40 Untuk mengetahui daerah yang tergenang dilakukan dengan analisa
berdasarkan pada nilai ketinggian yang dimiliki oleh DEM tersebut, jika nilai pada DEM lebih kecil dari nilai ketinggian kenaikan air maka daerah tersebut
merupakan daerah yang tergenang.
DEM
i
= DEM – SLRt
i
- SLRt
o
………………………………………….. 1 Dimana:
DEM
i
= Sebaran daerah tergenang pada tahun yang akan diamati DEM
= Digital Elevation Model SLRt
i
= Kenaikan muka air laut pada tahun yang akan diamati SLRt
o
= Kenaikan muka air laut pada awal tahun pengamatan Model penggenangan tersebut apabila menggunakan perangkat lunak ER
Mapper dapat ditampilkan sebagai formula berikut. Inun_a = if i1= x then i1 = 10 else null …………………………………2
dimana: Inun_a = peta hasil analisa penggenangan
i1 = peta raster dem hasil griding dengan satuan meter x = nilai ketinggian penggenangan x meter + MSL
b.
Skenario pemodelan genangan yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut dan amblesan tanah.
Skenario ini merupakan penggabungan skenario genangan yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut dan amblesan tanah. Kenaikan muka air
laut akan menyebabkan daratan yang memiliki ketinggian yang lebih kecil dari pada permukaan laut akan tergenang. Penurunan muka tanah juga menyebabkan
tergenangnya suatu kawasan di daratan karena perubahan nilai elevasi yang lebih kecil dari permukaan laut, sehingga daerah rawan adalah daerah yang memiliki
elevasi lebih kecil dari nilai kenaikan air laut ditambah nilai amblesan tanah. Untuk memperoleh daerah yang tergenang akibat kenaikan muka air laut dan
amblesan tanah menggunakan Formula 3.
41
DEM
i
= DEM – SLRt
i
- SLRt
o
+ SUBt
i
- SUBt
o
................................3 dimana
DEM
i
= Sebaran daerah tergenang pada tahun yang akan diamati DEM
= Digital Elevation Model SLRt
i
= Kenaikan muka air laut pada tahun yang akan diamati SLRt
o
= Kenaikan muka air laut pada awal tahun pengamatan SUBt
i
= Besarnya amblesan tanah pada tahun yang akan diamati SUBt
o
= Besarnya amblesan tanah pada awal tahun pengamatan Penggenangan akibat kenaikan muka air laut dengan mempertimbangkan
pengaruh amblesan tanah diformulasikan dalam perangkat lunak ER Mapper sebagai formula berikut:
Inun_b = if i1+i2s = x then i1 = 10 else null ……………………….4 dimana:
Inun_b = peta hasil analisa penggenangan i1 = peta raster dem hasil griding dengan satuan meter
i2 = peta raster dem hasil griding dengan satuan meter x = nilai ketinggian penggenangan x meter
Penggunaan perangkat lunak ER Mapper dengan pertimbangan data yang diolah berupa raster, sehingga akan memudahkan dalam analisa yang akan
dilakukan. Perangkat ini dapat secara simultan menampilkan hasil perhitungan formula yang dimasukkan dalam pengolahan data. Selain pertimbangan diatas, ER
Mapper tidak memerlukan ruang untuk penyimpanan data yang besar, karena yang disimpan dapat berupa algoritmanya saja.
1. Pengolahan Titik Ketinggian
Data DEM merupakan data digital berformat raster yang memiliki informasi koordinat posisi x;y dan elevasi z pada setiap pixel atau selnya. Data DEM ini
digunakan untuk menggambarkan kondisi topografi di wilayah yang diteliti. Pada penelitian ini data DEM digunakan sebagai data pendukung yang penting dalam
permodelan dan analisis spasial tingkat kerawanan daerah banjir pasang. Pembuatan DEM dilakukan dengan proses gridding atau interpolasi data
ketinggian. Data ketinggian diperoleh dari data titik tinggi spot height. Data titik
42 ini selanjutnya diinterpolasi sehingga menjadi data DEM berformat raster
Budiyanto 2005.
2. Pengolahan Data Amblesan tanah
Analisis data amblesan tanah dilakukan secara deskriptif dengan menganalisa karakteristik geologi dan faktor penyebab terjadinya amblesan. Nilai
amblesan tiap titik pengamatan diketahui rata-rata tingkat amblesan secara keseluruhan. Data amblesan tanah rata-rata diperoleh dari hasil penelitian Abidin
et al. 2009. Data tersebut diplot selanjutnya dilakukan interpolasi sehingga menghasilkan suatu peta distribusi spasial amblesan tanah berformat raster.
Asumsi yang digunakan untuk memprediksikan laju amblesan tanah yang terjadi di Kota Semarang adalah linier.
3. Pengolahan Data Pasang Surut
Data pasut diperoleh melalui Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang. Data yang ada berupa data pasut pengamatan per jam selama 5 tahun
terakhir. Informasi yang diperoleh dari data pasut adalah pasang tertinggi, surut terendah, tipe pasut, waktu mulai pasang dan waktu mulai surut.
Penentuan tipe pasang surut suatu lokasi ditentukan dengan melihat nilai F dari hasil perhitungan menggunakan metode Admiralty 29 hari. Tipe pasang surut
berdasarkan Nilai F dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai F dan tipe pasang surut
Nilai F Tipe Pasang Surut
0,25 Harian ganda semi diurnal
0,26 – 1,50 Campuran condong ke harian ganda
1,50 – 3,00 Campuran condong ke harian tunggal
3,00 Harian tunggal diurnal
Tipe pasang surut dibagi menjadi 4 empat tipe yaitu: 1. Pasang surut harian ganda Semi diurnal tide, pasang harian ganda yaitu
pasang yang memiliki sifat dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan juga dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi
berurutan secara teratur.
43 2. Pasang surut harian tunggal diurnal tide, dalam satu hari hanya terjadi satu
kali pasang tinggi dan satu kali pasang rendah. 3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda mixed tide prevailing
semidiurnal, dalam satu hari terjadi dua kali pasang tinggi dan dua kali pasang rendah tetapi periodenya berbeda.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal mixed tide prevailing diurnal. dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali pasang rendah
tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang tinggi dan dua kali pasang rendah dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
3.4.2 Model Spasial Dinamis Genangan Banjir Pasang
Sistem Informasi Geografis menjadi alat penting untuk pemodelan keruangan dalam analisis berbagai isu pesisir Wheeler et al. 2008. Namun akses
terhadap hasil ini oleh pemangku kepentingan sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan sinergi antara data GIS dan bantuan teknologi perangkat lunak
multimedia terkini untuk membantu tampilan yang interaktif dan mudah diakses. Hasil perhitungan model kerentanan genangan pada berbagai skenario
kenaikan muka air laut ditampilkan dengan menggunakan perangkat lunak berbasis raster yang mampu menggambarkan kondisi secara interaktif. Pada
penelitian ini digunakan perangkat lunak Macromedia Flash. Wheeler et al. 2007 mengemukakan bahwa tampilan ini memberikan gambaran dinamis ketika
terjadi suatu perubahan pada parameter yang mempengaruhi genangan. Pada model ini dapat diperoleh distribusi genangan pada berbagai skenario kenaikan
muka air laut yaitu skenario minimum dan skenario maksimum untuk berbagai tahun pemodelan.
3.4.3 Penyusunan Model Kerentanan Genangan Banjir
Penyusunan model genangan banjir menggunakan beberapa software antara lain Software GIS seperti Arc View Versi 3.3, Software pengolah citra ER
Mapper versi 7, Software pengolah data hidrologi dalam GIS menggunakan HEC GeoRAS yang merupakan ekstensi dari Arc View, dan Software The Hidrological