Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2
132
dipilih oleh 20 agents. Pada saluran pemasaran 3 dan 4, penebangan pohon dilakukan agents secara swadaya atau dengan membayar jasa tim tebang. Hasil
tebangan berupa KB, dipasok ke principal melalui pedagang perantara oleh 13,3 agents
saluran 3 atau dijual langsung ke KUPsawmill oleh 26,7 petani saluran 4.
Keterangan : = Saluran
1 petani – penebang bandar – KUPsawmill – INPAK
= Saluran 2 petani – penebang KUPsawmill – INPAK = Saluran
3 petanipenebang–bandar–KUPsawmill–INPAK
= Saluran 4
petanipenebang – KUPsawmill – INPAK = Arus informasi dan komunikasi pemanenan pohon KIBARHUT
sekaligus menjadi saluran pemasaran alternatif
KUPsawmill selanjutnya memasarkan kayu ke INPAK. Sawmill berstatus KUP memproses kayu menjadi pallet berukuran 5cm x 8 cm up x 100 cm up dan memasok
seluruhnya ke principal. Sawmill non KUP mempunyai 2 pilihan yaitu i menjual kayu Sengon dalam bentuk KB ke KUP atau INPAK lain; dan ii menggergaji KB
menjadi KGG dan menjualnya ke principal. Sekitar 40 kayu Sengon dan seluruhnya berkualitas “super” dijual kembali oleh sawmill non-KUP dalam bentuk KB ke
INPAK lain di luar kabupatenprovinsi, sedangkan 60 sisanya dengan kualitas “all grade” digergaji menjadi pallet dan kemudian dijual ke principal.
20 petani
60 kayu
pallet 13,3 petani
pohon 100
KB 20 petani
KB all grade pohon
20 petani 40 kayu
KB “super”
Petani peserta
KIBARHUT Bandar
Pedagang
divisi log supplier Sawmill
INPAK lain
Gambar 20 Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja
100 KGG
pallet KB 26,7 petani
KUP
Mitra antara principal
pelaksana dan petugas teknis KIBARHUT
pabrik principal
133
Berdasarkan Gambar 20 dapat dihitung bahwa hanya terdapat sekitar 22,9 kayu tanaman hasil KIBARHUT
94
yang keluar dari mekanisme pemasaran pada arena aksi kelembagaan KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja, sehingga membuktikan bahwa
kelembagaan KIBARHUT mempunyai kemampuan melarang penggunaan pemanfaatan kayu tanaman hasil KIBARHUT oleh non-pelaku KIBARHUT.
Gambar 20 juga memperlihatkan adanya peran mitra antara dan principal dalam pemasaran kayu KIBARHUT saluran alternatif. Mitra antara memperoleh
informasi berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi tegakan serta jalinan komunikasi dengan agents. Informasi tersebut diteruskan ke principal log supplier dan kemudian
disalurkan ke KUP untuk proses pembelian dan pengolahannya. Saluran ini dipilih oleh sekitar 20 agents yang memilih pola ini dalam penjualan kayu KIBARHUT,
sekaligus sebagai wujud komitmen kontrak Mengantisipasi aksi agents lainnya yang memilih saluran pemasaran yang
selama ini sudah bekerja di lapangan saluran 1–4, maka principal melibatkan KUP pada pemasaran kayu KIBARHUT. Walaupun agents tidak menginformasikan ke
mitra antara , namun sebagian besar kayu hasil panen selanjutnya dipasok ke KUP
Gambar 20. Situasi tersebut, didukung data yang menunjukkan bahwa seluruh sawmill yang khusus menggunakan kayu Sengon di Sukaraja adalah KUPsawmill
terafiliasi dengan principal. Sawmill non-KUP umumnya memilih kayu jenis lain sebagai bahan bakunya, dan jarang mendapatkan pasokan kayu Sengon.
Petani Tipe 2 Sukaraja, mempunyai cukup kekuatan menentukan nilai jual kayu produksinya. Kekuatan daya tawar bargaining position agents cukup kuat karena
pertumbuhan sawmillpenggergajian di sekitar Sukaraja, dan mudahnya akses informasi dan sarana transportasi. Pembeli kayu di tingkat petani bandarpedagang
perantara dan sawmillKUP di Sukaraja berjumlah relatif banyak, yaitu lebih dari 5 bandar di setiap desa, 5 sawmill non-KUP, dan 2 sawmill KUP sebagaimana terlihat
pada Tabel 28. Berdasarkan deskripsi tersebut maka pasar Tipe 2 Sukaraja pada tingkat petani adalah pasar yang kompetitif dan memenuhi karakteristik persaingan
monopsonistis.
94
Dihitung dari sekitar 80 kayu hasil KIBARHUT yang dipasarkan secara langsung oleh agents tanpatidak melalui mitra antara, ada 5 sawmill non-KUP 71,4 dari 7 sawmill yang ada di Sukaraja,
dan sekitar 40 kayu yang masuk ke sawmill non-KUP dijual ke INPAK lain non-principal.
134
Tabel 28 menunjukkan bahwa Bandarpedagang perantara sekitar 5 pelaku, sedangkan pembeli sekitar 7 pelaku terdiri atas 5 sawmill dan 2 KUP. Sawmill KUP
seluruh bahan bakunya adalah kayu Sengon, sedangkan sawmill non-KUP mengolah kayu Sengon hanya jika mendapat “sisa” kayu yang tidak terserap KUP. Sulitnya
mendapatkan kayu berkualitas diungkapkan pemilik sawmill bermodal kecil Mugni, Munir, dan Iyet, sehingga rendemen pengolahan pun semakin rendah.
Sawmill tidak mungkin mendapatkan margin keuntungan relatif besar, karena harga jual pallet sudah
ditentukan pembeli khususnya principal. Pada sisi lain, penjual Bandar sudah tahu standar harga kayu principal, sehingga sawmill harus berani mengambil resiko
membeli kayu diameter kecil dengan harga sedikit lebih tinggi. Selanjutnya sawmill harus “pintar” dalam menggergaji sehingga memperoleh rendemen yang optimal,
walaupun bahan bakunya berkualitas rendah atau berdiameter kecil.
Tabel 28 Karakteristik dan struktur pasar kayu KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja
Karakteristik Pemasaran tingkat
Petani Bandar KUPSawmill Penjual Petani
banyak Bandarpedagang
ada 2 KUP- nya principal dan 5 sawmill non KUP
Pembeli ada 5 bandar tiap
desa dan 7 Sawmill Relatif banyak 7
SawmillKUP Terbatas, principal atau
INPAK lain luar kab. Produk
Homogeny pohon, diferensiasi diameter
Differensiasi diameter dan kualitas
Differensiasi diameter dan kualitas
Informasi Mudah Mudah
Mudah Penentuan
harga Tawar menawar harga
“parebut tawar” Harga relatif sama
mengikuti harga principal Ditentukan principal
Struktur pasar input
Persaingan monopsonistis
Mengarah ke oligopsoni Oligopsoni
Pada pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja, Bandar selaku penjual melakukan klasifikasi differensiasi produk sesuai diameter dan menjual kayu
berdasarkan kelas diameternya. Namun, terbatasnya sawmillKUP bermodal besar yang mampu membayar secara tunai atau membeli dalam jumlah besar menyebabkan
aliran pasokan KB Sengon akhirnya lebih banyak terfokus pada kedua KUP. Berdasarkan deskripsi tersebut maka struktur pasar Tipe 2 Sukaraja pada tingkat
bandarpedagang perantara cenderung berkarakteristik oligopsoni. Pada tingkat sawmill atau KUP, principal hanya membeli kayu Sengon
berbentuk palletKGG berukuran 5cm x 8cm up x 130cm up. Pasokan kayunya lebih banyak dari sawmillpenggergajian yang tergabung dalam KUP. Sawmill non-KUP
135
cenderung menjual kayu dalam bentuk KB ke KUP atau INPAK lain di luar kabupaten, atau bekerjasama dengan KUP memasok KGG ke principal.
Pada sisi lain, principal menyadari rendahnya keuntungan sawmill karena kondisi pasar yang relatif terbuka dan akses informasi yang mudah. Mensiasati
kondisi tersebut, principal memberikan bonus berupa kenaikan harga pembelian pallet. Bonus bervariasi bergantung pada jumlah pasokan pallet oleh sawmill–KUP.
Sawmill–KUP berkategori “ranting” memperoleh bonus harga tambahan sebesar Rp 5.000–Rp 10.000 per m³ pallet, dan “cabang” memperoleh bonus sebesar Rp 10.000–
Rp 20.000 per m³ pallet, sedangkan sawmill non KUP tidak mendapatkan bonus. Adanya insentif tersebut menyebabkan sawmill–KUP tetap mampu membeli kayu
walaupun harga sudah dianggap terlalu tinggi oleh sawmill non-KUP. Selain itu, sawmill KUP juga sanggup menampung pallet yang diproduksi sawmill non KUP.
Kesediaan dan kontinyuitas pasokan kayu KUP ke principal juga karena keterikatan KUP dengan adanya bantuan modal kerja berupa pinjaman biaya pembelian mesin
penggergajian dari principal. Sebagaimana INPAK lain, kekuatan penentuan harga berada pada principal
karena terbatasnya pesaing yang masuk dan mencari pasokan kayunya ke Sukaraja. Sulitnya pesaing masuk dan mencari kayu Sengon di Sukaraja karena keberadaan
mata rantai pemasaran principal yang sudah terstruktur sampai ke desa yaitu dalam bentuk KUP. Struktur pasar tersebut memenuhi karakteristik pasar yang bersifat
oligoposoni. b.
Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Krucil Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Krucil terdiri atas 5 macam
sebagaimana di ilustrasikan pada Gambar 21. Saluran 1 dipilih oleh 20 agents yang menjual dalam bentuk pohon berdiri. Penjualan dilakukan melalui pengepulpedagang
sebagai mata rantai pemasaran, dan bertindak juga sebagai penebang. Penjualan pohon berdiri oleh petani langsung ke sawmill terdapat pada mata rantai pemasaran 2, yang
dipilih oleh 13,3 agents. Pada saluran pemasaran 3 dan 4, penebangan pohon dilakukan petani secara swadaya atau dengan membayar jasa tim tebang. Hasil
tebangan berupa KB, dipasok ke INPAK melalui mata rantai pedagang perantara oleh 13,3 agents saluran 3 atau dijual langsung ke sawmill oleh 20 agents saluran 4.
136
Keterangan : = Saluran pemasaran 1 petani – penebang pengepul – sawmill – INPAK
= Saluran pemasaran 2 petani – penebang sawmill – INPAK = Saluran pemasarn 3 petanipenebang – pengepul – sawmill–INPAK
= Saluran pemasaran 4 petanipenebang – sawmill – INPAK = Saluran pemasaran 5 petani – KAMkti – INPAK
= Alur koordinasi dan informasi – komunikasi pemanenan KIBARHUT
Sawmillpenggergajian aktif di Krucil tercatat sebanyak 4 unit Lampiran 5. Dua unit merupakan sawmill terafiliasi dengan principal. Sawmill afiliasi memasok
seluruh kayu Sengon yang diterimanya ke pabrik principal di Probolinggo, dalam bentuk KB diameter 30 cm atau RST berukuran 5 cm x 8 cm up x 100 cm up
Gambar 21. Dua unit sawmill lainnya non afiliasi memasarkan kayu Sengon dalam bentuk KB kualitas “super” ke INPAK lain 30, dan dalam bentuk RST ke
principal 70.
Berdasarkan Gambar 21 dapat dihitung bahwa hanya terdapat sekitar 10 kayu tanaman hasil KIBARHUT
95
yang keluar dari mekanisme pemasaran pada arena aksi kelembagaan KIBARHUT Tipe 2 Krucil, sehingga membuktikan bahwa
95
Dihitung dari sekitar 66,7 kayu hasil KIBARHUT yang dipasarkan secara langsung oleh agents tanpatidak melalui koperasi atau KP, ada 2 sawmill non-afiliasi 50 dari 4 sawmill yang ada di
Krucil, dan sekitar 30 kayu yang masuk ke sawmill non-afiliasi dijual ke INPAK lain non-principal. KB
33,3 petani 50 KB
super 50 KB
all grade 100
kayu 70
kayu RST
13,3 petani pohon
100 KB
13,3 petani KB all grade
pohon 20 petani
30 kayu KB “super”
Petani peserta
KIBARHUT Pengepul
Pedagang
Div. Produksi bahan baku Sawmill
INPAK lain
Gambar 21 Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Krucil
100 kayu
KB RST
KB 20 petani
Sawmill afiliasi
KP
Divisi P L pelaksana dan petugas
teknis KIBARHUT principal
Koperasi KAMkti
137
kelembagaan KIBARHUT mempunyai kemampuan melarang penggunaan pemanfaatan kayu tanaman hasil KIBARHUT oleh non-pelaku KIBARHUT.
Gambar 21 juga menunjukkan adanya peran mitra antara KP dan petugas lapangan principal dalam mewujudkan pasokan kayu KIBARHUT ke principal. KP
dan petugas lapangan memperoleh informasi berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi tegakan, serta jalinan komunikasi dengan agents. Informasi diteruskan ke
pegawai principal yang bertugas di sawmill afiliasi atau membantu agents mencarikan tim tebang. Saluran pemasaran yang dipilih menggunakan saluran yang sudah lama
dikenal petani saluran pemasaran 2 dan 4 atau melalui saluran pemasaran alternatif saluran 5. Dengan demikian, kelembagaan KIBARHUT Tipe 2 Krucil telah
menjamin alokasi komoditas hasilnya secara efisien, karena dapat dengan mudah dipindahtangankan easily transferable dan diperjualbelikan easily tradable
diantara para pelakunya. Menurut Ostrom 2005, kelembagaan yang demikian telah mampu menciptakan pasar yang kompetitif.
Peran KP dan principal semakin jelas terlihat dengan terbentuknya Koperasi Alas Mandiri kti KAMkti pada 20 Maret 2006, yang merupakan wadah agents dan
petani lain guna mewujudkan pengelolaan hutan lestari di Krucil dan sekitarnya KAMkti, 2008. KAMkti merupakan inisiasi KP dan principal sebagai kelanjutan
keberhasilan KIBARHUT struktur organisasi KAMkti terdapat pada Lampiran 22. KAMkti terlibat selaku pelaku pasar kayu KIBARHUT melalui saluran pemasaran 5
yang dipilih oleh 33,3 agents. KAMkti hanya menampung kayu Sengon dalam bentuk KB dan diterima di lokasi KAMkti di Kertosuko atau sawmill yang ditunjuk,
sedangkan kegiatan penebangan dan transportasi dilakukan petani. Pada kasus tertentu dan jika diminta petani, maka KAMkti dapat mencarikan tenaga penebang dan sarana
angkutan, sedangkan jasa dan biayanya dikurangkan pada saat pembayaran KB oleh KAMkti ke petani.
Harga pembelian kayu KAMkti adalah setara harga beli sawmill di sekitar Krucil afiliasi atau non afiliasi. Khusus petani peserta agents KIBARHUT dan
anggota KAMkti berhak mendapat bonus premium price sebesar Rp 10.000 per m³ KB. Selanjutnya, kayu berdiameter 30 cm dan memenuhi standard grading dikirim
ke pabrik principal di Probolinggo. KB berdiameter kecil atau kualitasnya tidak memenuhi kualifikasi ada cacat, bengkok, dan seterusnya dikirim ke sawmill afiliasi
138
principal dan mitra KAMkti, untuk diproses dan diolah menjadi RST dan selanjutnya
dikirim ke Probolinggo. Pada Tipe 2 Krucil, kekuatan daya tawar bargaining position agents
didukung peran KP dan petugas lapangan principal. Kedua pelaku selalu memotivasi agents
untuk menjual kayu dalam bentuk gelondongan KB, dibandingkan menjualnya dalam bentuk pohon berdiri. KP dan petugas juga berupaya mengarahkan
agents terhindar dari praktek ijon atau penjualan tidak langsung tebang
96
. Agents
dalam jumlah banyak tidak menjadi kendala memperoleh nilai jual kayu yang wajar, karena adanya alternatif pasar yaitu KAMkti. Pada sisi lain, pembelian
langsung kayu ke petani dilakukan oleh semua lembaga pemasaran, yaitu 25 pengepul 15 pengepul khusus kayu Sengon, 4 sawmill, dan 1 koperasi KAMkti sebagaimana
pada Tabel 29. Berdasarkan deskripsi tersebut maka struktur pasar KIBARHUT Tipe 2 Krucil di tingkat petani memenuhi karakteristitik pasar persaingan monopsonistis.
Tabel 29 Karakteristik dan struktur pasar kayu KIBARHUT Tipe 2 Krucil Karakteristi
k Pemasaran tingkat
Petani PedagangPengepul Sawmill
Penjual banyak
Relatif banyak ada 4 dalam kec
Pembeli Relatif banyak 25
pedagang dan 4 Sawmill Sawmill dalam kec 4
unit atau luar kec Terbatas principal
dan Mandira Produk
homogen pohon differensiasi diameter
Differensiasi diameter – kualitas
Differensiasi diameter – kualitas
Informasi Mudah Mudah
Mudah Penentuan
harga Penjual - pembeli
Harga relatif sama mengikuti harga pabrik
Ditentukan INPAK Struktur
pasar Persaingan
monopsonistis Mengarah ke oligopsoni
Oligopsoni
Tabel 29 juga menunjukkan bahwa pengepulpedagang perantara selaku penjual setidaknya berjumlah 25 orang, dengan 15 diantaranya adalah pedagang khusus
Sengon. Pembeli sekitar 4 pelaku di dalam Kecamatan, dan terdapat pedagang yang memasarkan kayunya ke pembeli di luar kecamatan dan luar kabupaten. Pada tingkat
ini, pengepulpedagang perantara selaku penjual tidak mempunyai kekuatan untuk membuat klasifikasi differensiasi produk dan menentukan harga, sedangkan pembeli
96
Ada 2 dua sistem penjualan tidak langsung tebang di Krucil KAMkti, 2008 yaitu i obuhen; setelah tebangan dilakukan tidak ada bagi hasil antara petani dan pedagang perantara; ii gaduhan;
setelah tebangan dilakukan ada bagi hasil antara kedua pelaku. Status awal petani sebagai pemilik lahan dan pohon berubah menjadi pemilik lahan saja, sedangkan pemilikan pohon berpindah ke pedagang.
139
sawmill juga tidak memiliki kekuatan tersebut karena mengikuti trend harga dari INPAK. Berdasarkan deskripsi tersebut maka struktur pasar Tipe 2 Krucil pada
tingkat pedagang perantara memenuhi karakteristitik pasar input yang cenderung mengarah ke oligopsoni.
Sawmill afiliasi menjual seluruh kayu KIBARHUT KB atau RST ke principal. Sawmill non-afiliasi di Krucil menjual sebagian besar 70 kayu Sengon ke
principal di Probolinggo dalam bentuk KB dan RST berukuran 5 cm x 6 cm up x 130
cm. Sebagian kayu lainnya 30 berbentuk KB dijual ke INPAK lain di Jombang dan Banyuwangi. Terbatasnya alternatif pembeli kayu tersebut karena hampir seluruh
petani hutan di Krucil hanya mengenal principal sebagai INPAK yang membeli kayu Sengon. Struktur pasar sebagaimana uraian tersebut memenuhi karakteristik struktur
pasar yang cenderung bersifat oligopsoni. Mata rantai pemasaran principal sesungguhnya telah terstruktur sampai ke
petani melalui KAMkti. KAMkti menjadi kepanjangan tangan principal dalam melakukan penetrasi pasar untuk secara langsung mendekati produsen kayu agents
dari daerah Krucil dan sekitarnya. Penetrasi principal melalui koperasi tersebut melengkapi strategi pasar KIBARHUT lainnya, yaitu membentuk aliansi dengan
sawmill di Betek dan Kertosuko sebagai tempat menampung dan mengolah KB menjadi RST. Proses administrasi pembelian kayu, pemilahan dan pengukuran
grading dan pengangkutan ke pabrik principal di Probolinggo dilakukan oleh petugas principal yang ditempatkan di sawmill afiliasi atau KAMkti. Lembaga
pemasaran tersebut selalu siap membeli kayu Sengon secara tunai cash and carry dengan harga sesuai kondisi pasar.
Berdasarkan tinjauan agency theory maka proses pasokan bahan baku secara tidak terintegrasi intra firm hanya terjadi pada saat agents menjual kayu ke KAMkti
atau sawmill afiliasi. Proses selanjutnya merupakan transaksi terintegrasi inter firm yaitu transaksi secara vertikal. Adanya integrasi vertikal antara KAMkti, sawmill
afiliasi dan principal ditunjukkan dengan i operasional KAMkti dijalankan oleh petugas principal sehingga dapat dikatakan sebagai cabang atau divisi pengadaaan
bahan baku, ii sawmill afiliasi di Betek atau Kertosuko hanya menerima upah gesekgergaji sedangkan proses lainnya ditangani oleh karyawan principal yang
ditempatkan di sawmill.
140