Kawasan Sempadan Sungai Persentase Ruang Terbuka Hijau

111 Untuk mendefinisikan suatu kelurahan memiliki dihitung panjang masing- masing kelas jalan. Hasil tersebut dikelaskan secara akumulatif dengan mengkalikan antara jumlah panjang jalan dengan skor masing-masing kelas jalan dibagi dengan panjang jalan keseluruhan. Setelah diperoleh nilai untuk masing-masing indikator, dan diperoleh nilai total kapasitas adaptif, selanjutnya nilai tersebut dikelaskan menjadi 3 tiga kelas. Kriteria penentuan kelas kerentanan dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Kelas kapasitas adaptif masing-masing kelurahan No Kelas Kerentanan Nilai Skor 1 Rendah 0,49 2 Sedang 0,49 – 0,74 3 Tinggi 0,74 Hasil perhitungan indek kapasitas dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan kapasitas kelurahan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sebagian besar kelurahan yang ada di pesisir Kota Semarang pada tahun 2010 memiliki nilai kapasitas yang rendah hingga sedang, adapun kelurahan yang memiliki kapasitas rendah berjumlah 58 kelurahan 58,62 seperti terlihat pada Gambar 54. Gambar 54. Jumlah kelurahan berdasarkan kelas indek kapasitas Rendah Sedang Tinggi 2010 58 41 2030 27 69 3 10 20 30 40 50 60 70 80 Ju m la h K e lu ra h a n 112 Gambar 55. Kapasitas adaptif terhadap genangan pada tahun 2010 Tugurejo Tambakharjo Kudu Randugarut Trimulyo Mangunharjo Tawangsari Karang Anyar Tanjung Emas Genuksari Mangkang W etan Tlogomulyo Kalicari Terboyo Kulon Bandarharjo Manyaran Banjar Dowo Plamongansari Karang Roto Jerakah Gemah Palebon Tlogosari Kulon Penggaron kidul Kemijen Sembungharjo Muktiharjo Kidul Terboyo Wetan Kembang Arum Krapyak Bangetayu Wetan Gebangsari Bongsari Sambirejo Gayamsari Gisikdrono Mugasari Muktiharjo Lor Krobokan Bulu Lor Kuningan Pleburan Wonodri Pedurungan Kidul Sekayu Randusari Mlatibaru Miroto Karang Ayu Sarirejo Lamper Tengah Kauman Karangturi Mijen Gunungpati Ngaliyan Tembalang Candisari Semarang Utara Gajah Mungkur Semarang Selatan Sistem Koordinat UTM Zona 49 selatan Datum WGS 1984 420000 420000 422000 422000 424000 424000 426000 426000 428000 428000 430000 430000 432000 432000 434000 434000 436000 436000 438000 438000 440000 440000 442000 442000 444000 444000 446000 446000 9 2 2 4 9 2 2 4 9 2 2 6 9 2 2 6 9 2 2 8 9 2 2 8 9 2 3 9 2 3 9 2 3 2 9 2 3 2 9 2 3 4 9 2 3 4 U 2 2 Km Skala 1 : 75.000 Laut Kapasitas Adaptif Rendah Kapasitas Adaptif Sedang Kapasitas Adaptif Tinggi Kab. Kendal Kab. Demak L a u t J a w a Oleh: Ifan Ridlo Suhelmi Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Sekolah Pascasarjana IPB Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Kendal 5 5 Km Kota Semara ng L a u t J a w a -7 ° 5 -7 ° 5 -7 ° -7 ° 1 16°15 1 16°15 116°2 0 116°2 0 116 °2 5 116 °2 5 116 °30 116°3 0 Inset Peta Legenda 11 2 113 Gambar 56. Kapasitas adaptif terhadap genangan pada tahun 2030 Karangturi Kauman Lamper Tengah Sarirejo Karang Ayu Miroto Mlatibaru Randusari Sekayu Pedurungan Kidul Wonodri Pleburan Kuningan Bulu Lor Krobokan Muktiharjo Lor Mugasari Gisikdrono Gayamsari Sambirejo Bongsari Gebangsari Bangetayu Wetan Krapyak Kembang Arum Terboyo Wetan Muktiharjo Kidul Sembungharjo Kemijen Penggaron kidul Tlogosari Kulon Palebon Gemah Jerakah Karang Roto Plamongansari Banjar Dowo Manyaran Bandarharjo Terboyo Kulon Kalicari Tlogomulyo Mangkang Wetan Genuksari Tanjung Emas Karang Anyar Tawangsari Mangunharjo Trimulyo Randugarut Kudu Tambakharjo Tugurejo Mijen Gunungpati Ngaliyan Tembalang Candisari Semarang Utara Gajah Mungkur Semarang Selatan Legenda Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Kendal 5 5 Km Kota Semarang L a u t J a w a -7 ° 5 -7 ° 5 -7 ° -7 ° 116°1 5 116°1 5 116 °20 116 °20 11 6°25 11 6°25 1 16°30 11 6°30 Inset Peta Oleh: Ifan Ridlo Suhelmi Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Sekolah Pascasarjana IPB L a u t J a w a Kab. Demak Kab. Kendal Laut Kapasitas Adaptif Rendah Kapasitas Adaptif Sedang Kapasitas Adaptif Tinggi Skala 1 : 75.000 2 2 Km U 9 2 3 4 9 2 3 4 92 32 00 9 2 32 00 92 300 00 9 2 3 9 2 2 8 9 2 280 00 92 26 00 9 2 2 6 92 24 00 9 2 24 00 446000 446000 444000 444000 442000 442000 440000 440000 438000 438000 436000 436000 434000 434000 432000 432000 430000 430000 428000 428000 426000 426000 424000 424000 422000 422000 420000 420000 Sistem Koordinat UTM Zona 49 selatan Datum WGS 1984 113 114 Distribusi spasial kapasitas adaptif untuk tiap kelurahan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 55. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa beberapa kelurahan yang terletak pada garis pantai memiliki nilai kapasitas yang sedang, seperti terlihat pada Kelurahan Tawangsari dan Kelurahan Panggung. Berdasarkan prediksi jumlah penduduk dan kondisi sosial ekonomi serta mengacu pada rencana tata ruang pada tahun 2030, disusun indek kapasitas adaptif pada tahun 2030. Berdasarkan hal tersebut sebagian besar kelurahan mengalami peningkatan kapasitas adaptif, terlihat ada 3 kelurahan yaitu Tlogosari Kulon, Pleburan dan Panggung Lor memiliki kapasitas adaptif yang tinggi. Sedangkan kelurahan yang berada di wilayah pesisir sebagian besar memiliki kelas kapasitas adaptif sedang. Untuk melihat distribusi persebaran kelas kapasitas adaptif tiap kelurahan dapat dilihat pada peta distribusi kelas kapasitas adaptif pada tahun 2030 seperti terlihat pada Gambar 56.

4.6 Strategi Adaptasi Terhadap Genangan

Kejadian banjir dan banjir pasang di kota Semarang telah berlangsung lama dengan dampak yang terus meluas merupakan bencana yang cukup besar, sehingga dalam penanganannya memerlukan dukungan berbagai pihak termasuk pemerintah pusat, pemerintah provinsi, lembaga kerjasama internasional dan lembaga donor. ACCCRN 2010 mengemukakan bahwa lembaga kerjasama internasional dan pemerintah negara lain dalam penanganan banjir kota Semarang juga cukup banyak berperan terutama dalam rangka membantu melakukan kajian dan penyusunan rencana induk penanganan banjir Kota Semarang. Pemerintah Jepang melalui JICA banyak membantu dalam pembangunan megaproyek sistem penanganan banjir senilai Rp 1,7 triliun di Sungai Kreo. Megaproyek yang selesai pada tahun 2013 ini ditargetkan dapat mengatasi banjir dan banjir pasang di tujuh kecamatan yang berada di Semarang bagian tengah. Sedangkan pemerintah Belanda melalui Hoogheemraadschap van Sceieland en de Krimpenerwaard HHSK, pemerintah Kota Semarang membangun Proyek Polder Percontohan Banger Banger Pilot Polder. 115 Pemerintah Kota Semarang, sebagai pemangku kepentingan utama dalam penanganan banjir dan banjir pasang, tentunya memiliki peran dan tugas yang sangat berat dalam menanganan permasalahan banjir dan banjir pasang yang rutin melanda kota Semarang. Kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan memberikan ruang untuk mengembangkan kemampuan dan penerapan sistem deteksi dini, sosialisasi dan diseminasi informasi secara dini terhadap ancaman kerawanan bencana alam kepada masyarakat. Untuk itu perlu ditingkatkan identifikasi dan pemetaan daerah-daerah rawan bencana agar dapat diantisipasi secara dini sebelum terjadi. Hal ini dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan memberikan perlindungan terhadap manusia dan harta benda dengan perencanaan wilayah yang peduli atau memperhatikan aspek bencana alam. Gambar 57. Indek kapasitas dan indek kerentanan kelurahan pada tahun 2010 Berdasarkan hasil kajian Indek Kapasitas dan Indek Kerentanan untuk tahun 2010 seperti pada Gambar 57 menunjukkan bahwa sebagian besar kelurahan berada pada kuadran 3 83 kelurahan, pada kuadran 1 14 kelurahan dan pada kuadran 4 2 kelurahan. Kondisi eksisting ini merupakan kondisi baseline yang akan digunakan untuk melihat kondisi pada tahun 2030. Sebagian 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,50 0,30 0,10 0,10 0,30 0,50 Indek kapasitas Indek kerentanan 116 besar kelurahan memiliki kapasitas adaptif yang besar terhadap bencana genangan. Berdasarkan observasi lapangan menunjukkan bahwa masyarakat di lokasi yang rentan bertahan di lokasi terjadinya genangan dan amblesan tanah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pembangunan fisik yang terus menerus dilakukan oleh warga dan pemerintah setempat. Upaya pemerintah dalam menaggulangi banjir pasang dilakukan dengan meninggikan jalan. Peninggian jalan ini berakibat pada rumah yang ada di sekitar jalan. Rumah di sekitar jalan harus mengikuti ketinggian jalan karena letaknya yang berada lebih rendah dari jalan. Masyarakat berlomba dengan ketinggian jalan dalam membangun rumahnya. Berdasarkan aspek kerentanan, pada tahun 2010 ini sebagian besar kelurahan berada memiliki nilai negatif dibawah sumbu x, yang berarti kerentanan sedang hingga rendah, hanya 7 tujuh kecamatan yang memiliki nilai kerentanan positif. Dari 7 kelurahan yang memiliki nilai kerentanan tinggi tersebut yang masuk ke dalam kuadran 4 hanya 2 dua kelurahan yaitu kelurahan Tawangsari dan panggung Lor. Kelurahan pada kuadran 4 berarti kelurahan dengan kerentanan yang lebih tinggi dan perlu mendapatkan prioritas penanganan. Untuk menilai perubahan indek kerentanan dan indek kapasitas adaptif pada masa depan, dilakukan dengan mempertimbangkan perubahan kepadatan penduduk, sarana kesehatan berdasarkan Rencana Fasilitas Kota Semarang pada tahun 2020 dan 2030, dan area terbuka non-hijau sebagaimana didefinisikan dalam rencana tata ruang Bappenda, 2007. Kerentanan genangan terhadap jalan dan area terbangun berdasarkan prediksi penggenangan pada tahun 2030. Hasil analisa menunjukkan bahwa terjadi pergeseran kerentanan yang menyebabkan pergeseran pada kuadran yang ditempati oleh kelurahan. Hasil prediksi Indek kapasitas dan Indek kerentanan menunjukkan bahwa sebagian besar kelurahan mengalami peningkatan kelas kerentanan, sehingga persebaran kelurahan terjadi peningkatan pada kuadran 4. Hal ini berarti kelurahan memiliki kapasitas yang tinggi, namun menghadapi kerentanan yang tinggi pula terhadap genangan banjir pasang seperti terlihat pada gambar 58. 117 Gambar 58. Indek kapasitas dan indek kerentanan kelurahan pada tahun 2030 Sesuai dengan konsep adaptasi yang dikemukakan Nichols et al. 2007 dan Diposaptono 2009 bahwa dalam menghadapi kenaikan muka air laut ada 3 tiga adaptasi yang dapat dilakukan yaitu melindungi, akomodasi dan mundur. Dalam Perpres No 64 Tahun 2010 mengenai Mitigasi Bencana Pesisir disebutkan beberapa upaya dalam menghadapi bencana kenaikan muka air laut yaitu: 1. Pembuatan bangunan pelindung pantai 2. Penyediaan pompa air untuk penaggulangan banjir pasang dan banjir 3. Penggunaan bahan konstruksi bangunan yang mampu beradaptasi dengan kenaikan muka laut 4. Vegetasi pantai 5. Pengelolaan ekosistem pesisir Gambar 59 menunjukkan salah satu adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam menghadapi bencana banjir pasang yang terjadi, Suryanti dan Marfai 2008 mengemukakan beberapa adaptasi yang dapat dikategorikan sebagai strategi akomodasi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir antara lain: 1. Membuat tanggul kecil di dalam rumah 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,50 0,30 0,10 0,10 0,30 0,50 Indek kapasitas Indek Kerentanan