Analisis Kerentanan Pesisir Terhadap Genangan

55 1. Penggenangan permanen yaitu penggenangan banjir pasang yang disebabkan kenaikan muka air laut terhadap garis pantai bergeser ke arah daratan. Besarnya pergeseran garis pantai ke arah daratan tergantung pada topografi daerah setempat. 2. Penggenangan sesaat yaitu penggenangan yang dialami pada saat terjadi pasang tinggi tertinggi akan tetapi setelah surut kawasan tersebut terbebas lagi. Pada daerah ini berpotensi mengalami penggenangan permanen bila muka air laut terus mengalami kenaikan 3. Penggenangan semu yaitu bilamana suatu kawasan tersebut tidak terjadi penggenangan air laut tetapi terkena pengaruh penggenangan, yaitu melalui perembesan air laut yang masuk melalui pori-pori tanah ke arah daratan. Hal ini terlihat dan kawasan dimana permukaan tanahnya selalu lembab atau basah disebabkan pengaruh air laut yang bergerak melalui bagian bawah permukaan. Bajir pasang merupakan salah satu permasalahan lingkungan utama yang melanda Semarang Marfai 2003. Fenomena ini semakin diperluas dengan adanya amblesan tanah yang terlihat nyata dengan kecepatan yang relatif besar Abidin et al., 2009. Banjir pasang memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi dan kondisi kehidupan warga. Beberapa daerah tergenang secara permanen dan mengakibatkan lokasi menjadi terisolir. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagian besar dilakukan secara fisik seperti peninggian jalan, peninggian rumah, pembuatan tanggul- tanggul kecil di depan pintu mencegah masuknya air banjir pasang ke dalam rumah. DEM merupakan hasil interpolasi dari suatu data ketinggian yang direpresentasikan oleh suatu titik atau oleh suatu garis kontur. Proses pembuatan model ini disebut dengan Griding, yaitu proses penggunaan titik data yang ada pada file data XYZ untuk membentuk titik data tambahan pada sebuah grid yang tersebar secara teratur. Proses ini memperkirakan nilai pada suatu permukaan daerah pemetaan yang tidak terdapat data pengamatan dengan mempertimbangkan titik sekitar yang ada. 56 Gambar 16. Hasil griding titik ketinggian 9 2 3 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Sekolah Pascasarjana IPB Oleh : Ifan Ridlo Suhelmi 50 cm 0 cm Legenda Skala 1:75.000 Km 1 1 2 U 9 2 3 2 5 9 2 3 2 5 9 2 3 9 2 2 7 5 9 2 2 7 5 442500 442500 440000 440000 437500 437500 435000 435000 432500 432500 430000 430000 427500 427500 425000 425000 Keterangan: Sistem Koordinat UTM Zona 49S Datum WGS 1984 Kab . Dem ak Ka b . Se ma ran g Kab . Ken da l 5 5 Km Kota Semarang L a u t J a w a -7 ° 5 -7 ° 5 -7 ° -7 ° 116° 15 116° 15 11 6°20 11 6°20 116° 25 116° 25 11 6°30 116 °30 Inset Peta Sumber: 1. Citra IKONOS 2009 2. Analisis Genangan 2010 L a u t J a w a 56 57 Penyusunan DEM menggunakan beberapa sumber data. Data topografi untuk wilayah dengan ketinggian diatas 2 meter menggunakan garis kontur ketinggian dengan interval 2 meter. Sedangkan data dibawah 2 meter menggunakan dan titik ketinggian hasil pengamatan Dinas Tata Kota Semarang pada tahun 2007. Kedua data tersebut digabungkan untuk memperoleh data topografi wilayah pesisir Kota Semarang yang cukup detail. Metode interpolasi menggunakan Triangulation All Minimum Curvature dengan ukuran piksel 5 m x 5 m, ukuran piksel dari interpolasi DEM ini mempengaruhi elevasi muka tanah yang terbentuk. Semakin kecil ukuran piksel maka semakin teliti elevasi yang terbentuk. Ukuran DEM serta interval kontur yang digunakan dalam penelitian ini cukup teliti untuk memprediksi daerah genangan. Hasil griding dapat dilihat pada Gambar 16 dan gambar 3-dimensi dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. DEM hasil griding dan gambaran 3-dimensi lokasi penelitian Dalam penyusunan model DEM ini dipertimbangkan pula lokasi-lokasi yang tidak tergenang, seperti Pelabuhan dan Bandara. Untuk itu diperlukan modifikasi dan penambahan titik ketinggian sehingga lokasi-lokasi yang tidak 58 terkena banjir pasang dapat digambarkan dengan baik, dalam hal ini disebut sebagai DEM terkontrol Marfai 2003. Daerah yang tidak tergenang adalah lokasi dengan ketinggian lebih dari tinggi muka air tinggi HWL. Lokasi yang tidak tergenang dapat pula dideleniasi dari peta topografi dan Citra Satelit Quickbird Tahun 2009, dipoligonkan, dirasterisasi dan diberikan nilai ketinggian tertentu.

4.1.4 Model Spasial Dinamis Distribusi Genangan

Hasil pengolahan data DEM disajikan dalam bentuk yang interaktif menggunakan perangkat lunak Macromedia Flash 8. Dengan menggunakan perangkat lunak ini dapat diketahui daerah-daerah yang rentan terhadap genangan apabila terjadi kenaikan muka air laut. Antarmuka pemodelan seperti terlihat pada Gambar 18 dan hasil dapat dilihat dengan menggunakan komputer pada cakram digital yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari disertasi ini. Gambar 18 . Penampang antar muka Interface model spasial dinamik kerentanan pesisir terhadap genangan akibat kenaikan muka air laut Flash tidak dirancang secara khusus untuk bekerja dengan referensi geografis tertentu Wheeler et al. 2008, namun sangat cocok untuk visualisasi karena mampu menangani data vektor dan raster secara simultan. Pada awalnya FotoVideo Skenario kenaikan muka air laut Klik dan Geser Zooming Data Tematik 59 flash ditujukan untuk animasi, namun pada beberapa tahun ini pengembangan terus dilakukan dengan berbagai Actionscript. Pada saat ini kebanyakan web- browser telah menggunakan flash karena memiliki tampilan yang lebih menarik dan hidup. Pada penelitian ini, flash digunakan untuk memvisualisasikan lokasi yang tergenang akibat kenaikan muka air laut. Untuk memperoleh gambaran yang interaktif dinamis dilakukan dengan cara mengimpor data dari bentuk data geografis ke dalam fomat data yang dikenali oleh perangkat flash. Karena besarnya data yang diolah diperlukan komputer dengan kemampuan yang memadai. Walaupun tidak secara khusus dirancang untuk bekerja geografis, Macromedia Flash sangat cocok untuk visualisasi geografis. Flash bekerja dengan baik pada format data vektor dan gambar bitmap. Peta vektor seperti jaringan jalan, jaringan sungai ditransfer ke dalam file vektor Adobe Illustrator, sedangkan file raster dalam bentuk file png bitmap. Flash pada awalnya ditujukan untuk memproduksi animasi. Selama dekade terakhir, perkembangan semakin meningkat dan dalam tahap mampu menggabungkan bahasa pemrograman yang canggih ActionScript yang memungkinkan koneksi dan interaksi yang kompleks dan real-time di dalam web. Wheeler et al. 2008. Dalam visualisasi berbasis GIS, setiap gambar genangan banjir pasang pada berbagai skenario dengan ketinggian tertentu disimpan sebagai lapisan yang terpisah. Pada flash, visualisasi digabungkan menjadi lapisan film klip tunggal. Dengan menggunakan klip film timeline untuk menampilkan berbagai tingkat ketinggian kenaikan muka air laut secara berurutan. Sedangkan nilai diantara berbagai ketinggian yang telah ditentukan akan ditampilkan secara sederhana sebagai bentuk interpolasi. Untuk memvisualisasikan berbagai ketinggian kenaikan muka air laut, akan dikendalikan oleh kode Actionscript untuk mendapatkan berbagai distribusi genangan banjir pasang akibat kenaikan muka air laut. Model flash ini dapat dikaitkan dengan situs, sehingga dapat diakses melalui internet. Dengan meletakkannya pada suatu situs, maka diharapkan akan memberikan informasi yang lebih bagi stakeholder untuk mendapatkan gambaran