Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 1

128 melalui mata rantai bakulpedagang oleh 17 agents saluran 3, atau langsung diangkut dan dijual ke depo oleh 23 agents saluran 4. Keterangan : = Saluran pemasaran 1 petani – penebang bakulpedagang – deposawmill – INPAK = Saluran pemasaran 2 petani – penebang deposawmill – INPAK = Saluran pemasaran 3 petanipenebang–bakul–deposawmill–INPAK = Saluran pemasaran 4 petani penebang –deposawmill – INPAK = Saluran pemasaran 5 petani – koperasi – INPAK = Aliran kayu keluar dari KIBARHUT Deposawmill selanjutnya memasok KB ke INPAK. Deposawmill hanya memasok KB kualitas “super 91 ” ke principal, sedangkan kualitas “reject” dijual ke INPAK lain. Seringkali terjadi, deposawmill memasok seluruh KB ke INPAK lain, karena adanya selisih harga dan iming-iming lain yang dianggap jauh lebih menarik dibandingkan principal. Kayu kualitas “super” atau sekitar 40 dari total kayu Sengon dari Bawang dipasok ke pabrik principal di Grinsing. Sekitar 30 KB “super” dipasok ke INPAK lain di Semarang, dan 30 sisanya kualitas all grade dipasarkan ke sawmill lainnya di dalam Provinsi Jawa Tengah atau ke Jawa Timur. 91 Kualitas “super” adalah KB yang memenuhi grading kualitas kayu oleh INPAK yaitu kayu segartidak lapuk, diameter 16 cm, lurustidak bengkok, tidak pecah, mata kayubekascabang bekas akar diratakan, bebas hati rapuhbusuk, bebas lobanggrowong, bebas jamur, kedua sisi bontos terpotong siku dan rata. Kualifikasi atau grading kayu selengkapnya terdapat pada Lampiran 20. KB all grade 17 petani 23 petani 7 petani 53 petani 40 KB super KB reject KB super KB all grade KB KB all grade KB all grade pohon pohon Petani peserta KIBARHUT Tipe 1 Bawang Bakul Pedagang Depo Sengon Koperasi GMS Log supplier principal NMS dan SA Konsumen alternatif Depo Sawmill Petugas Lapangan principal KTH Desa 60 KB reject all grade Gambar 19 Saluran Pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 1 Bawang 129 Informasi tersebut menunjukkan adanya aliran kayu sejumlah 60 yang keluar dari kelembagaan KIBARHUT Gambar 19, sehingga terdapat ketidakmampuan dari kelembagaan yang cukup tinggi dalam membatasi atau melarang pemanfaatan oleh non-pelaku KIBARHUT. Mencermati kondisi tersebut dan guna menjaga kesinambungan pasokan bahan bakunya, maka principal membentuk perusahaan khusus yang bertindak selaku log supplier 92 untuk pabrik-pabrik veneer dan kayu lapis di dalam kelompok usahanya. Kebijakan principal adalah bahwa kewenangan pembelian KB dan tanggung jawab penyediaan pasokan bahan baku dilakukan oleh perusahaan log supplier. Tetapi, perusahaan log supplier principal tersebut Mandira atau SA tidak mengetahui petani yang menjadi agents 93 . Untuk itulah, Soeranto DN petugas lapangan PT. SGS menginisiasi pembentukan koperasi untuk kegiatan pemasaran kayu dan selanjutnya bertindak sebagai supplier atau depo kayu KIBARHUT saluran pemasaran 5. Saluran 5 merupakan saluran pemasaran kayu KIBARHUT yang dipilih untuk menjembatani agents khususnya petani yang memilih memasarkan kayunya dalam bentuk pohon berdiri dengan principal melalui koperasi sebagai pelaku mata rantai pemasaran. Koperasi Graha Mandiri Sentausa GMS terbentuk melalui pertemuan petani peserta KIBARHUT di Desa Surjo, Bawang pada Juli 2008, tetapi konsep saluran pemasaran melalui koperasi GMS belum diimplementasikan di lapangan. Koperasi GMS, diperkirakan oleh petugas lapangan dan agents, dapat berperan pada pemasaran untuk setidaknya separuh kayu KIBARHUT, dan kemudian 70-80 diantaranya dipasok ke principal. Pada KIBARHUT Tipe 1, agents mempunyai kekuatan menentukan nilai jual kayu Sengon yang diproduksinya. Kekuatan daya tawar bargaining position petani tidak dapat dikuasai sepenuhnya dan selamanya, karena terkendala kebutuhan atau pola ekonomi petani. Posisi petani i cenderung melemah pada saat menjelang hari raya, kenaikan sekolah, dan jatuh tempo pembayaran pajakPBB. Dampaknya adalah 92 Log supplier principal di Jawa Tengah, khususnya di Batang adalah PT. Nusantara Makmur Sentosa NMS dan PT. Setya Alba SA. NMS merupakan log supplier utama dan rutin, sedangkan SA adalah pendamping dan tidak rutin. Pada kondisi normal, log supplier yang beroperasi adalah NMS. Jika ada saingan yang merusak harga dan mempermainkan pasar membeli satu-dua kali, dalam jumlah sedikit tetapi harga lebih tinggi atau hit and run maka SA melakukan pembelian dengan pola yang sama. 93 Gambar 19 memperlihatkan hampir tidak adanya peran petugas lapangan dan KTH Desa dalam pemasaran kayu KIBARHUT. Tidak berjalannya komunikasi dan arus informasi antara petani, petugas lapangan, dan KTH Desa distimulir juga oleh belum terintegrasinya kebijakan principal dalam pembangunan hutan dan pemasaran hasil hutan kayu. 130 harga kayu Sengon cenderung turun dan pembeli lebih mempunyai kekuatan menentukan harga; ii cenderung menguat pada saat adanya panen kopi, cengkeh atau panen raya melinjo. Dampaknya adalah harga kayu cenderung naik, karena pasokan berkurang dan petani mempunyai kekuatan menentukan harga. Kekuatan petani dalam penentuan harga kayu karena adanya komoditas alternativelainnya yang dipanen, merupakan gambaran umum ekonomi pedesaan sebagaimana diungkapkan juga oleh Zhang et al. 2000. Pada KIBARHUT Tipe 1 Bawang, pembeli kayu Sengon bakulpedagang dan deposawmill di Bawang berjumlah relatif banyak, yaitu 10 pedagang, 9 sawmill, dan 4 depo. Pada tingkat petani, pasar dicirikan produkkomoditas yang homogen berbentuk pohon siap tebang pada saluran 1 dan 2, tetapi terkadang ada sedikit perbedaan harga diferensiasi produk berdasarkan kelas diameter KB “all grade” pada saluran 3 dan 4. Berdasarkan deskripsi tersebut maka struktur pasar kayu KIBARHUT Tipe 1 Bawang pada tingkat petani memenuhi karakteristitik pasar persaingan monopsonistis, sebagaimana diringkas pada Tabel 27. Tabel 27 Karakteristik dan struktur pasar kayu KIBARHUT Tipe 1 Bawang Karak- teristik Pemasaran tingkat Petani Bakulpedagang DepoSawmill Penjual Petani banyak Bakulpedagang 4 depo supplier dan 9 sawmill Pembeli Bakulpedagang ada 10 pelaku tiap desa dan 13 depoSawmill DepoSawmill ada 13 pelaku pasar PT. SGS dan sekitar 3 INPAK lainnya Produk homogen pohon diferensiasi KB Diferensiasi diameter- kualitas Diferensiasi, unik diameter – kualitas – kupas kulit Informasi Mudah Mudah Mudah Penentuan harga Tawar menawar Ditentukan sawmilldepo; ada akses ke sawmill lain Ditentukan INPAK Struktur pasar input Persaingan monopsonistis Persaingan monopsonistis Monopsonistis mengarah ke Oligopsoni Tabel 27 menunjukkan bahwa di Tipe 1 Bawang terdapat bakulpedagang sekitar 10 pelaku pada setiap desa, dan pembeli sebanyak 13 pelaku terdiri dari 9 sawmill dan 4 depo. Bakulpedagang selaku penjual tidak mempunyai kekuatan untuk membuat klasifikasi differensiasi produk dan menentukan harga, karena kedua hal tersebut ditentukan oleh pembeli. Namun, kemudahan akses informasi dan banyaknya sawmill lebih memudahkan bakulpedagang untuk memasarkan kayu Sengon ke sawmill atau pembeli yang dianggap memberikan harga maksimal. Berdasarkan 131 deskripsi tersebut maka struktur pasar KIBARHUT Tipe 1 Bawang pada tingkat bakulpedagang perantara memenuhi karakteristitik pasar persaingan monopsonistis. Pada tingkat sawmill atau depo terjadi differensiasi produk karena principal hanya menggunakan kayu Sengon berbentuk KB dengan diameter 20 cm dan memenuhi kualifikasigrading pabrik atau dikenal sebagai kualitas “super”. Kayu dipasok ke principal memiliki karakteristik produk yang khas yaitu sudah dikupas kulitnya, sehingga sangat mudah dibedakan di sawmill atau di truk. Differesiansi produk juga dicirikan dengan adanya perbedaan harga yang mencolok antara KB diameter 20 cm dan kayu diameter kecil Lampiran 21. Dengan demikian, struktur pasar di tingkat sawmilldepo kayu memenuhi karakteristik pasar monopsonistis yang mengarah ke oligopsoni karena pemasaran KB hasil KIBARHUT tidak hanya ke principal , tetapi juga dijual ke INPAK lainnya atau memiliki alternatif pasarpembeli kayu yang cukup terbuka.

2. Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2

a. Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja Saluran pemasaran kayu KIBARHUT di Tipe 2 Sukaraja tidak banyak berbeda dengan Tipe 1 Bawang, tetapi teridentifikasi adanya peran mitra antara dan principal serta keterlibatan KUP kelompok usaha penggergajian. Saluran pemasaran terdiri atas 4 macam sebagaimana ilustrasi Gambar 20. Pemasaran kayu KIBARHUT dapat dilakukan agents melalui KUPsawmill afiliasi dengan principal menggunakan saluran pemasaran yang sudah ada dan bekerja selama ini saluran 1–4. Agents juga dapat memasarkan kayunya dengan menginformasikan ke mitra antara, sehingga terjalin saluran pemasaran alternatif dengan terlaksananya kelembagaan KIBARHUT. Dengan demikian, KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja telah menjamin alokasi komoditas hasilnya secara efisien, sehingga dapat dengan mudah dipindahtangankan easily transferable dan diperjualbelikan easily tradable diantara para pelakunya. Menurut Ostrom 2005, kelembagaan yang demikian telah mampu menciptakan pasar yang kompetitif. Saluran 1 dipilih oleh 20 agents yang menjual dalam bentuk pohon berdiri. Penjualan dilakukan ke bandarpedagang sebagai mata rantai pemasaran, dan sekaligus sebagai penebang. Penjualan pohon berdiri oleh petani juga terdapat pada saluran pemasaran 2, namun dilakukan melalui KUPsawmill. Saluran 2 tersebut 132 dipilih oleh 20 agents. Pada saluran pemasaran 3 dan 4, penebangan pohon dilakukan agents secara swadaya atau dengan membayar jasa tim tebang. Hasil tebangan berupa KB, dipasok ke principal melalui pedagang perantara oleh 13,3 agents saluran 3 atau dijual langsung ke KUPsawmill oleh 26,7 petani saluran 4. Keterangan : = Saluran 1 petani – penebang bandar – KUPsawmill – INPAK = Saluran 2 petani – penebang KUPsawmill – INPAK = Saluran 3 petanipenebang–bandar–KUPsawmill–INPAK = Saluran 4 petanipenebang – KUPsawmill – INPAK = Arus informasi dan komunikasi pemanenan pohon KIBARHUT sekaligus menjadi saluran pemasaran alternatif KUPsawmill selanjutnya memasarkan kayu ke INPAK. Sawmill berstatus KUP memproses kayu menjadi pallet berukuran 5cm x 8 cm up x 100 cm up dan memasok seluruhnya ke principal. Sawmill non KUP mempunyai 2 pilihan yaitu i menjual kayu Sengon dalam bentuk KB ke KUP atau INPAK lain; dan ii menggergaji KB menjadi KGG dan menjualnya ke principal. Sekitar 40 kayu Sengon dan seluruhnya berkualitas “super” dijual kembali oleh sawmill non-KUP dalam bentuk KB ke INPAK lain di luar kabupatenprovinsi, sedangkan 60 sisanya dengan kualitas “all grade” digergaji menjadi pallet dan kemudian dijual ke principal. 20 petani 60 kayu pallet 13,3 petani pohon 100 KB 20 petani KB all grade pohon 20 petani 40 kayu KB “super” Petani peserta KIBARHUT Bandar Pedagang divisi log supplier Sawmill INPAK lain Gambar 20 Saluran pemasaran kayu KIBARHUT Tipe 2 Sukaraja