Pemanasan Global Sistem pendukung keputusan keruangan untuk analisis kerentanan akibat kenaikan muka air laut dan amblesan tanah di Kota Semarang
18 Pada Semarang bagian utara penyusupan air asin semakin meningkat sejak
beberapa tahun terakhir, terutama pada daerah pemukiman pusat perkotaan, dan di beberpa wilayah industri di bagian utara, miksalnya daerah sekitar muara Kali
Garang, Tanah Mas, Pengapon, Simpang Lima. Data penyusupan air asin tersebut berdasarkan hasil pemantauan dari beberapa sumur gali penduduk yang tersebar,
maupun dari kualitas sumur bor di beberapa tempat. Akibat dari amblesan tanah tersebut turut menyebabkan besar dan luasan genangan oleh air laut Hussein dan
Rabenhorst 2001.
2.5 Kerentanan Pesisir 2.5.1 Konsep Kerentanan
Kerentanan adalah konsep yang sangat luas yang dapat diringkas sebagai kualitas atau kondisi menjadi terluka atau kemudahan terkena luka atau cedera
fisik seperti yang terdapat dalam Kamus Oxford 2006 “the quality or state of being wounded or susceptible of receiving wounds or physical injury”.
Konsep kerentanan telah didefinisikan dalam beberapa cara, dan telah banyak diterapkan pada lokasi, kota, orang dan lingkungan fisik, sehingga teknik untuk
mengukurnya juga bervariasi sesuai dengan disiplin untuk menilai kerentanan. Dalam BNPB 2007 mendefinisikan kerentanan sebagai suatu keadaan yang
ditimbulkan oleh kegiatan manusia hasil dari proses proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan
masyarakat terhadap bahaya. Istilah Kerentanan merupakan suatu istilah yang sering digunakan dalam
disiplin ilmu yang terkait dengan bencana alam, bahaya atau penelitian mengenai fenomena perubahan. Dalam mengkaji kerentanan pesisir telah dihasilkan
berbagai indeks, metodologi atau panduan untuk menilai suatu kerentanan dari topik mereka kepentingan. Indek ini sangat tergantung kepentingan dan tujuan
kajian. Lacambra et al. 2007 mengemukakan berbagai kerentanan dan beberapa penulis yang pernah melakukan penilaian kerentanan terhadap berbagai faktor
seperti terlihat pada Tabel 5. Penilaian kerentanan pesisir terhadap perubahan iklim melibatkan beberapa
konsep yang harus didefinisikan secara jelas. Konsep kerentanan didefinisikan
19 berbeda di berbagai wilayah ilmiah yang digunakan dan terkait erat dengan
konsep lain, seperti bahaya, risiko dan ketahanan. Tabel 5. Pendekatan terhadap kerentanan sesuai dengan klasifikasi berbagai
disiplin ilmu
Indek Kerentanan Pengarang
Kerentanan Socioeconomic Adrianto and Matsuda, 2002; Blaikie et al., 1994;
Cardona, 2003; FAO, 2001; Frasser, 2003; Lavell, 1992; Wei et al. 2003; Wilches-Chaux, 1989.
Kerentanan Fisik Alcantara-Ayala, 2002; Blaikie et al. 1994; Bush et al.,
1999; Cutter, 2001; Fraser et al., 2003; IPCC, 2001; Perez, no date; Salomon and Forbes, 1999; Scheigdegger,
1994; Uitto, 1998; UNCHS, 2001; USGS, 2001.
Kerentanan Terkait Lingkungan Blaikie et al. 1994; Brooks et al. 2005; Callow, 1998;
Hossain, 2001; IPCC, 2001; Kaly et al., 2002a; Kaly et al., 2002b; Livingston et al., 2005; Papathoma and
Dominey-Howes, 2003; UNCHS, 2001; UNEP, 2002 2005; Wilches-Chaux, 1989
Kerentanan Infrastruktur Blaikie et al. 1994; Cannon, 1991; Davidson, 1997;
FAO, 2001; IDNDR ISDR, 1999; MMPND UNDP, 1999; Papathoma et al., 2003; Papathoma
Dominey-Howes, 2003; Perez, no date; Uitto, 1998; UNCHS, 2001; UNEP, 2002.
Kerentanan Politik Briguglio, 2003; Brooks et al., 2005; Cannon, 1991;
Cardona, 2003; Fraser, 2003; Lavell, 1999; Lavell Cardona 2000; Kreimer et al. 1992; Mancilla, 1996;
Uitto, 1998; Wilches-Chaux, 1989
Pespektif kejadian tertentu Alcantara-Ayala, 2002; Cardona, 2003; Davidson,
1997; IDNDR and ISDR, 1999; Invemar, 2003; Klein and Nicholls, 1999; Lavell Cardona, 2000; Lozano,
2003; Nyong, 2005; Scheigdegger, 1994; Uitto, 1998; UNCHS, 2001.
Bencana Alam Brooks et al., 2005; Briguglio, 2003; Cardona, 2003.
Kejadian Bencana Alam tertentu FAO, 2001; IPCC-CZMS, 1992; Papathoma
Dominey-Howes, 2003. Indek Global and Regional
Chang, 2004; FAO, 2001; UNEP, 2005. Aplikasi pada berbagai skala
cakupan Cardona, 2003; Chang, 2004; IDNDR ISDR, 1999;
Invemar, 2003; IPCC-CZMS, 1992; Lavell, 1992; UNEP, 2005.
Aplikasi pada skala cakupan negara IPCC-CZMS, 1992; UNEP, 2005; IDNDR and ISDR,
1999; Invemar, 2003 Analisa kerentanan Multidisciplin
Blaikie et al., 1994; Briguglio, 2003; Brooks et al., 2005; Hossain, 2001; IPCC-CZMS, 1992; Mancilla,
1996; Me-Bara and Valdez, 2005; UNEP, 2002 2005.
Sumber : Lacambra et al. 2007 Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi
mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan BNPB 2007. Bahaya dapat dari asal teknologi atau berhubungan dengan
kejadian ekstrem alam seperti badai dan tsunami, beberapa dari mereka secara
20 khusus dipengaruhi oleh perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut,
menyebabkan ancaman dan kerusakan penduduk, lingkungan dan atau aset material Schmidt-Thome dan Kallio 2006.
Konsep risiko menggabungkan probabilitas terjadinya suatu peristiwa dengan kemungkinan dampak atau konsekuensi yang terkait dengan acara yang
sama ETC-ACC 2010. Risiko itu adalah sangat berhubungan dengan kuantitatif, bila memungkinkan, misalnya melalui analisis dataset historis atau estimasi
kualitatif probabilitas peristiwa yang mungkin. Dalam disiplin penanggulangan bencana disaster management, risiko bencana adalah interaksi antara tingkat
kerentanan daerah dengan ancaman bahaya yang ada. Ancaman bahaya, khususnya bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami
pembangunan atau pembentukan roman muka bumi baik dari tenaga internal maupun eksternal, sedangkan tingkat kerentanan daerah dapat dikurangi,
sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut semakin meningkat BNPB 2007. Ketiga variabel tersebut digambarkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Interaksi konsepsi kerentanan, ancaman bencana dan ketidakmampuan Bahaya menunjukkan kemungkinan terjadinya kejadian baik alam maupun
buatan di suatu tempat. Kerentanan menunjukkan kerawanan yang dihadapi suatu masyarakat dalam menghadapi ancaman tersebut. Ketidakmampuan merupakan
kelangkaan upaya atau kegiatan yang dapat mengurangi korban jiwa atau kerusakan. Dengan demikian maka semakin tinggi bahaya, kerentanan dan
ketidakmampuan, maka semakin besar pula risiko bencana yang dihadapi.
21 Berdasarkan potensi ancaman bencana dan tingkat kerentanan yang ada,
maka dapat diperkirakan risiko ‘bencana’ yang akan terjadi di wilayah Indonesia tergolong tinggi. Risiko bencana pada wilayah Indonesia yang tinggi
tersebut disebabkan oleh potensi bencana yang dimiliki wilayah wilayah tersebut yang memang sudah tinggi, ditambah dengan tingkat kerentanan yang
sangat tinggi pula. Sementara faktor lain yang mendorong semakin tingginya risiko bencana ini adalah menyangkut pilihan masyarakat . Banyak
penduduk yang memilih atau dengan sengaja tinggal di kawasan yang rawanrentan terhadap bencana dengan berbagai alasan seperti kesuburan tanah,
atau peluang lainnya yang dijanjikan oleh lokasi tersebut. Matrik pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan berbagai faktor dapat digambarkan pada
Gambar 5.
K ER
EN TA
N A
N
Tinggi Sedang
Rendah Rendah
Sedang Tinggi
BAHAYA
Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi
Gambar 5. Matriks antara tingkat kerentanan dan bahaya
Dalam kaitannya dengan pengurangan risiko bencana, maka upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengurangan tingkat kerentanan, karena hal tersebut relatif
lebih mudah dibandingkan dengan mengurangi atau memperkecil bahaya. Konsep tersebut dapat digambarkan pada Gambar 6.
Gambar 6
. Konsepsi pengurangan risiko bencana
22
Ketahanan dapat digambarkan sebagai jumlah gangguan bahwa sebuah sistem dapat menyerap sementara masih tersisa di negara yang sama atau
mempertahankan fungsinya. Dalam kata lain, sejauh mana sistem mampu reorganisasi dan pembaruan atau sejauh mana sistem dapat membangun dan
meningkatkan kapasitas adaptif ETC-ACC 2010. Mengingat hubungan erat antara ketahanan dengan kapasitas adaptif alam, beberapa penulis
menggunakannya sebagai sinonim Nicholls et al. 2008, hal ini digambarkan pada kerangka konseptual seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Framework konseptual untuk dampak perubahan iklim, kerentanan, resiko bencana dan pilihan adaptasi
Sumber: EEA 2010; ETC-ACC, 2010. Nicholls et al. 2008 mengemukkan berbagai adaptasi yang dapat
dilakukan pada wilayah pesisir seperti terlihat pada Gambar 8. Untuk dapat hidup secara aman dan nyaman selaras dengan perubahan yang terjadi dimuka bumi,
maka diperlukan pemahaman terhadap lingkungan alam dan kecepatan perubahan yang terjadi di bumi serta mampu menyesuaikan diri dari karakteristik perubahan
alam tersebut. Berkaitan dengan reaksi manusia terhadap bencana alam yang mungkin terjadi lingkungan tempat tinggalnya antara lain Noor 2008:
1. Menghindar avoidance, reaksi manusia terhadap potensi bencana alam yang paling banyak adalah dengan cara menghindar, yaitu dengan cara tidak
23 membangun dan menempatkan bangunan di tempat-tempat yang berpotensi
terkena bencana alam seperti daerah banjir, daerah rawan longsor atau daerah rawan gempa.
2. Stabilisasi stabilization, beberapa bencana alam dapat diseimbangkan dengan menerapkan rekayasa keteknikan, seperti di daerah-daerah yang
berlereng dan berpotensi longsor, yaitu dengan cara membuat kemiringan lereng menjadi landai dan stabil sehingga kemungkinan longsor menjadi kecil.
3. Penetapan Persyaratan Keselamatan Struktur Bangunan provision for safety in structures, dalam banyak kasus bangunan yang akan didirikan di tempat-
tempat yang berpotensi terjadi bencana alam seperti gempa bumi, maka struktur bangunan harus dirancang dengan memperhitungkan keselamatan
jiwa manusia, yaitu dengan bangunan yang tahan gempa. 4. Pembatasan penggunaan lahan dan penempatan jumlah jiwa limitation of
land-use and occupancy, jenis peruntukan lahan, seperti lahan pertanian atau lahan pemukiman dapat dilakukan dengan cara membuat peraturan peraturan
yang berkaitan dengan potensi bencana yang mungkin timbul. Penempatan jumlah jiwa per hektar dapat disesuaikan untuk mengurangi tingkat bencana.
5. Membangun Sistem Peringatan Dini establishment of early warning system. Beberapa bencana alam dapat diprediksi, sehingga memungkinkan tindakan
darurat dilakukan. Banjir, Angin Puyuh, Gelombang Laut, serta Erupsi Gunung api adalah beberapa jenis bencana alam yang dapat diprediksikan.
Sistem Peringatan Dini telah terbukti efektif dalam mencegah dan meminimalkan bencana yang akan terjadi di suatu daerah, seperti banjir dan
gelombang laut di daerah-daerah pantai.