108 Tabel 29. Indikator yang digunakan untuk mendefinisikan kapasitas
adaptif dan bobotnya
C Kapasitas
Bobot
A1 Jaringan Telpon
0,05 A2 Pekerja
berdasarkan latar belakang pendidikan
0,30 A21 TK
- SMP
0,30 A24
SMAUniversitas 0,70
A3 Sumber Pencaharian
Utama 0,30
A4 Sarana Kesehatan
0,10 A41
Puskesmas 0,20
A42 Poliklinik
0,30 A43
Posyandu 0,20
A44 Tempat Praktek
Bidan 0,10
A45 Tempat Praktek
Dokter 0,20
A5 Infrasuktur Jalan
0,25
a. Jaringan Telepon
Jaringan telpon ini berfungsi untuk melihat kualitas ataupun salah satu indikator kesejahteraan yang ada di wilayah. Semakin tinggi jumlah pelanggan
yang ada di duatu wilayah, maka wilayah tersebut memiliki kapasitas adaptif yang lebih tinggi karena memiliki kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan
wilayah yang memiliki jaringan sambungan telepon yang rendah. Penilaian skor jaringan telpon dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Skor jaringan telepon
No Jumlah Sambungan Telpon Skor
nilai indikator
1 Pelanggan telepon 30
0,25 2
Pelanggan telepon 30-60 0,50
3 Pelanggan telepon 60-80
0,75 4
Pelanggan telepon 80 1,00
Sumber : ACCCRN 2010 Miladan 2009 dengan modifikasi Nilai indek kapasitas wilayah untuk jaringan telpon dihitung berdasarkan
persentase jumlah sambungan per jumlah rumah tangga. Terdapat beberapa kelurahan yang persentase sambungan telpon kecil seperti Kelurahan Dadapsari
Kecamatan Semarang Utara 1,8 dan tertinggi Kelurahan Bangunharjo Kecamatan Semarang Tengah 93,7.
109
b. Pekerja Berdasarkan Pendidikan
Pada kajian ini dikelompokkan menjadi 2 dua yaitu dari TK sampai SLTP dan SLTA sampai Universitas. Kelompok TK sampai SLTP memiliki skor
kapasitas yang lebih rendah daripada kelompok SLTA sampai Universitas. Hal ini berkaitan dengan daya serap informasi dan kemudahan berbagi metode dan cara
dalam mengatasi masalah lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat. Skor untuk pekerjaan berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Skor pekerja berdasarkan latar belakang pendidikan
No Pekerja berdasarkan latar belakang pendidikan Skor nilai indikator
1 TKSMP 30
0,25 2 TKSMP
30-60 0,50
3 TKSMP 60-80
0,75 4
TKSMP 80 1,00
Sumber: ACCCRN 2010 Di Kota semarang, rata-rata pendidikan penduduknya relatif tinggi, persentase
yang berpendidikan SLTA hingga universitas cukup besar yaitu sebesar 31, sehingga nilai indek kapasitas adaptif untuk parameter ini relatif tinggi.
c. Sumber Matapencaharian
Indikator ketiga merupakan sumber penghasilan utama masyarakat di kelurahan. Untuk kelurahan-kelurahan dengan sumber utama pendapatan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh variabilitas iklim akan memiliki skor kapasitas rendah. Kelurahan dengan penduduk didominasi sektor pertanian akan
memiliki kapasitas adaptif yang rendah. Skor untuk sumber matapencaharian dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Nilai indikator berdasarkan jenis sumber pendapatan utama di suatu kelurahan
No Sumber utama
pendapatan Skor Nilai
Indikator
1 Pertanian
0,25 2 Pertambangan dan industri
0,50 3
Perdagangan, transportasi dan bisnis komunikasi dll.
0,75 4
Jasa 1,00
Sumber: ACCCRN 2010
110 Matapencaharian penduduk di 9 kecamatan Kota Semarang yang terdampak
langsung dengan genangan atau kenaikan muka air laut cukup kecil. Jumlah penduduk yang bermatapencaharian pada bidang pertanian cukup kecil, yaitu
hanya 3 dari jumlah penduduk. Sehingga pada parameter ini menyumbangkan nilai indek kapasitas adaptif yang tinggi.
d. Fasilitas Kesehatan Indikator Keempat adalah fasilitas kesehatan yang mewakili akses
masyarakat ke fasilitas kesehatan. Semakin baik fasilitas kesehatan di k elurahan maka kelurahan ini memiliki kapasitas yang lebih tinggi. Karena
n ilai skor indikator ini sangat kecil, semua nilai dibagi dengan skor tertinggi untuk mendapatkan nilai skor indikator berkisar dari 0 hingga 1. Skor untuk
infrastruktur kesehatan dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Skor fasilitas kesehatan
No Infrastruktur Kesehatan
Skor nilai
indikator
1 Puskesmas
0,20 2
Poliklinik 0,30
3 Posyandu
0,20 4 Tempat
Praktek Bidan
0,10 5
Tempat Praktek Dokter 0,20
Sumber: ACCCRN 2010
e. Jaringan Jalan
Jaringan jalan di Kota Semarang cukup baik, hal ini dikarenakan lokasi penelitian adalah sebuah kota yang umumnya telah berkembang dengan baik.
Namun terdapat beberapa kelurahan yang masih didominasi oleh jalan lingkungan sehingga nilai indek kapasitas cukup rendah seperti pada Kelurahan Pindrikan Lor
Kecamatan Semarang Tengah. Skor untuk infrastruktur jalan dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Skor infrastruktur jalan
No Infrastruktur jalan
Skor nilai
indikator
1 Lokal 0,25
2 Kabupaten 0,50
3 Provinsi
0,75 4 Nasional
1,00
Sumber: Miladan 2009