBARHUT principal yang terintegrasi dan bersinergi dengan divisi pengadaan bahan baku dari principal. Sinergi
pemasaran kayu tersebut juga diperkuat dengan adanya afiliasi principal dengan sawmill lokal dan koperasi sebagai pelaku pemasaran di lapangan. Sinergi kebijakan
principal dengan sawmill lokal dan koperasi juga terdapat pada kontrak formal di
lahan negara. Temuan ini menunjukkan bahwa kelembagaan KIBARHUT dengan kontrak formal mampu melarang penggunaanpemanfaatan oleh non-pelaku
excludable sehingga merupakan hubungan kemitraan yang dapat menegakkan hak- hak para pelakunya enforceable.
Kelembagaan KIBARHUT merupakan hubungan kerjasama dimana para pelaku saling berbagi manfaat dan resiko. KIBARHUT juga mengatur hak dan kewajiban
termasuk sanksi yang diatur dalam kontrak, karena tidak ada pelaku yang dapat mengamati tindakan pelaku lain sehingga memunculkan resiko terjadinya ingkar janji
moral hazard atau perilaku oportunis. Dalam kerangka hubungan kemitraan agency
148
relationship , terdapat sejumlah 2 aturan pada kontrak non-formal dan 5 – 6 aturan
pada kontrak formal yang mengatur upaya mengatasi asymmetric information dan mencegah perilaku oportunis.
Kontrak formal juga memiliki aturan yang mengatur sanksi, sedangkan pada kontrak non formal tidak terdapat aturan tersebut Tabel 32. Tidak adanya aturan
yang mengatur sanksi dan terbatasnya aturan yang mengatur upaya mengatasi ketidakseimbangan informasi dapat menjadikan kelembagaan tidak bermakna karena
tidak adanya resiko hukuman untuk berperilaku oportunis ingkar janji.
Tabel 32 Indikasi perilaku oportunis
Aturan mengatur
sanksi dalam kontrak Indikasi perilaku oportunis
agents Principal
Tipe 1 Bawang 0 aturan
76,7 tinggi 3 tinggi
Tipe 2 Sukaraja
5 aturan 40,0 sedang
1 rendah Krucil
3 aturan 13,3 rendah
1 rendah Tipe 3
Sukaraja 6 aturan
20,0 rendah 1 rendah
Krucil 5 aturan
33,3 rendah 1 rendah
Keterangan : i indikasi dihitung berdasarkan jumlah agents teridentifikasi berperilaku
oportunis berdasarkan Gambar 17, dan diklasifikasikan menjadi rendah jika prosentasenya 0–33,3, sedang 33,4–66,6, dan tinggi 66,7; ii indikasi
oportunis principal berdasarkan informasi pada Tabel 19 dan diklasifikasikan menjadi rendah 1 jika ada 0 – 2 indikasi, sedang 2 jika ada 3 – 5 indikasi, dan
tinggi 3 jika ada ≥ 6 indikasi
Terdapat juga ketentuan non-formal atau norma tidak tertulis yang melekat, yaitu i legalitas pemilikan lahan, yang pembuktiannya sudah menjadi kebiasaan dan
diakui peserta sehingga pengaturan rincinya tidak ditulis dalam kontrak. Pada kontrak formal di lahan milik, agents dipersyaratkan oleh mitra antara untuk membuktikan
legalitas kepemilikan lahannya sebelum terwujudnya kontrak antara kedua pelaku; ii adanya keterlibatan ellite atau tokoh karena dipercaya dan dihormati warga pada
kontrak formal; iii nilai sosialbudaya pada kontrak formal bahwa pohon adalah titipan dan amanah sehingga haram diambil tanpa seijin pemiliknya lahan milik, dan
adanya sosialisasi bahwa lahan garapan akan dialihkan ke penggarap lain jika agents tidak mau memelihara tegakan lahan bukan milik atau berperilaku oportunis.
Tidak adanya aturan yang mengatur sanksi, resiko terpapar yang rendah, tidak adanya pengawasan dan pengamanan tegakan, tidak dilakukannya monitoring dan
evaluasi, tidak adanya inventarisasi tegakan secara berkala, serta tidak efektifnya jalinan informasi dan komunikasi berdampak tingginya resiko oportunis agents pada
149
kontrak non-formal 76,7 dibandingkan pada kontrak formal. Perilaku oportunis tidak hanya dilakukan agents tetapi juga dilakukan principal sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 32. Perilaku ingkar janji principal pada kontrak non-formal skor 3 terindikasi lebih tinggi dibandingkan pada kontrak formal.
Tingginya perilaku oportunis berdampak rendahnya komitmen untuk penegakan kontrak pada kontrak non-formal. Artinya, tidak adanya jaminan kepastian hak dan
kewajiban para pelakunya menyebabkan hubungan kelembagaan menjadi tidak berarti dan tidak bermanfaat bagi semua pelaku yang terlibat, sehingga sulit mewujudkan
keberlanjutan hubungan pada kelembagaan KIBARHUT dengan kontrak non-formal. Upaya penegakan kontrak dan meminimalisir kemungkinan perilaku oportunis
dapat juga dilakukan principal dengan mengalokasikan biaya untuk berbagai macam pengeluaran guna pemantauan, pengamanan, dan koordinasi agency costs. Hasil
analisis kepekaan sensitivity analysis dengan adanya agency costs yang diasumsikan sebagai kenaikan biaya input-input produksi sebesar 5 adalah
disajikan pada Lampiran 16 dan secara ringkas disajikan pada Tabel 33.
Tabel 33 Hasil analisis kepekaan sensitivity analysis kelembagaan KIBARHUT Tipe
KIBARHUT analisis kepekaan dengan kenaikan input 5
secara total m
per pelaku m
BC ratio IRR
Pelaku BC ratio
IRR Tipe 1
Bawang -
Hub 1 tingkat 2,57
41 Agents
2,43 41
Principal 2,72
42 -
Hub 2 tingkat 1,92
34 Agents
2,61 43
Principal 0,96 14
Tipe 2 Sukaraja
- Hub 2 tingkat
1,47 27
Agents 1,75
33 Mitra
antara 1,37
26 Principal
1,44 25
Tipe 2 Krucil
- Hub 1 tingkat
1,90 34
Agents 2,72
45 Principal
1,01 15
- Hub 2 tingkat
1,38 24
Agents 1,92 33
Mitra antara
1,23 21
Principal 1,08
17 Tipe 3
Sukaraja -
Hub 2 tingkat 1,88
31 Agents
1,93 35
Mitra antara
2,02 36
Principal 2,24
36 Tipe 3
Krucil -
Hub 2 tingkat 1,28
21 Agents
1,19 30
Mitra antara
1,79 33
Principal 1,63
28
Tabel 33 menunjukkan bahwa adanya agency costs ternyata masih memberikan kelayakan finansial berdasarkan analisis secara total. Jika analisis berdasarkan
150
masing-masing pelakunya, maka analisis finansial adalah tidak layak bagi principal di kontrak non-formal karena tidak adanya umpan balik aksi balasan memadai dari
pelaku yang lainnya. Situasi ini berkaitan dengan tingginya perilaku oportunis antara para pelaku pada kelembagaan dengan kontrak non-formal. Kelembagaan menjadi
tidak bermakna bagi para pelakunya sehingga peluang keberlanjutan menjadi terkendala.