Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2

132 dipilih oleh 20 agents. Pada saluran pemasaran 3 dan 4, penebangan pohon dilakukan agents secara swadaya atau dengan membayar jasa tim tebang. Hasil tebangan berupa KB, dipasok ke principal melalui pedagang perantara oleh 13,3 agents saluran 3 atau dijual langsung ke KUPsawmill oleh 26,7 petani saluran 4. Keterangan : = Saluran 1 petani – penebang bandar – KUPsawmill – INPAK = Saluran 2 petani – penebang KUPsawmill – INPAK = Saluran 3 petanipenebang–bandar–KUPsawmill–INPAK = Saluran 4 petanipenebang – KUPsawmill – INPAK = Arus informasi dan komunikasi pemanenan pohon KIBARHUT sekaligus menjadi saluran pemasaran alternatif KUPsawmill selanjutnya memasarkan kayu ke INPAK. Sawmill berstatus KUP memproses kayu menjadi pallet berukuran 5cm x 8 cm up x 100 cm up dan memasok seluruhnya ke principal. Sawmill non KUP mempunyai 2 pilihan yaitu i menjual kayu Sengon dalam bentuk KB ke KUP atau INPAK lain; dan ii menggergaji KB menjadi KGG dan menjualnya ke principal. Sekitar 40 kayu Sengon dan seluruhnya berkualitas “super” dijual kembali oleh sawmill non-KUP dalam bentuk KB ke INPAK lain di luar kabupatenprovinsi, sedangkan 60 sisanya dengan kualitas “all grade” digergaji menjadi pallet dan kemudian dijual ke principal. 20 petani 60 kayu pallet 13,3 petani pohon 100 KB 20 petani KB all grade pohon 20 petani 40 kayu KB “super” Petani peserta KIBARHUT Bandar Pedagang divisi log supplier Sawmill INPAK lain Gambar 20 Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja 100 KGG pallet KB 26,7 petani KUP Mitra antara principal pelaksana dan petugas teknis KIBARHUT pabrik principal 133 Berdasarkan Gambar 20 dapat dihitung bahwa hanya terdapat sekitar 22,9 kayu tanaman hasil KIBARHUT 94 yang keluar dari mekanisme pemasaran pada arena aksi kelembagaan KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja, sehingga membuktikan bahwa kelembagaan KIBARHUT mempunyai kemampuan melarang penggunaan pemanfaatan kayu tanaman hasil KIBARHUT oleh non-pelaku KIBARHUT. Gambar 20 juga memperlihatkan adanya peran mitra antara dan principal dalam pemasaran kayu KIBARHUT saluran alternatif. Mitra antara memperoleh informasi berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi tegakan serta jalinan komunikasi dengan agents. Informasi tersebut diteruskan ke principal log supplier dan kemudian disalurkan ke KUP untuk proses pembelian dan pengolahannya. Saluran ini dipilih oleh sekitar 20 agents yang memilih pola ini dalam penjualan kayu KIBARHUT, sekaligus sebagai wujud komitmen kontrak Mengantisipasi aksi agents lainnya yang memilih saluran pemasaran yang selama ini sudah bekerja di lapangan saluran 1–4, maka principal melibatkan KUP pada pemasaran kayu KIBARHUT. Walaupun agents tidak menginformasikan ke mitra antara , namun sebagian besar kayu hasil panen selanjutnya dipasok ke KUP Gambar 20. Situasi tersebut, didukung data yang menunjukkan bahwa seluruh sawmill yang khusus menggunakan kayu Sengon di Sukaraja adalah KUPsawmill terafiliasi dengan principal. Sawmill non-KUP umumnya memilih kayu jenis lain sebagai bahan bakunya, dan jarang mendapatkan pasokan kayu Sengon. Petani Tipe 2 Sukaraja, mempunyai cukup kekuatan menentukan nilai jual kayu produksinya. Kekuatan daya tawar bargaining position agents cukup kuat karena pertumbuhan sawmillpenggergajian di sekitar Sukaraja, dan mudahnya akses informasi dan sarana transportasi. Pembeli kayu di tingkat petani bandarpedagang perantara dan sawmillKUP di Sukaraja berjumlah relatif banyak, yaitu lebih dari 5 bandar di setiap desa, 5 sawmill non-KUP, dan 2 sawmill KUP sebagaimana terlihat pada Tabel 28. Berdasarkan deskripsi tersebut maka pasar Tipe 2 Sukaraja pada tingkat petani adalah pasar yang kompetitif dan memenuhi karakteristik persaingan monopsonistis. 94 Dihitung dari sekitar 80 kayu hasil KIBARHUT yang dipasarkan secara langsung oleh agents tanpatidak melalui mitra antara, ada 5 sawmill non-KUP 71,4 dari 7 sawmill yang ada di Sukaraja, dan sekitar 40 kayu yang masuk ke sawmill non-KUP dijual ke INPAK lain non-principal. 134 Tabel 28 menunjukkan bahwa Bandarpedagang perantara sekitar 5 pelaku, sedangkan pembeli sekitar 7 pelaku terdiri atas 5 sawmill dan 2 KUP. Sawmill KUP seluruh bahan bakunya adalah kayu Sengon, sedangkan sawmill non-KUP mengolah kayu Sengon hanya jika mendapat “sisa” kayu yang tidak terserap KUP. Sulitnya mendapatkan kayu berkualitas diungkapkan pemilik sawmill bermodal kecil Mugni, Munir, dan Iyet, sehingga rendemen pengolahan pun semakin rendah. Sawmill tidak mungkin mendapatkan margin keuntungan relatif besar, karena harga jual pallet sudah ditentukan pembeli khususnya principal. Pada sisi lain, penjual Bandar sudah tahu standar harga kayu principal, sehingga sawmill harus berani mengambil resiko membeli kayu diameter kecil dengan harga sedikit lebih tinggi. Selanjutnya sawmill harus “pintar” dalam menggergaji sehingga memperoleh rendemen yang optimal, walaupun bahan bakunya berkualitas rendah atau berdiameter kecil. Tabel 28 Karakteristik dan struktur pasar kayu KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja Karakteristik Pemasaran tingkat Petani Bandar KUPSawmill Penjual Petani banyak Bandarpedagang ada 2 KUP- nya principal dan 5 sawmill non KUP Pembeli ada 5 bandar tiap desa dan 7 Sawmill Relatif banyak 7 SawmillKUP Terbatas, principal atau INPAK lain luar kab. Produk Homogeny pohon, diferensiasi diameter Differensiasi diameter dan kualitas Differensiasi diameter dan kualitas Informasi Mudah Mudah Mudah Penentuan harga Tawar menawar harga “parebut tawar” Harga relatif sama mengikuti harga principal Ditentukan principal Struktur pasar input Persaingan monopsonistis Mengarah ke oligopsoni Oligopsoni Pada pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja, Bandar selaku penjual melakukan klasifikasi differensiasi produk sesuai diameter dan menjual kayu berdasarkan kelas diameternya. Namun, terbatasnya sawmillKUP bermodal besar yang mampu membayar secara tunai atau membeli dalam jumlah besar menyebabkan aliran pasokan KB Sengon akhirnya lebih banyak terfokus pada kedua KUP. Berdasarkan deskripsi tersebut maka struktur pasar Tipe 2 Sukaraja pada tingkat bandarpedagang perantara cenderung berkarakteristik oligopsoni. Pada tingkat sawmill atau KUP, principal hanya membeli kayu Sengon berbentuk palletKGG berukuran 5cm x 8cm up x 130cm up. Pasokan kayunya lebih banyak dari sawmillpenggergajian yang tergabung dalam KUP. Sawmill non-KUP 135 cenderung menjual kayu dalam bentuk KB ke KUP atau INPAK lain di luar kabupaten, atau bekerjasama dengan KUP memasok KGG ke principal. Pada sisi lain, principal menyadari rendahnya keuntungan sawmill karena kondisi pasar yang relatif terbuka dan akses informasi yang mudah. Mensiasati kondisi tersebut, principal memberikan bonus berupa kenaikan harga pembelian pallet. Bonus bervariasi bergantung pada jumlah pasokan pallet oleh sawmill–KUP. Sawmill–KUP berkategori “ranting” memperoleh bonus harga tambahan sebesar Rp 5.000–Rp 10.000 per m³ pallet, dan “cabang” memperoleh bonus sebesar Rp 10.000– Rp 20.000 per m³ pallet, sedangkan sawmill non KUP tidak mendapatkan bonus. Adanya insentif tersebut menyebabkan sawmill–KUP tetap mampu membeli kayu walaupun harga sudah dianggap terlalu tinggi oleh sawmill non-KUP. Selain itu, sawmill KUP juga sanggup menampung pallet yang diproduksi sawmill non KUP. Kesediaan dan kontinyuitas pasokan kayu KUP ke principal juga karena keterikatan KUP dengan adanya bantuan modal kerja berupa pinjaman biaya pembelian mesin penggergajian dari principal. Sebagaimana INPAK lain, kekuatan penentuan harga berada pada principal karena terbatasnya pesaing yang masuk dan mencari pasokan kayunya ke Sukaraja. Sulitnya pesaing masuk dan mencari kayu Sengon di Sukaraja karena keberadaan mata rantai pemasaran principal yang sudah terstruktur sampai ke desa yaitu dalam bentuk KUP. Struktur pasar tersebut memenuhi karakteristik pasar yang bersifat oligoposoni. b. Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Krucil Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Krucil terdiri atas 5 macam sebagaimana di ilustrasikan pada Gambar 21. Saluran 1 dipilih oleh 20 agents yang menjual dalam bentuk pohon berdiri. Penjualan dilakukan melalui pengepulpedagang sebagai mata rantai pemasaran, dan bertindak juga sebagai penebang. Penjualan pohon berdiri oleh petani langsung ke sawmill terdapat pada mata rantai pemasaran 2, yang dipilih oleh 13,3 agents. Pada saluran pemasaran 3 dan 4, penebangan pohon dilakukan petani secara swadaya atau dengan membayar jasa tim tebang. Hasil tebangan berupa KB, dipasok ke INPAK melalui mata rantai pedagang perantara oleh 13,3 agents saluran 3 atau dijual langsung ke sawmill oleh 20 agents saluran 4. 136 Keterangan : = Saluran pemasaran 1 petani – penebang pengepul – sawmill – INPAK = Saluran pemasaran 2 petani – penebang sawmill – INPAK = Saluran pemasarn 3 petanipenebang – pengepul – sawmill–INPAK = Saluran pemasaran 4 petanipenebang – sawmill – INPAK = Saluran pemasaran 5 petani – KAMkti – INPAK = Alur koordinasi dan informasi – komunikasi pemanenan KIBARHUT Sawmillpenggergajian aktif di Krucil tercatat sebanyak 4 unit Lampiran 5. Dua unit merupakan sawmill terafiliasi dengan principal. Sawmill afiliasi memasok seluruh kayu Sengon yang diterimanya ke pabrik principal di Probolinggo, dalam bentuk KB diameter 30 cm atau RST berukuran 5 cm x 8 cm up x 100 cm up Gambar 21. Dua unit sawmill lainnya non afiliasi memasarkan kayu Sengon dalam bentuk KB kualitas “super” ke INPAK lain 30, dan dalam bentuk RST ke principal 70. Berdasarkan Gambar 21 dapat dihitung bahwa hanya terdapat sekitar 10 kayu tanaman hasil KIBARHUT 95 yang keluar dari mekanisme pemasaran pada arena aksi kelembagaan KIBARHUT Tipe 2 Krucil, sehingga membuktikan bahwa 95 Dihitung dari sekitar 66,7 kayu hasil KIBARHUT yang dipasarkan secara langsung oleh agents tanpatidak melalui koperasi atau KP, ada 2 sawmill non-afiliasi 50 dari 4 sawmill yang ada di Krucil, dan sekitar 30 kayu yang masuk ke sawmill non-afiliasi dijual ke INPAK lain non-principal. KB 33,3 petani 50 KB super 50 KB all grade 100 kayu 70 kayu RST 13,3 petani pohon 100 KB 13,3 petani KB all grade pohon 20 petani 30 kayu KB “super” Petani peserta KIBARHUT Pengepul Pedagang Div. Produksi bahan baku Sawmill INPAK lain Gambar 21 Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Krucil 100 kayu KB RST KB 20 petani Sawmill afiliasi KP Divisi P L pelaksana dan petugas teknis KIBARHUT principal Koperasi KAMkti 137 kelembagaan KIBARHUT mempunyai kemampuan melarang penggunaan pemanfaatan kayu tanaman hasil KIBARHUT oleh non-pelaku KIBARHUT. Gambar 21 juga menunjukkan adanya peran mitra antara KP dan petugas lapangan principal dalam mewujudkan pasokan kayu KIBARHUT ke principal. KP dan petugas lapangan memperoleh informasi berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi tegakan, serta jalinan komunikasi dengan agents. Informasi diteruskan ke pegawai principal yang bertugas di sawmill afiliasi atau membantu agents mencarikan tim tebang. Saluran pemasaran yang dipilih menggunakan saluran yang sudah lama dikenal petani saluran pemasaran 2 dan 4 atau melalui saluran pemasaran alternatif saluran 5. Dengan demikian, kelembagaan KIBARHUT Tipe 2 Krucil telah menjamin alokasi komoditas hasilnya secara efisien, karena dapat dengan mudah dipindahtangankan easily transferable dan diperjualbelikan easily tradable diantara para pelakunya. Menurut Ostrom 2005, kelembagaan yang demikian telah mampu menciptakan pasar yang kompetitif. Peran KP dan principal semakin jelas terlihat dengan terbentuknya Koperasi Alas Mandiri kti KAMkti pada 20 Maret 2006, yang merupakan wadah agents dan petani lain guna mewujudkan pengelolaan hutan lestari di Krucil dan sekitarnya KAMkti, 2008. KAMkti merupakan inisiasi KP dan principal sebagai kelanjutan keberhasilan KIBARHUT struktur organisasi KAMkti terdapat pada Lampiran 22. KAMkti terlibat selaku pelaku pasar kayu KIBARHUT melalui saluran pemasaran 5 yang dipilih oleh 33,3 agents. KAMkti hanya menampung kayu Sengon dalam bentuk KB dan diterima di lokasi KAMkti di Kertosuko atau sawmill yang ditunjuk, sedangkan kegiatan penebangan dan transportasi dilakukan petani. Pada kasus tertentu dan jika diminta petani, maka KAMkti dapat mencarikan tenaga penebang dan sarana angkutan, sedangkan jasa dan biayanya dikurangkan pada saat pembayaran KB oleh KAMkti ke petani. Harga pembelian kayu KAMkti adalah setara harga beli sawmill di sekitar Krucil afiliasi atau non afiliasi. Khusus petani peserta agents KIBARHUT dan anggota KAMkti berhak mendapat bonus premium price sebesar Rp 10.000 per m³ KB. Selanjutnya, kayu berdiameter 30 cm dan memenuhi standard grading dikirim ke pabrik principal di Probolinggo. KB berdiameter kecil atau kualitasnya tidak memenuhi kualifikasi ada cacat, bengkok, dan seterusnya dikirim ke sawmill afiliasi 138 principal dan mitra KAMkti, untuk diproses dan diolah menjadi RST dan selanjutnya dikirim ke Probolinggo. Pada Tipe 2 Krucil, kekuatan daya tawar bargaining position agents didukung peran KP dan petugas lapangan principal. Kedua pelaku selalu memotivasi agents untuk menjual kayu dalam bentuk gelondongan KB, dibandingkan menjualnya dalam bentuk pohon berdiri. KP dan petugas juga berupaya mengarahkan agents terhindar dari praktek ijon atau penjualan tidak langsung tebang 96 . Agents dalam jumlah banyak tidak menjadi kendala memperoleh nilai jual kayu yang wajar, karena adanya alternatif pasar yaitu KAMkti. Pada sisi lain, pembelian langsung kayu ke petani dilakukan oleh semua lembaga pemasaran, yaitu 25 pengepul 15 pengepul khusus kayu Sengon, 4 sawmill, dan 1 koperasi KAMkti sebagaimana pada Tabel 29. Berdasarkan deskripsi tersebut maka struktur pasar KIBARHUT Tipe 2 Krucil di tingkat petani memenuhi karakteristitik pasar persaingan monopsonistis. Tabel 29 Karakteristik dan struktur pasar kayu KIBARHUT Tipe 2 Krucil Karakteristi k Pemasaran tingkat Petani PedagangPengepul Sawmill Penjual banyak Relatif banyak ada 4 dalam kec Pembeli Relatif banyak 25 pedagang dan 4 Sawmill Sawmill dalam kec 4 unit atau luar kec Terbatas principal dan Mandira Produk homogen pohon differensiasi diameter Differensiasi diameter – kualitas Differensiasi diameter – kualitas Informasi Mudah Mudah Mudah Penentuan harga Penjual - pembeli Harga relatif sama mengikuti harga pabrik Ditentukan INPAK Struktur pasar Persaingan monopsonistis Mengarah ke oligopsoni Oligopsoni Tabel 29 juga menunjukkan bahwa pengepulpedagang perantara selaku penjual setidaknya berjumlah 25 orang, dengan 15 diantaranya adalah pedagang khusus Sengon. Pembeli sekitar 4 pelaku di dalam Kecamatan, dan terdapat pedagang yang memasarkan kayunya ke pembeli di luar kecamatan dan luar kabupaten. Pada tingkat ini, pengepulpedagang perantara selaku penjual tidak mempunyai kekuatan untuk membuat klasifikasi differensiasi produk dan menentukan harga, sedangkan pembeli 96 Ada 2 dua sistem penjualan tidak langsung tebang di Krucil KAMkti, 2008 yaitu i obuhen; setelah tebangan dilakukan tidak ada bagi hasil antara petani dan pedagang perantara; ii gaduhan; setelah tebangan dilakukan ada bagi hasil antara kedua pelaku. Status awal petani sebagai pemilik lahan dan pohon berubah menjadi pemilik lahan saja, sedangkan pemilikan pohon berpindah ke pedagang. 139 sawmill juga tidak memiliki kekuatan tersebut karena mengikuti trend harga dari INPAK. Berdasarkan deskripsi tersebut maka struktur pasar Tipe 2 Krucil pada tingkat pedagang perantara memenuhi karakteristitik pasar input yang cenderung mengarah ke oligopsoni. Sawmill afiliasi menjual seluruh kayu KIBARHUT KB atau RST ke principal. Sawmill non-afiliasi di Krucil menjual sebagian besar 70 kayu Sengon ke principal di Probolinggo dalam bentuk KB dan RST berukuran 5 cm x 6 cm up x 130 cm. Sebagian kayu lainnya 30 berbentuk KB dijual ke INPAK lain di Jombang dan Banyuwangi. Terbatasnya alternatif pembeli kayu tersebut karena hampir seluruh petani hutan di Krucil hanya mengenal principal sebagai INPAK yang membeli kayu Sengon. Struktur pasar sebagaimana uraian tersebut memenuhi karakteristik struktur pasar yang cenderung bersifat oligopsoni. Mata rantai pemasaran principal sesungguhnya telah terstruktur sampai ke petani melalui KAMkti. KAMkti menjadi kepanjangan tangan principal dalam melakukan penetrasi pasar untuk secara langsung mendekati produsen kayu agents dari daerah Krucil dan sekitarnya. Penetrasi principal melalui koperasi tersebut melengkapi strategi pasar KIBARHUT lainnya, yaitu membentuk aliansi dengan sawmill di Betek dan Kertosuko sebagai tempat menampung dan mengolah KB menjadi RST. Proses administrasi pembelian kayu, pemilahan dan pengukuran grading dan pengangkutan ke pabrik principal di Probolinggo dilakukan oleh petugas principal yang ditempatkan di sawmill afiliasi atau KAMkti. Lembaga pemasaran tersebut selalu siap membeli kayu Sengon secara tunai cash and carry dengan harga sesuai kondisi pasar. Berdasarkan tinjauan agency theory maka proses pasokan bahan baku secara tidak terintegrasi intra firm hanya terjadi pada saat agents menjual kayu ke KAMkti atau sawmill afiliasi. Proses selanjutnya merupakan transaksi terintegrasi inter firm yaitu transaksi secara vertikal. Adanya integrasi vertikal antara KAMkti, sawmill afiliasi dan principal ditunjukkan dengan i operasional KAMkti dijalankan oleh petugas principal sehingga dapat dikatakan sebagai cabang atau divisi pengadaaan bahan baku, ii sawmill afiliasi di Betek atau Kertosuko hanya menerima upah gesekgergaji sedangkan proses lainnya ditangani oleh karyawan principal yang ditempatkan di sawmill. 140

3. Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 3

Saluran pemasaran Kayu Sengon hasil KIBARHUT di Tipe 3 mempunyai skema yang sedikit berbeda dibandingkan Tipe 1 dan 2. Pemasaran tidak dilakukan agents , tetapi dilakukan oleh mitra antara. Pada Tipe 3 Sukaraja, hanya ada satu saluran pemasaran yaitu dari Perum Perhutani mitra antara ke konsumenINPAK principal. Saluran tersebut bekerja dengan adanya aturan dalam kelembagaan KIBARHUT yang menyatakan bahwa principal mendapat prioritas pertama dalam pembelian kayu KIBARHUT. Skema pemasaran, secara administrasi, dilakukan dengan sistem kontrak antara mitra antara dan investor principal sehingga tidak terdapat banyak mata rantai dan lembaga pemasaran yang terlibat. Mitra antara menentukan nilai jual berdasarkan harga jual dasar HJD yang ditetapkan Direksi setiap awal tahun kalender. HJD tersebut selanjutnya disesuaikan dengan kondisi pasar, melalui instrumen surcharge dan differensiasidiff. value creation . Nilai surcharge kayu Sengon dari KPH Tasikmalaya pada bulan Agustus 2008 adalah 5 dari HJD, sedangkan nilai diff. dihitung 7,5 dari HJD. Taksiran harga jual tersebut selanjutnya menjadi patokan harga jual minimal untuk kayu jenis Sengon sebagaimana pada Lampiran 21, dan dianggap sudah menutupi biaya produksi dan pemasaran yang dikeluarkan dan memberikan keuntungan. Namun, principal merupakan satu-satunya pembeli utama dan potensial kayu Sengon di daerah Tasikmalaya, dan khususnya di Kec. Sukaraja. Berdasarkan kondisi tersebut, patut diduga bahwa penjualan kayu Sengon di Tipe 3 Sukaraja dimonopoli principal . Pada sisi lain, principal juga sudah memiliki mata rantai pemasaran kayu yang sudah tersebar di hampir seluruh desa di Tasikmalaya, dan khusus di Sukaraja terdapat 2 KUP sawmill terafiliasi dengan principal. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka struktur pasar yang terbentuk memenuhi karakteristik pasar monopsoni. Pada Tipe 3 Krucil, pemasaran serupa dengan Tipe 3 Sukaraja yaitu terdapat satu saluran pemasaran dari KTI bkAviland mitra antara ke konsumen principal. Principal secara otomatis juga menjadi penampung dan pembeli tunggal produk kayu KIBARHUT karena tidak adanya alternatif pengguna kayu Balsa sehingga tidak memungkinkan bagi mitra antara untuk menjual kayunya ke pembeli lain. Secara aktual kegiatan KIBARHUT dan pengelolaan lahan HGU dilakukan mitra antara 141 KTI bk yang merupakan anak perusahaan principal. Situasi aksi tersebut menghasilkan saluran pemasaran kayu bersifat inter-firm atau pemasaran terintegrasi vertikal. Secara teoritis hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kemitraan karena pasokan bahan baku dipertukarkan dari perusahaan terkait saham Jensen dan Meckling, 1986; Maskin; 2001; Gibbons, 2005; Yustika, 2006. Dengan demikian, hubungan kemitraan hanya terjadi pada upaya membangun dan mengelola hutan KIBARHUT, sedangkan kegiatan pemasaran kayunya menggunakan mekanisme inter-firm atau integrasi vertikal.

D. Keberlanjutan Kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa

1. Perbandingan karakteristik dan kinerja ketiga tipe KIBARHUT

Ketiga tipologi kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa memiliki karakteristik kelembagaan action arena yang bervariasi sebagaimana diuraikan pada sub bab sebelumnya. Karakteristik tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisi umum dan aturan yang dipergunakan dan berdampak pada kinerja yang juga berbeda untuk masing-masing tipe. Tabel 30 berikut ini memuat rangkuman sintesa perbandingan karakteristik utama pada ketiga tipologi kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa. Hubungan principal-agents Gibbons, 2005 pada KIBARHUT dicirikan dengan kesediaan INPAK principal mendelegasikan investasi membangun hutan ke agents untuk memproduksi komoditas yaitu kayu bundar. Komoditas tersebut ditransaksikan dengan didukung jaminan pasar dan kemampuan mengolah, serta melakukan proses produksi menggunakan komoditas tersebut sebagai bahan baku industrinya. Komoditas yang ditransaksikan adalah kayu KIBARHUT oleh agents, dan selanjutnya dipasok ke principal sebagai bahan baku proses produksinya. Kelembagaan KIBARHUT dilaksanakan dengan kontrak non-formal Tipe 1 dan kontrak formal Tipe 2 dan Tipe 3. Kontrak formal tidak hanya mempunyai fungsi ekonomis tetapi juga mempunyai fungsi hukum atau yuridis Salim, 2002, sehingga KIBARHUT dengan kontrak formal mempunyai jaminan pemenuhan hak dan kewajiban atau kepastian hukum yang lebih tinggi bagi para pelakunya dibandingkan kontrak non-formal.