Deskripsi situasi aksi kelembagaan KIBARHUT

89 KIBARHUT oleh Hulu ke Hilir. Namun, aturan formal dalam kontrak tidak mengatur sanksi, jika salah satu pelaku atau semua pelaku tidak melaksanakan kewajibannya. KIBARHUT Tipe 1 Bawang mempunyai 2 bentuk yaitu kemitraan 1 tingkat dan 2 tingkat. Kemitraan 1 tingkat bentuk kerjasama bagi hasil sebagaimana terdapat dan hanya satu-satunya di Desa Surjo, Bawang. Perjanjian kerjasama antara principal dan petani Muhidin. Bagi hasil antara INPAK dengan agents sebesar masing-masing 50. Principal menyediakan bibit Sengon, biaya penanaman dan pemeliharaan, dengan seluruh kayu hasil panen wajib dipasok dan dijual ke principal. Kemitraan tersebut tidak dilakukan di tempat lain atau dengan petani lain sehingga tidak terwujud keberlanjutan kelembagaan KIBARHUT Tipe 1 Bawang pada hubungan 1 tingkat. Kemitraan dua tingkat bentuk hibah bibit terlaksana berdasarkan perjanjian kerjasama antara principal dengan Keltan mitra antara sebagaimana Gambar 11. Keltan, selanjutnya, diharapkan mengorganisasikan petani agents untuk melaksanakan KIBARHUT, tetapi tidak ada perjanjian apa pun antara Keltan dan agents . Diakui aparat desa bahwa Keltan dibentuk hanya sebagai pemenuhan persyaratan untuk melakukan kemitraan dengan principal. Pada kemitraan dua tingkat, kayu hasil panen dikuasai seluruhnya oleh agents, artinya tidak ada bagi hasil panen yang menjadi bagian principal atau mitra antara. Tindakan balasan manfaat utama yang diterima principal adalah menampung dan membeli kayu KIBARHUT, yang dijual menjadi aksi yang dipilih agents ke principal, baik secara perorangan atau melalui koordinasi Keltan. Pihak HilirPrincipal PT. SGS Bio Forest Kelompok Tani mitra antara Petani pihak Hulu Petugas Lapangan Soeranto Cs • Pendataan petanipeserta • Distribusi Bantuanbibit Menerima Bibit dan bantuan lain Penanaman dan Pemeliharaan Hutan KIBARHUT Tipe 1 Gambar 11. Organisasi pelaksanaan KIBARHUT Tipe 1 Bawang 90 Guna menjamin keberhasilan kerjasama, terdapat petugas lapangan principal yang bertugas memantau perkembangan tanaman dan produksi kayunya. Namun efektifitasnya terkendala beberapa hal: i jumlah tenaga lapangan terbatas 3 orang dibandingkan jumlah petani dan sebaran lahan yang dikerjasamakan; ii petugas tidak secara rutin dan berkala berkomunikasi dengan pelaku lainnya, sehingga agents dan mitra antara kesulitan menghubungi petugas lapangan; iii administrasi lahan dan petani yang tidak valid. Dengan demikian, tidak terdapat hubungan hirarkis yang cukup kuat antara Keltan dan agents, serta tidak adanya petugas operasional yang secara khusus dan rutin day-to-day mengadministrasikan pelaksanaan KIBARHUT. Keltan dan petugas lapangan principal tidak melaksanakan secara rutin dan intensif kegiatan pembinaan, penyuluhan dan monev, serta upaya menjaga keamanan tegakan. Keltan membagikan bantuan bibit tidak berdasarkan daftar petani yang telah didata sebagai pelaku KIBARHUT. Bantuan justru dibagi merata ke seluruh warga untuk menghindari gejolak sosial dan kecemburuan warga desa. Artinya, Keltan tidak mengorganisasikan agents dan tidak mengadministrasikan pelaksanaan KIBARHUT. Keltan dan petugas lapangan juga tidak mempunyai dasar klaim yang kuat untuk memastikan bahwa tegakan di lahan petani berasal dari bantuan principal. Keltan juga bertindak oportunis dengan meminta penggantian biaya transport dan menurunkan bibit berkisar Rp 100–200 per bibit, sehingga agents merasa membeli bibit dan berdalih tidak harus menjual kayu hasil panen ke principal. Kondisi tersebut menunjukkan tidak adanya kontribusi dan manfaat mitra antara Keltan pada pelaksanaan KIBARHUT. Pada situasi aksi tersebut, kontrak non-formal di Tipe 1 tidak menjamin adanya kepastian hak dan kewajiban bagi para pelakunya. Tidak adanya aturan sanksi dan resiko hukuman menyebabkan godaaan mengingkari kontrak cukup tinggi. Situasi aksi tersebut ditunjukkan dengan hanya 23,3 agents berkomitmen memasok kayu ke principal . Komitmen penegakan kontrak yang rendah tersebut menunjukkan sistem kemungkinan tidak lestari dalam jangka panjang 68 . Dengan demikian, kelembagaan KIBARHUT Tipe 1 KIBARHUT dengan kontrak non-formal tidak dapat terwujud secara berkelanjutan karena tidak adanya umpan balik atau tindakan balasan yang diharapkan diterima oleh principal dari agents. 68 Penggunaan sumberdaya yang lestari dapat terjadi jika terdapat kelembagaan yang mengatur umpan balik dan arus informasi yang setara antara semua mitra dan kondisi sumberdayanya Berkes, 1996. 91 b. Hubungan kontraktual KIBARHUT Tipe 2 Hubungan kontraktual KIBARHUT Tipe 2 terdapat di Sukaraja Tipe 2 Sukaraja dan di Krucil Tipe 2 Krucil. Hasil pendalaman 14 surat perjanjian kerjasama hubungan kelembagaan KIBARHUT Tipe 2 diringkas pada Tabel 17, sedangkan telaah unsur-unsur kontrak selengkapnya disajikan pada Lampiran 6. Tabel 17 Deskripsi Hubungan Kontraktual KIBARHUT Tipe 2 Kec Subyek Hukum Kerjasama Pekerjaan Pembayaran Balasan Kontrak Suka raja PT. BKL Petani Keltan formal • Kerjasama penanaman Albasia pada lahan milik garapan yang dikuasai Hulu. Hilir membantu bibit, pupuk dan obat serta ongkos sampai lokasi, dan membayar honor tidak tetap ke Korwil • Hulu melakukan pengolahan dan persiapan lahan, penanaman, pemeliharaanperawatan, dan penjagaan keamanan tanaman jaminan. • Jaminan pasar dan harga yang wajar dari Hilir • Hilir mendapat jaminan keamanan tanaman sampai panen • Hilir menampung memasarkan produksi kayu gelondong • Hilir memperoleh bagi hasil 25 dirinci: 20 Hilir dan 5 dijanjikan untuk Korwil Keltan Petani surat kuasa • Ketua Keltan selaku wakil petani dan koordinator wilayah Korwil pelaksanaan KIBARHUT • Korwil memasok pupuk dengan biaya Hilir • Korwil mengorganisasikan petani dan mengadministrasikan pelaksanaan Kru cil PT. KTI Petani Koordinator pengelola formal • Memanfaatkan lahan yang dikuasai agents guna pembangunan hutan untuk menyediakan dan memasok kayu untuk proses produksi Hilir • Hilir membantu kebutuhan bibit plus sulaman • Hulu melaksanakan penanaman, pemeliharaan, penebangan, dan pengangkutan ke pabrik Hilir sawmill afiliasi di sekitar lokasi tanaman • Jaminan pasar dari Hilir dan jaminan keamanan tanaman oleh Mitra antara • Hulu mendapatkan 100 bagi hasil 10 untuk KP dan 90 untuk agents produksi kayu hasil panen tanaman tetapi wajib menjualnya ke Hilir sesuai standard. • Harga sesuai kelompok diameter dan berdasar harga pasar saat panen. KP Petani formal • Abdul Qodir selaku KP dan wakil petani pada kerjasama penanaman dan penjualan kayu • KP menyiapkan bibit untuk petani dengan biaya Hilir dan mengangkutnya ke lokasi • KP mengorganisasikan petani dan mengadministrasikan pelaksanaan KIBARHUT Tabel 17 menunjukkan bahwa kontrak KIBARHUT Tipe 2 mengatur jaminan keamanan tanaman dari gangguan pencurian sampai saat panen yang diatur secara tertulis formal dan berdasarkan norma sosial. KIBARHUT Tipe 2 memberikan jaminan pasar dan harga kayu yang wajar berdasarkan harga pasar saat panen, sehingga memunculkan tindakan balasan yaitu i bagi hasil panen antara principal dengan agents, dan mitra antara dengan agents; ii agents menjual hasil panen atau produksi kayunya ke principal. 92 Hubungan kontraktual KIBARHUT Tipe 2 di Sukaraja merupakan kemitraan dua tingkat. Perjanjian kerjasama dilakukan antara BKLBIL dan Ketua Keltan. Kegiatan operasional day-to-day dilakukan BIL dan bersama-sama Keltan mitra antara mengorganisasikan agents untuk melaksanakan KIBARHUT Tipe 2 sebagaimana ilustrasi Gambar 12. Kontrak dilaksanakan oleh 10 Kelompok di Desa Leuwibudah dan 11 Kelompok di Desa Linggaraja. Selanjutnya, ditunjuk 2 dua Ketua Keltan menjadi Korwil Mudin di Leuwibudah dan Emud di Linggaraja. Korwil direkrut dan dipekerjakan secara tidak tetap oleh BIL sehingga secara fungsional bertugas sebagai mandor tanaman petugas lapangan bagi principal. Korwil melaksanakan sebagian upaya yang seharusnya dilakukan principal, yaitu melakukan pengawasan dan pengamanan tanaman sekaligus mencermati perilaku Agents. Fungsi dan kewenangan tersebut didelegasikan principal ke Korwil mitra antara dalam perannya sebagai mandor tanaman. Mitra antara bersedia terlibat aktif dalam menyampaikan informasi, memotivasi agents dan melaksanakan sebagian upaya principal menjaga keamanan tanaman. Karenanya, principal tidak terlampau intensif melakukan monitoring dan evaluasi secara langsung garis putus pada Gambar 12. Kesediaan Korwil untuk terlibat sebagai mitra antara dalam pelaksanaan KIBARHUT karena mendapat manfaat berupa honor sebagai pengawas penanaman dan pengamanan tanaman mandor tanaman. Mitra antara dijanjikan memperoleh PrincipalHilir PT. BKL PT. BIL Mitra antara Keltan KeltanKorwil – Mandor Tanaman 11 Kel Ds Linggaraja 10 Kel Ds Lewibudah Petani AgentsHulu Hutan KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja Inventarisasi petani lahan, distribusi bibit dan pupuk, administrasi kegiatan • Partisipasi inventarisasi • Menerima bibit-pupuk Penanaman dan Pemeliharaan Gambar 12. Organisasi pelaksanaan KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja 93 bagi hasil kayu pada saat panen. Bagi hasil tersebut berbentuk kesepakatan tidak tertulis antara principal dan mitra antara. Principal memperoleh imbalan berupa hasil panen share contract sebesar 25 yaitu 20 adalah bagian principal dan 5 dijanjikan untuk mitra antara. Principal menampung danatau memasarkan seluruh produksi kayu KIBARHUT, dan menginformasikan bahwa kayu KIBARHUT dapat langsung dijual ke sawmill afiliasi principal atau kelompok usaha penggergajian KUP yang terdapat di sekitar lokasi tanaman. Keterkaitan antara aksi principal – mitra antara dan kemungkinan memperoleh imbalan di akhir daur, menimbulkan adanya jaminan keamanan tanaman sampai panen. Adanya janji mendapat 5 bagi hasil panen dan honor sebagai mandor tanaman membuat Korwil melakukan berbagai upaya untuk menjaga keamanan tanaman KIBARHUT. Upaya mitra antara adalah melibatkan sebanyak mungkin kerabat dan tetangga di dekat rumah ketua Keltan atau Korwil, sebagai strategi untuk mengatasi ketidakseimbangan informasi asymmetric information dan meminimalkan kemungkinan perilaku oportunis agents 69 . Upaya tersebut sekaligus juga memudahkan pengawasan tegakan, menjamin keamanan tegakan, dan menjamin peluang lebih besar mendapatkan bagi hasil di akhir daurwaktu panen. Upaya lainnya adalah mengkomunikasikan secara intensif nilai sosial dan agama sebagai pemahaman umum ke semua peserta bahwa pohon Sengon adalah “titipan” principal , sehingga haram hukumnya kalau dicuri atau diambil walau hanya 1 batang pun. Berbagai upaya yang dilakukan mitra antara dan principal tersebut berhasil meyakinkan sebagian besar 60 agents terhadap adanya kewajiban bagi hasil panen dan menjual kayunya ke principal. Hubungan kontraktual Tipe 2 Krucil merupakan KIBARHUT yang dilaksanakan KTI selaku principal di Kecamatan Krucil sejak tahun tanam 200304. Mayoritas 89,4 kegiatan dilakukan dengan bantuanmediasi tokoh agama setempat Abdul Qodir Al Hamid selaku koordinator pengelola KP, dan sebagian lainnya 10,6 dengan bantuan KP lain atau secara langsung dengan petani. KP, yang bertindak selaku mitra antara, membuat kesepakatan dan kontrak pemanfaatan lahan milik atau yang dikuasai agents untuk membangun hutan. Agents menyetujui adanya 69 Penempatan kerabat pada berbagai lini kegiatan sebagai upaya mengatasi asymmetric information dan meminimalisir kemungkinan perilaku oportunis agents juga diungkapkan Darwis et al., 2006. 94 kerjasama penanaman dan penjualan hasil panen dengan principal karena diatur secara tertulis formal dalam kontrak yang dilakukan antara KP dan petani. Mitra antara berperan dalam membina dan mengorganisasikan agents. Mitra antara juga menjadi penghubung para pelaku dan mengadministrasikan pelaksanaan KIBARHUT sebagaimana ilustrasi pada Gambar 13. KP juga menjadi pemasok bibit KIBARHUT Tipe 2 Krucil. KP menyiapkan bibit di persemaian yang dikelolanya, termasuk menyediakan tenaga kerja dan media, sedangkan benih dan polybag dipasok principal . Bibit siap tanam selanjutnya didistribusikan ke agents oleh KP. Terhadap prestasi ini, principal memberi kompensasi ke KP sebesar Rp. 250bibit. Principal mempunyai organisasi khusus Divisi P L pelaksanaan KIBARHUT. Divisi P L memiliki petugas lapanganoperasional yang tinggal di sekitar lokasi tanaman dan bertugas melakukan koordinasi serta bekerjasama dengan petani, institusi, dan pelaku lainnya dalam melaksanakan KIBARHUT. Guna mendukung dan membantu kelancaran pekerjaan petugas principal, KP membentuk koordinator di setiap desa kordes dan mempekerjakan tenaga administrasi. Kordes adalah penduduk desa yang pernah menjadi santri di pesantren KP, dan secara teratur dan intensif berkoordinasi dengan petugas lapangan. Tenaga administrasi memperoleh imbalan honor tetap dari KP, sedangkan Kordes memperoleh imbalan honor tidak tetap untuk pelaksanaan pekerjaan khusus dari KP PrincipalPihak Hilir KTI Divisi P L Mitra AntaraKoordinator Pengelola KP 12 Kordes se-Kec. Krucil Petani HuluAgents Inventarisasi petani lahan, sedia dan distribusi bibit, adm monev Partisipasi aktif kegiatan inventarisasi, kontrak formal dengan KP, menerima bibit Petugas lapanganoperasional Penanaman dan pemeliharaan Hutan KIBARHUT Tipe 2 Krucil staf KTIpetugas lap Staf KPAdministrasi Gambar 13 Organisasi pelaksanaan KIBARHUT Tipe 2 Krucil 95 atau principal. Kordes dan petugas lapangan dijanjikan secara lisan mendapat bagian dari bagi hasil yang diperoleh KP, namun besarannya tidak dinyatakan KP dan tidak diketahui Kordes dan petugas lapangan. KIBARHUT Tipe 2 Krucil mengatur secara formal proporsi bagi hasil kayu KIBARHUT yaitu 90 milik agents dan 10 milik KP sebagai imbalan upaya dan pengorbanan yang dikeluarkan, sedangkan principal tidak memperoleh imbalan bagi hasil kayu. Principal memperoleh manfaat ekonomis yaitu kewenangan menampung seluruh produksi kayu KIBARHUT sehingga memiliki jaminan dan kepastian pasokan kayu untuk proses produksinya. Hubungan bahu membahu interlocked transaction yang terjalin antara petani dan KP merupakan jaminan warranty keberlangsungan transaksi pasokan bahan baku dan pemasaran kayu KIBARHUT ke principal. Penempatan penduduk desa yang telah dikenal oleh petani sebagai Kordes merupakan strategi monitoring dan evaluasi yang murah, sekaligus efektif sebagai “pengawas” yang ditempatkan sewajarnya. Upaya lain adalah mengkomunikasikan nilai sosial dan agama sebagai norma yang dipahami umum bahwa tanaman KIBARHUT merupakan titipan dan amanah, sehingga harus dijaga dan haram hukumnya mengambil tanpa seijin yang menitipkan. Pendekatan non-formal tersebut diterima warga desa karena adanya KP sebagai pelaku dan pemuka agama yang menjadi panutan, karismatis dan disegani peserta situasi aksi di Krucil. Alhasil 86,7 agents mempunyai pemahaman bahwa pada waktu panen bersedia menjual produksi kayunya ke Principal. Principal pun melakukan upaya memberikan dan menjaga rasa kepercayaan yang tinggi dari petani, dengan memberikan jaminan pasar secara nyata. Upaya tersebut adalah membentuk KAMkti yang siap memberikan pinjaman atau kredit tunda tebang dan siap menampung kayu KIBARHUT. Principal juga bekerjasama dengan 2 dua sawmill terafiliasi untuk melakukan pembelian kayu di Krucil dan sekitarnya. Dengan demikian, pemasaran dan pasokan kayu KIBARHUT di Krucil dapat dilakukan mitra antara dan agents secara langsung ke pabrik principal di Probolinggo atau melalui KAMkti dan sawmill afiliasi tersebut. Upaya tersebut memupuk dan meningkatkan rasa saling percaya antara mitra antara dengan agents, dan mitra antara dengan Principal. 96 Pada pelaksanaannya ditemukan adanya variasi di lapangan yaitu terjadinya hubungan kemitraan satu tingkat atau kerjasama secara langsung antara principal dengan agents tanpa melibatkan mitra antara. Pada hubungan satu tingkat tersebut, perbedaan organisasi pelaksanaan kegiatan terdapat pada tiadanya peran dan fungsi mitra antara . Kegiatan operasional KIBARHUT di lapangan dilakukan secara langsung oleh petugas principal ke agents. Fungsi Kordes bersama-sama petugas lapangan principal tetap dilaksanakan, yaitu sebagai tenaga tidak tetap untuk pemantauan dan pengamanan tanaman yang dilaksanakan agents. Tidak adanya keterlibatan mitra antara menyebabkan seluruh hasil panen merupakan milik agents. c. Hubungan kontraktual KIBARHUT Tipe 3 KIBARHUT Tipe 3 adalah kemitraan membangun hutan bersama rakyat yang dilaksanakan pada tanah negara atau lahan yang dikuasai oleh mitra antara. Pencermatan lapangan dilakukan terhadap hubungan kontraktual KIBARHUT yang dilaksanakan BKL di Sukaraja Tipe 3 Sukaraja dan KTI di Krucil Tipe 2 Krucil. Hasil pendalaman 13 surat perjanjian kerjasamanya disajikan pada Tabel 18, sedangkan telaah unsur-unsur kontrak selengkapnya disajikan pada Lampiran 6. Tabel 18 menunjukkan bahwa kerjasama pekerjaan KIBARHUT Tipe 3 adalah mengoptimalkan pemanfaatan yang dikuasai mitra antara, melalui kegiatan membangun hutan bekerjasama dengan INPAK dan petanipenggarap untuk memasok kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk principal. Hubungan kontraktual dilaksanakan dengan mediasi KPH Tasikmalaya KPH Tsm pada Tipe 3 Sukaraja, dan Aviland atau KTI bk pada Tipe 3 Krucil. 97 Tabel 18 Deskripsi hubungan kontraktual KIBARHUT Tipe 3 Kec Subyek Hukum Kerjasama Pekerjaan Pembayaran Balasan Kontrak Suka raja KPH Tasik PT. BKL KTH formal • Kerjasama budidaya Sengon mencakup semua kegiatan mulai pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran • Hilir menyediakan bibit tanaman dan sulaman di lokasi tanam, biaya penanaman, 50 biaya perlindunganpembinaan SDHmonev dan bimbingan teknis bintek • Perhutani menyediakan lahan, melakukan pembinaanbintek, menanggung biaya perencanaanpersiapan lapanganpenjarangan persiapan tebangan, 50 biaya perlindungan pembinaan SDHmonevbintek • Petani melaksanakan pengolahan tanah, pembuatan larikan tan, pengadaanpasang ajir, lubang tan, penanaman, penyulaman, pemeliharaan, menanammemelihara tanaman palawija • Pemasaran kayu sesuai mekanisme di Perhutani • Pengamanan dilaksanakan semua pelaku • Prioritas penjual- an kayu ke Hilir. • Harga pasar sesuai kelas diameternya • Bagi hasil: 30 Hilir dan 70 Hulu 50 Perhutani dan 20 Petani Kru Cil PT. KTI PT Mitra formal • Memanfaatkan areallahan negara yang dikuasai mitra antara guna membangun hutan untuk menyediakan dan memasok kayu ke Hilir • Hilir membantu biaya untuk pengadaan bibit, biaya tenaga kerja, dan biaya manajemen. • Hulu menanam, memelihara, menebang, dan mengangkut ke pabriksawmill afiliasi • Hulu melaporkan jumlah tanaman dan kondisi tegakan setiap 6 bulan sekali • Jaminan pasar oleh Hilir dan jaminan keamanan tanaman oleh mitra antara • Prioritas kayu pasti ke Hilir • Bagi hasil: 77 Mitra antara dan 23 Hilir • Petani berhak menggarap lahan tanpa biaya • Harga berdasar kelompok diameter dan sesuai harga pasar saat panen. PT Mitra Petani Mitra informal • PT. Aviland PT. KTI bk mitra antara dan penggarap Hulu dalam kerjasama penanaman dan penjualan dengan PT. KTI • mitra antara mengorganisasikan petani penggarap • Petani melaksanakan penanaman, memelihara dan menjaga keamanan tanaman KIBARHUT Tipe 3 Sukaraja adalah kemitraan 2 tingkat. Kesepakatan dilaksanakan antara BKL dan KPH Tsm, dengan melibatkan KTH. KPH Tsm dan KTH mengorganisasikan petani dan mengadministrasikan pelaksanaannya. Kesepakatan KPH Tsm dan KTH tetap menggunakan kesepakatan yang sudah ada, karena kelembagaan KIBARHUT tidak mengubah esensi pelaksanaan pola pembangunan hutan melalui program PHBM. Pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap menggunakan organisasi pembangunan hutan yang sudah berjalan di Perum Perhutani, khususnya KPH Tsm. 98 Hubungan kontraktual Tipe 3 di Sukaraja direalisasikan bekerjasama dengan i KTH Tarunajaya Petak 1b luas 9,40 ha, KTH Mekarjaya Petak 1e luas 8,00 ha, KTH Sukapura Petak 2a luas 12,50 ha dan KTH Sirnajaya Petak 3b luas 10,00 ha 70 . Lokasi hutan terletak di RPH Sukaraja, BKPH Singaparna, KPH Tsm dan secara administratif termasuk Kec. Sukaraja, Kab. Tasikmalaya. Jenis tanaman pokok yang ditanam adalah Sengon. Keberhasilan tanaman tahun ke-5 pada tahun 2008 mencapai 82,4 petak 1b, 95,35 petak 1e, 45,2 petak 2a, dan 81,1 petak 3b atau mencapai rata-rata sebesar 76 71 . Keberhasilan tanaman yang relatif lebih tinggi dibandingkan Tipe 1 dan Tipe 2 didukung ciri dan kondisi mitra antara yang memiliki pengalaman, pengetahuan dan informasi memadai dalam usaha membangun dan mengelola hutan, serta mengorganisasikan pelaksanaannya. Mitra antara juga memiliki mekanisme pengawasan dan monev yang sudah berjalan di lapangan, sehingga kinerja memuaskan keberhasilan tanaman dapat tercapai. Situasi aksi yang mendukung tersebut tidak hanya karena faktor Perum Perhutani selaku mitra antara dan pelaku, tetapi didukung juga kesadaran petani memelihara tegakan. Petani terlibat aktif memelihara tegakan karena adanya imbal hasil panen yang diterima pada akhir daur, dan ikatan kemitraan berupa lahan garapan. Tingginya partisipasi petani dalam pelaksanaan PHBM ditunjukkan dengan keberhasilan tanaman berkategori bagus, sebagaimana juga temuan Jatmiko 2006 di BKPH Pacet, KPH Pasuruan. Ketua KTH Sodik, Hafid, dan Oong menyatakan petani mudah diajak dan diminta kesediaannya memelihara tanaman. Ketua KTH selalu mengingatkan bahwa banyak petani lain yang tidak memperoleh lahan garapan, karena ketersediaan lahan andil yang terbatas. Karenanya jika tidak bersedia memelihara, maka ada petani lain yang bersedia menggantikan menjadi pesanggem dan memelihara tanaman. Ketegasan para pelaku dalam mengawasi dan menjalankan aturan dalam hubungan kelembagaan, serta perilaku baik dan kedekatan Ketua KTH dan Mandor PHBM Haryanto diakui semua petani menjadi pendorong keberhasilan tanaman. Telah terbentuknya hubungan 70 Pada saat kontrak ditandatangani, kelembagaan petani masih berbentuk KTH. Namun saat penelitian dilakukan, LMDH di desa tersebut sudah terbentuk. 71 Keberhasilan tanaman relatif tinggi juga ditemukan di KPH Probolinggo yaitu mencapai rata-rata 74 berdasarkan hasil pemeriksaan tanaman tahun ke-3 tahun 2008. 99 kelembagaan diantara mitra antara – agents menjadi salah satu daya tarik dan dorongan bagi principal melakukan kerjasama dengan Perum Perhutani 72 . Kelembagaan yang sudah terbentuk dan efektif berjalan di lapangan tersebut menyebabkan KIBARHUT Tipe 3 Sukaraja tidak perlu membangun kelembagaan dan mengkondisikannya dari awal. Pada sisi lain, ketersediaan lahan dalam hamparan yang luas hektaran menyebabkan kerjasama dengan Perum Perhutani dianggap lebih menguntungkan principal dibandingkan kerjasama dengan petani secara perorangan. Dengan demikian, terdapat keterkaitan situasi antara aksi yang dipilih untuk melakukan kemitraan dengan hasil yang diharapkan diterima para pelakunya. Principal memperoleh imbalan berupa bagi hasil panen sebesar 30, dan mitra antara memperoleh 70. Bagi hasil mitra antara merupakan bagi hasil untuk Perum Perhutani 50 dan KTHagents 20. Bagi hasil tersebut berdasarkan nilai penjualan kayu hasil panen, setelah dikurangi PSDH dan kewajiban finansial lainnya ke Negara. Mekanisme pengelolaan dan pemasaran ditentukan oleh Perum Perhutani dengan prioritas pembelian kayu KIBARHUT dimiliki oleh principal. Kegiatan monitoring dan evaluasi, pembinaan teknis serta perlindungan dan pengamanan hutan dilakukan secara bersama-sama oleh ketiga pelaku principal, mitra antara , dan agents. Keamanan tegakan, khususnya kemungkinan terjadinya kasus pencurian, dijamin melalui aturan bahwa bagi hasil agents disesuaikan berdasarkan prosentase kehilangan pohon karena pencurian. Jaminan keamanan merupakan suatu bentuk jaminan kinerja non-tunai pengelolaan hutan yang harus ditanggung agents, yaitu bagi hasil dibayarkan separuhnya 50 jika terjadi pencurian pohon sekitar 11-20 dan dibayarkan seperempatnya 25 jika pencurian pohon mencapai 20. Aturan ini merupakan jaminan keamanan yang diatur dan dinyatakan secara formal. Aturan jaminan keamanan sebagai aturan yang mengatur sanksi dan penentu kinerja petani tersebut, secara tidak langsung menunjukkan bahwa petani pesanggem masih dalam posisi yang tidak setara dalam pelaksanaan PHBM sebagaimana diungkapkan oleh Feblita 2006 dan Yuwono 2008. Tetapi, aksi arena yang terjadi menunjukkan bahwa aturan tersebut merupakan aturan untuk menegakkan komitmen 72 Disarikan dari tanggapan dan komentar yang diungkapkan oleh Nana Rukana, Uus Supriyatna, dan Agus Salim PT. BKL, Haryanto KPH Tasikmalaya. Sebagaimana diakui juga oleh Heru Jhudianto PT. KTI, Gunung Djoko S, Tri Rahardjo, Edi Purwanto KPH Probolinggo 100 menjaga keamanan tegakan yang sudah disepakati, dan memberikan jaminan kepastian hak dan kewajiban para pelakunya. Aturan main yang dipergunakan rules-in-use tersebut sejauh ini efektif dan dapat ditegakkan, karena sampai dengan tahun 2008 tidak ditemukan adanya kasus pencurian kayu Sengon atau gangguan keamanan tegakan sehingga merupakan kontrak yang dapat ditegakkan enforceable contract. Pada sisi lain, jika ada pelaku yang merasa situasi aksi yang dihadapinya merugikan maka diupayakan merubah aturan dijalankan rules-in-use guna memperbaiki aksi arena yang ada atau memperbaiki kontrak. KIBARHUT Tipe 3 Krucil merupakan kemitraan 2 tingkat di tanah milik negara, yaitu HGU Kebun Kopi Ayer Dingin. Kebun disewa Aviland seluas 275 ha dan KTI bk 73 seluas 300 ha, kemudian kedua perusahaan bertindak selaku mitra antara dan melakukan kerjasama pembangunan hutan dengan principal. Mitra antara melaksanakan KIBARHUT bersama dengan petani penggarap agents, sekaligus mengorganisasikan dan mengadministrasikan pelaksanaan kegiatan di lapangan. KTI bk menugaskan pengawas Wasbun sebagai koordinator lapangan dibantu oleh mandor dan tenaga harian lepas. Mandor ikut mengawasi pekerjaan buruh harian tetapi perintah kerja tetap berasal dari Wasbun. Untuk melaksanakan kegiatan KIBARHUT, Aviland membentuk organisasi khusus dengan penanggungjawab lapangan adalah Kepala Afdeling dibantu tenaga Mandor, seperti ilustrasi Gambar 14. Kepala Afdeling dan Wasbun melakukan koordinasi dengan Pimpinan Kebun atau Pimbun wakil PUSKOPAD selaku pemilikpemegang kuasa HGU. Pelaksanaan pekerjaan sehari-hari diawasi dan dikoordinasikan dengan bantuan Mandor, sekaligus menjadi penghubung antara penggarap dan mitra antara Aviland atau KTI bk. Principal juga memberikan bantuan tenaga lapangan sebagai pendukung pelaksanaan KIBARHUT Tipe 3 Krucil. 73 PT. KTI bk merupakan perusahaan yang dibentuk PT. KTI untuk melaksanakan KIBARHUT dan menjamin kepastian pasokan bahan baku dari areal kebun HGU Ayer Dingin, Bermi, Krucil yang disewa oleh PT. KTI. 101 Berdasarkan perjanjian kerjasama principal dan Aviland mitra antara, maka principal memberikan saran pertimbangan tentang penanaman dan bimbingan teknis silvikultur. Principal juga memberikan bantuan penanaman bibit dan transportasi bibit dan biaya pengelolaan sebesar Rp 1.950.000 per ha. Bantuan diberikan dalam 4 tahapan, yaitu 77,18 di tahun ke-1, sebesar 17,18 di tahun ke-2, sekitar 2,56 di tahun ke-3, dan 3,08 di tahun ke-4. Mitra antara menyediakan lahan, melaksanakan penanaman, pemeliharaan, penebangan, dan pengangkutan kayu hasil panen dari lokasi penanaman ke pabrik principal di Probolinggo atau sawmill afiliasi di Kertosuko, Krucil. Mitra antara melaksanakan KIBARHUT dengan merekrut petani yang tinggal di sekitar lokasi HGU menjadi penggarap agents. Berdasarkan aturan dalam kontrak mitra antara dan petani, maka tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk menjadi penggarap, namun wajib melakukan penanaman dan pemeliharaan tanaman kayu. Bibit tanaman kayu disiapkan mitra antara dan diangkut sampai ke lokasi lahan. Petani agents wajib melakukan penanaman dan pemeliharaan pada lahan garapannya, sesuai arahan mitra antara melalui mandor. Berdasarkan arena situasi pada Tipe 3 Krucil dan keterkaitan antara biaya dikeluarkan dan aksi yang dilakukan, maka principal memperoleh balasan manfaat berupa bagi hasil sebesar 23 dan mendapat prioritas pertama membeli produksi kayu PUSKOPAD KTI - Divisi P L PT. KTI bk Pimpinan Kebun Tukadi Wasbun: Supriyadi Keamanan Luar–1 org harian lepas 4 orang Mandor 1 koord 5 anggota Buruh harian Penggarap Tenaga KTI Pendukung: Heriyanto Mustofa Mandor Khusus Heri, Hartono Buramin Mandor Kebun Sukdi Salma Jali Kepala Afdeling Joko Supriyanto Administratur A Sanyoto Penggarap Gambar 14. Organisasi pelaksanaan KIBARHUT Tipe 3 Krucil 102 KIBARHUT. Mitra antara mendapat bagi hasil 77 dan memperoleh jaminan pasar, tetapi tidak ada imbalan berupa bagi hasil kayu untuk petani penggarap agents. Imbalan diterima agents adalah hak menggarap lahan tanpa biaya costless, dan izin kewenangan melakukan penanaman palawija dan mengambil seluruh hasil panennya, serta memperoleh hijauan pakan ternak hpt dari lahan HGU, sehingga agents tetap mendapatkan keuntungan secara ekonomissosial. Hubungan formal antara principal dan mitra antara didukung adanya hubungan antar personalnya 74 . Hubungan pertemanan yang baik dan saling menjaga kepercayaan selama ini 75 adalah insentif yang mendukung jalinan kerjasama, dan merupakan jaminan insurance atas ketidakpastian uncertainty pelaksanaan pembangunan hutan. Mitra antara mendapat jaminan insurance karena kerjasama yang telah dilakukan selama puluhan tahun menunjukkan principal tidak pernah ingkar janji atau membohongi. Adanya insentif dan jaminan tersebut menyebabkan aksi Tipe 3 Krucil dapat berjalan sejak tahun 2003 dan saat ini tinggal menunggu masa-masa panen. Pada periode pertama pembangunan hutan KIBARHUT di HGU Ayer Dingin 2002 dan 2003, tanaman mengalami kegagalan karena adanya kijang liar yang menjadikan tanaman muda tersebut sebagai pakan. Kendala lain adalah tingginya kebutuhan hpt bagi penduduk di sekitar lokasi kebun 76 . Tingginya kebutuhan hpt merupakan salah satu alasan perubahan jenis tanaman menjadi jenis Balsa, dengan asumsi daunnya tidak disukai sebagai hpt. Dalam perkembangannya, daun Balsa ternyata dapat dimanfaatkan sebagai hpt khususnya pada musim kemarau, sehingga di awal pembangunan hutan banyak terjadi kematian tegakan muda karena pengambilan daun tanaman yang sangat berlebihan. Tingginya kebutuhan hpt diakui semua 100 agents dan terbatasnya kepemilikan lahan garapan menjadi alasan utama kesediaan bergabung menjadi penggarap di lahan kebun. Pada saat penelitian dilakukan, sebagian lahan sedang direhabilitasi Gambar 15. Pada beberapa tempat, tegakan tumbuh dengan baik dan siap untuk dilakukan penebangan Gambar 16. 74 Heru Jhudianto Dirmud Divisi P L dan Zulkifli Chalik pemilik PT. Aviland sudah lama saling kenal dan melakukan kerjasama PT. Aviland merupakan salah satu rekanan PT. KTI. 75 Hubungan yang berlangsung secara terus menerus dan dapat dianggap sebagai suatu pembelajaran dari satu kontrak ke kontrak berikutnya atau repeated games Gibbons, 1998; 2005; Yustika, 2006. 76 Desa Bermi dan sekitarnya merupakan sentra produksi susu sapi, dan hampir semua penduduk memelihara ternak sapi perah sebagai sumber pendapatan utama. 103 Gambar 15 Tegakan Balsa muda ditanam se- cara tumpangsari dengan jagung dok peneliti Gambar 16 Tegakan Balsa umur ± 4 tahun siap untuk tebang penjarangan dok peneliti Pengurangan tanaman karena pencurian kayu sampai dengan penelitian dilakukan tidak pernah terjadi. Upaya menjaga keamanan tegakan dilakukan mitra antara dengan bantuan mandor yang melakukan pengawasan dan kontrol secara rutin. Mandor yang direkrut dan ditugaskan oleh mitra antara adalah penduduk di sekitar lokasi kebun, dikenal penduduk, dan sudah lama mengenal lokasiareal kebun secara detail. Tugas pengamanan petugas lapangan mitra antara lebih mudah karena agents memahami kewajibannya untuk menjaga dan mengamankan tegakan kayu. Komitmen menjaga keberhasilan tanaman dan keamanan tegakan diatur secara tertulis dalam kontrak, sehingga agents memilih aksi tersebut guna memperoleh hasil payoff berupa keberlanjutan haknya untuk menggarap lahan HGU. Konsentrasi pengamanan tegakan adalah pencegahan perilaku oportunis agents yaitu upaya mengambil daun tanaman untuk pakan ternak secara berlebihan sehingga pertumbuhan pohon menjadi terhambat, dan penanaman rumput gajah yang perakarannya dapat mengganggu tanaman pokok.

5. Perilaku oportunis

Perilaku oportunis pasca kontrak terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara para pelaku yang terlibat dalam kemitraan. Kepentingan INPAK adalah mengupayakan agents memenuhi kewajibannya memasok kayu KIBARHUT guna keberlangsungan industri principal. Perilaku oportunis agents umumnya berbentuk penebangan pohon tanpa sepengetahuan principal. Pemanenan awal dilakukan karena dalih kepentingan memenuhi kebutuhan hidup yang mendesak 77 . Semua petani contoh 77 Simon 2008 mengungkapkan bahwa pola kebutuhan hidup petani mengikuti pola sosial budaya yang berlaku di desanya. Kebutuhan ekonomi umumnya ditutupi dengan mengambil “tabungan” kayu 104 mengakui bahwa pembiayaan untuk menutupi kebutuhan mendesak diperoleh dengan menebangmenjual pohon. Mitra antara mempunyai kepentingan mendapat janji imbalan bagi hasil yang diterima di akhir daur, memperoleh upah atau pendapatan sebagai agents bagi principal, dan mengoptimalkan pemanfaatan assets produksi miliknya. Pertarungan kepentingan tersebut dapat memunculkan perilaku oportunis salah satu pelaku atau bahkan semua pelaku yang terlibat actors. Secara ringkas, indikasi perilaku oportunis yang terjadi pada kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Indikasi perilaku oportunis dalam pelaksanaan KIBARHUT Indikasi Perilaku Oportunis Hulu Hilir Tipe 1 Bawang • Menebang kayu KIBARHUT tanpa sepengetahuan Hilir • Tidak menjualmemasok kayu hasil panen ke Hilir • Menanam bibit bantuan di luar lahan yang dikerjasamakan • Tidak melaksanakan kegiatan pemeliharaan • Tanaman dilaporkan matitidak hidup • Bantuan dianggap gratis sehingga tidak ada kewajiban menjual kayu KIBARHUT ke Hilir • Ada permintaan biaya transport untuk bibit yang diterima Hulu • Tidak melakukan pendataanadministrasi pelaksanaan KIBARHUT • Bibit bantuan dibagi merata ke warga desa untuk populis dan mengamankan posisi • Sulit dihubungi untuk konfirmasi penjualan – jaminan pasar tidakbelum dapat diwujudkan • Kualitas bibit dipertanyakan • Danabantuan pemeliharaan tidak disalurkan, atau disalurkan tetapi jumlahnya tidak sesuai yang dijanjikan Tipe 2 • Sukaraja • Bibit ditanam di tempat lain • Pupuk bantuan dipergunakan untuk tanaman non kerjasama • Beranggapan tidak wajib menjual kayu KIBARHUT ke Hilir • Kualitas bibit tidak sesuai standard siap tanam dan sulaman tidak direalisasikan • Bantuan pupuk dan obat semprotan biaya sarpras pemeliharaan sesuai perjanjian tidak direalisasikan • Krucil • Memanenmenebang tanpa sepengetahuan pihak Hilir • Sebagian besar tanaman KIBARHUT hanya Hilir saat ini yang bersedia menampung dan mengolah Tipe 3 • Sukaraja • Menghambat pertumbuhan tanaman KIBARHUT • Memposisikan Hulu sebagai penggarap • Membebankan ongkos akibat pencurian kayu ke Hulu • Krucil • Menghambat pertumbuhan tanaman KIBARHUT • Memposisikan Hulu sebagai penggarap • saat ini Hilir adalah satu-satunya INPAK yang bersedia dan dapat menggunakan tanaman FGS yang dikelola Hulu Keterangan : Hulu adalah petani agents murni dan mitra antara hubungan tingkat pertama; Hilir adalah INPAK principal murni dan mitra antara hubungan tingkat kedua. dari hutan rakyat adalah untuk memenuhi pembiayaan hajatan, biaya sekolah, bayar pajakPBB, dan hari raya.