59 flash ditujukan untuk animasi, namun pada beberapa tahun ini pengembangan
terus dilakukan dengan berbagai Actionscript. Pada saat ini kebanyakan web- browser telah menggunakan flash karena memiliki tampilan yang lebih menarik
dan hidup. Pada penelitian ini, flash digunakan untuk memvisualisasikan lokasi yang
tergenang akibat kenaikan muka air laut. Untuk memperoleh gambaran yang interaktif dinamis dilakukan dengan cara mengimpor data dari bentuk data
geografis ke dalam fomat data yang dikenali oleh perangkat flash. Karena besarnya data yang diolah diperlukan komputer dengan kemampuan yang
memadai. Walaupun tidak secara khusus dirancang untuk bekerja geografis,
Macromedia Flash sangat cocok untuk visualisasi geografis. Flash bekerja dengan baik pada format data vektor dan gambar bitmap. Peta vektor seperti jaringan
jalan, jaringan sungai ditransfer ke dalam file vektor Adobe Illustrator, sedangkan file raster dalam bentuk file png bitmap. Flash pada awalnya ditujukan untuk
memproduksi animasi. Selama dekade terakhir, perkembangan semakin meningkat dan dalam tahap mampu menggabungkan bahasa pemrograman yang
canggih ActionScript yang memungkinkan koneksi dan interaksi yang kompleks dan real-time di dalam web. Wheeler et al. 2008.
Dalam visualisasi berbasis GIS, setiap gambar genangan banjir pasang pada berbagai skenario dengan ketinggian tertentu disimpan sebagai lapisan yang
terpisah. Pada flash, visualisasi digabungkan menjadi lapisan film klip tunggal. Dengan menggunakan klip film timeline untuk menampilkan berbagai tingkat
ketinggian kenaikan muka air laut secara berurutan. Sedangkan nilai diantara berbagai ketinggian yang telah ditentukan akan ditampilkan secara sederhana
sebagai bentuk interpolasi. Untuk memvisualisasikan berbagai ketinggian kenaikan muka air laut, akan
dikendalikan oleh kode Actionscript untuk mendapatkan berbagai distribusi genangan banjir pasang akibat kenaikan muka air laut.
Model flash ini dapat dikaitkan dengan situs, sehingga dapat diakses melalui internet. Dengan meletakkannya pada suatu situs, maka diharapkan akan
memberikan informasi yang lebih bagi stakeholder untuk mendapatkan gambaran
60 tingkat kerentanan suatu lokasi terhadap genangan. Pada tampilan ini juga
dipertimbangkan prediksi kenaikan muka laut berdasarkan prediksi IPCC. Tambahan informasi ini sangat membantu dalam menggambarkan model apabila
terjadi interaksi antara faktor pasang dan faktor kenaikan muka laut.Keuntungan penggunaan software macromedia dalam visualisasi model genangan akibat
kenaikan muka air laut: 1. Perbesaran, hal ini dapat dilakukan dengan mudah baik dengan menggunakan
tetikus maupun tombol perbesar zoom baik untuk memperbesar maupun memperkecil tampilan.
2. Simulasi berbagai ketinggian muka air laut dapat dilakukan dengan sangat mudah, cukup dengan menekan dan menggeser tombol “ klik dan geser”.
3. Melihat luasan genangan secara interaktif dan simultan berdasarkan ketinggian kenaikan muka air laut. Gambaran distribusi spasial genangan akan
secara simultan tampil dalam layar apabila tombol klik dan geser tersebut digerakkan.
4. Memasukkan tambahan informasi dan simulasi berbagai faktor yang terkait dengan banjir pasang, misalnya skenario kenaikan muka laut.
4.1.5 Dampak Genangan Pada Berbagai Skenario Penggenangan
Simulasi model genangan banjir pasang dibuat dalam 2 dua kelompok model yaitu penggenangan akibat kenaikan muka laut pada skenario minimum
dan maksimum, dan kelompok kedua masing-masing skenario pada kelompok pertama ditambahkan faktor tren amblesan tanah yang terjadi. Untuk lebih
memudahkan dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.
a. Skenario Penggenangan Akibat Kenaikan Muka Air Laut
Skenario kelompok pertama adalah model genangan banjir pasang akibat kenaikan muka laut. Pada skenario ini masukan yang digunakan untuk
memprediksi daerah yang rentan terhadap genangan adalah dengan melihat tren kenaikan muka laut menurut IPCC 2007. Nilai kenaikan muka air laut
sebagaimana terlihat pada Tabel 10 diambil dari prediksi dan perhitungan kenaikan muka air laut setiap 10 tahun oleh Hunter 2010.
61 Titik ketinggian nol dari DEM yang dihasilkan merupakan hasil perhitungan
MSL pada tahun 2010 yaitu sebesar 0,9197 m. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat beberapa lokasi di wilayah Semarang telah berada di bawah laut karena memiliki
nilai ketinggian minus. Dengan kondisi yang demikian, apabila terjadi pasang melebihi MSL maka air laut akan masuk ke wilayah daratan seperti terlihat pada
Gambar 22. Tabel 10. Berbagai skenario genangan akibat kenaikan muka air laut genangan
permanen
Skenario Ketinggian Muka
Laut DEM
2010 Saat ini
Saat ini 2030_min
+ 6,3 cm IPCC minimum 2030_min_sub
+ 6,3 cm IPCC minimum Amblesan tanah 2030
2030_max + 14,2 cm IPCC maksimum
2030_max_sub + 14,2 cm IPCC maksimum
Amblesan tanah 2030
Sumber : Pengolahan data 2011 dan Hunter 2010 Tabel 11. Berbagai skenario genangan pada saat pasang maksimal genangan
sesaat
Skenario Ketinggian Muka
Laut DEM
2010_p +32,0 pasang tertinggi
Pasang tertinggi 2030_min_p
+38,3 cm IPCC minimum 2030_min_sub_p
+ 38,3 cm IPCC minimum Amblesan tanah 2030
2030_max_p + 46,2 cm IPCC maksimum
2030_max_sub_p + 46,2 cm IPCC maksimum
Amblesan tanah 2030
Keterangan: 2010
Genangan pada tahun 2010 2030_min
Genangan pada tahun 2030 skenario SLR minimum 2030_min_sub
Genangan pada tahun 2030 skenario SLR minimum dan amblesan tanah 2030_max
Genangan pada tahun 2030 skenario SLR maksimum 2030_max_sub
Genangan pada tahun 2030 skenario SLR maksimum dan amblesan tanah 2010_p
Genangan pada tahun 2010 kondisi pasang tertinggi 2030_min_p
Genangan pada tahun 2030 skenario SLR minimum kondisi pasang tertinggi 2030_min_sub_p
Genangan pada tahun 2030 skenario SLR minimum dan amblesan tanah pada kondisi pasang tertinggi
2030_max_p Genangan pada tahun 2030 skenario SLR maksimum kondisi pasang tertinggi
2030_max_sub_p Genangan pada tahun 2030 skenario SLR maksimum dan amblesan tanah pada
kondisi pasang tertinggi
Model genangan memperhatikan pula pasang tertinggi dan tunggang pasut untuk membedakan antara genangan permanen dan genangan temporer. Genangan
permanen merupakan genangan yang terjadi secara terus menerus karena
62 tergenang oleh air laut. Sedangkan genangan temporer dipengaruhi oleh pasang
surut, akan tergenang pada saat pasang dan kering bila dalam kondisi surut. Tunggang pasut pesisir Kota Semarang adalah 64 cm, nilai pasang maksimal pada
tahun 2010 adalah MSL ditambah dengan 32 cm seperti terlihat pada Tabel 11. Hasil pemodelan untuk tahun 2010 dan tahun 2030 masing-masing untuk
skenario minimum dan maksimum serta pada kondisi pasang maksimum menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan luas genangan
pada tahun 2010 ke 2030 menunjukkan luas genangan dari 1.231,0 Ha meningkat menjadi 1.458,5 ha minimum dan 1.611,9 Ha maksimum. Pada skenario kedua
dengan memperhatikan faktor amblesan tanah, diperoleh luas genangan yang meningkat tajam menjadi 4.343,4 Ha minimum dan 5.171,3 Ha maksimum
sebagaimana terlihat pada Gambar 19.
Keterangan: 2010
Genangan pada tahun 2010 2030
Genangan pada tahun 2030 2010_p
Genangan pada tahun 2010 pada kondisi pasang tertinggi 2030_p
Genangan pada tahun 2030 pada kondisi pasang tertinggi
Gambar 19. Perbandingan luasan genangan banjir pasang akibat kenaikan muka air laut pada skenario minimum dan maksimum di Kota Semarang
sampai tahun 2030
Berdasarkan aspek administratif, pada tahun 2010 terdapat 6 enam kecamatan yang terkena genangan banjir pasang, namun hanya 4 empat yang
cukup signifikan yaitu Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Genuk, Semarang Barat dan Kecamatan Tugu. Secara persentase terlihat pada Gambar 20.b.
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
2010 2030
2010_p 2030_p
Lu a
s G
e n
a n
g a
n H
a
Skenario Genangan Akibat Kenaikan Muka Air Laut
Maksimum Minimum
63 kecamatan yang memiliki persentase terbesar adalah Kecamatan Tugu dengan
luas genangan mencapai 291,9 Ha. Kecamatan yang memiliki genangan cukup luas berturut-turut adalah Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Genuk dan
Kecamatan Semarang Barat. Luas genangan pada setiap kelurahan yang terkena dampak genangan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 1.
a b
Keterangan: 2010
Genangan pada tahun 2010 2030_min Genangan pada tahun 2030 skenario SLR minimum
2030_max Genangan pada tahun 2030 skenario SLR maksimum 2010_p
Genangan pada tahun 2010 kondisi pasang tertinggi 2030_min_p Genangan pada tahun 2030 skenario SLR minimum kondisi pasang tertinggi
2030_max_p Genangan pada tahun 2030 skenario SLR maksimum kondisi pasang tertinggi
Gambar 20. Luas genangan akibat kenaikan muka air laut tiap kecamatan pada berbagai skenario genangan
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa potensi genangan pada tahun 2030 dengan mempertimbangkan faktor kenaikan muka air laut, sebanyak 7 tujuh
kecamatan terkena dampak genangan. Kecamatan tersebut Gayamsari, Genuk,
0,0 200,0
400,0 600,0
800,0 1000,0
1200,0 1400,0
1600,0 1800,0
2000,0
2 1
2 3
_m in
2 3
_m ax
2 1
_p 2
3 _m
in _p
2 3
_m ax
_p
Lu a
s G
e n
a n
g a
n H
a
Skenario kenaikan
muka air laut
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2 1
2 3
_m in
2 3
_m ax
2 1
_p 2
3 _m
in _p
2 3
_m ax
_p
P e
rse n
ta se
G e
n a
n g
a n
Skenario kenaikan
muka air laut
64 Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Utara, Semarang Timur dan Tugu.
Apabila faktor amblesan tanah dimasukkan dalam analisis, genangan akan berdampak pada 9 sembilan kecamatan, Kecamatan Semarang Selatan dan
Pedurungan terkena dampak genangan. Kecamatan Semarang Selatan memiliki luas terkecil seluas 1,2 Ha.
Berdasarkan jenis penggunaan lahan, dapat dilihat bahwa tambak terdampak genangan paling luas yaitu 272,8 Ha pada tahun 2010 meningkat menjadi 913,6
Ha pada tahun 2030. Jenis penggunaan lahan dengan luasan wilayah tergenang yang terbesar kedua adalah belukar. Sedangkan Permukiman menempati luas
lahan yang cukup tinggi perubahannya dari 33,2 ha pada tahun 2010 menjadi 1.424,8 ha pada tahun 2030. Pada Gambar 21 terlihat belukar dan tambak
mengalami peningkatan persentase luasan yang terkena genangan, sedangkan untuk lahan terbuka secara persentase mengalami penurunan, meskipun secara
kuantitatif mengalami penambahan luas.
Gambar 21. Luas genangan pada tiap penggunaan lahan pada berbagai skenario kenaikan muka air laut a persentase tiap penggunaan lahan pada
berbagai skenario b
200,0 400,0
600,0 800,0
1.000,0 1.200,0
1.400,0 1.600,0
1.800,0 2.000,0
Lu a
s H
a
Skenario Penggenangan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
P e
rs e
n ta
se
skenario Penggenangan