Iklim dan Curah Hujan

45 yang terjadi akibat banjir pasang dan banjir dilakukan metode tumpang susun dari hasil dua model tersebut.

3.4.6 Analisis Kerentanan Pesisir Terhadap Genangan

Penilaian kerentanan wilayah pesisir dilakukan setelah diperoleh berbagai skenario genangan yang terjadi pada pesisir Kota Semarang. Pendekatan penentuan kerentanan dengan melihat aspek sosial dan fisik. Pendekatan kerentanan menggunakan metode hasil modifikasi dengan mempertimbangkan pemetaan kerentanan yang disusun oleh ACCCRN 2010 dan Miladan 2009 yang merupakan modifikasi dari Pedoman Penyusunan Peta Resiko yang disusun oleh Bappenas. Adapun faktor yang dinilai meliputi kerentanan fisik, ekonomi, sosial kependudukan dan kerentanan lingkungan. Parameter yang digunakan untuk menyusun peta kerentanan terdiri dari 8 delapan parameter yang digunakan meliputi 1 Jaringan jalan, 2 Persentasi lahan terbangun, 3 Sumber air minum, 4 Kepadatan penduduk, 5 Kemiskinan, 6 Kawasan sempadan pantai, 7 Kawasan sempadan sungai dan 8 Persentase tutupan mangrovekawasan resapan air. Berdasarkan delapan indikator tersebut kemudian dilakukan penilaian kerentanan masing-masing kelurahan terhadap bencana genangan banjir pasang. Penilaian dilakukan dengan mengkalikan antara bobot masing-masing indikator dengan skor indikator untuk masing-masing kelurahan. Formula yang digunakan seperti terlihat pada persamaan 5. ……………………………………………………….5 Dimana: VI adalah indek kerentanan total suatu kelurahan w ij adalah bobot dari suatu indikator kerentanan i pada kelurahan j V ij adalah nilai suatu indikator kerentanan i pada kelurahan j Sedangkan parameter untuk menyusun indek kapasitas wilayah menggunakan 5 lima parameter yang terdiri dari 1 Jaringan telepon 2 46 Pekerjaan berdasarkan latar belakang pendidikan 3 Sumber mata pencaharian utama 4 Fasilitas kesehatan dan 5 Infrastruktur jalan. Indikator fasilitas kesehatan dibagi ke dalam 5 sub-indikator yaitu: jumlah Poliklinik Pl, Posyandu Ps, Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas, Pk, Klinik Bidan B dan Klinik Dokter D. Semua nilai- nilai sub-indikator dinormalisasi dengan jumlah populasi Kelurahan yang bersangkutan. Nilai skor di setiap Kelurahan IA4 dihitung dengan menggunakan rumus oleh ACCCRN 2010 persamaan 6. IA4i= 1Pi 0.3Pli+0.2Psi+0.2Pki+0.1Bi+ 0.2D………………6 Penghitungan nilai indek kapasitas total digunakan persamaan 7 yang merupakan jumlah dari perkalian antara faktor penentu kapasitas dengan bobot masing-masing indikator ACCCRN, 2010. ………………………………..………..……………7 Dimana: CI adalah indek kapasitas total suatu kelurahan w ij adalah bobot dari suatu indikator kapasitas i pada kelurahan j C ij adalah nilai suatu indikator kapasitas i pada kelurahan j 3.4.7 Strategi Adaptasi Terhadap Bencana Genangan Berdasarkan Kapasitas Adaptif dan Tingkat Kerentanan Adaptasi merupakan kualitas seseorang untuk mengubah dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya dalam rangka menjadi yang lebih cocok untuk bertahan hidup. Ini adalah komponen kunci ketahanan, semakin adaptif seseorang atau masyarakat semakin mereka mampu mengatasi perubahan yang mungkin terjadi. Untuk mengelompokkan kelurahan berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas, semua nilai-nilai VI dan CI dari semua Kelurahan dikurangi 0,5. Sebagai VI dan nilai-nilai CI berkisar dari 0 hingga 1, dengan mengurangi nilai- nilai dengan indeks 0.5, maka nilai VI dan CI berkisar dari -0,5 sampai dengan 47 0,5. Posisi relatif Kelurahan menurut CI dan VI ditentukan berdasarkan posisi mereka di lima Kuadran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Kelurahan yang terletak di Kuadran 5 akan memiliki CI rendah dan VI tinggi. Sedangkan kelurahan yang terletak di kuadran 1 akan mempunyai VI rendah dan CI tinggi. Berdasarkan sistem klasifikasi ini, jika kelurahan terletak di Quadrant 5 terkena bencana tertentu, dampaknya akan lebih parah dibandingkan dengan kelurahan apabila kelurahan tersebut terletak di Quadrant 1. Gambar 11. Penentuan kelurahan berdasarkan indikasi kerentanan dan kapasitas Untuk menilai perubahan kerentanan dan kapasitas adaptif pada masa depan, dipertimbangkan perubahan kepadatan penduduk berdasarkan pada proyeksi pemerintah, sarana kesehatan berdasarkan Rencana Fasilitas Kota Semarang pada tahun 2020 dan 2030, dan area terbuka non-hijau sebagaimana didefinisikan dalam rencana tata ruang revisi Semarang 2010-2020 Bappenda, 2009. Untuk memudahkan dalam memahami alur penelitian ini maka digambarkan dalam sebuah diagram alir seperti terlihat pada Gambar 12. 1 +0.25 -0.25 +0.5 -0.5 -0.25 -0.5 +0.25 +0.5 Indek Kerentanan Rendah Indek Kerentanan Tinggi Indek Kapasitas Tinggi Indek Kapasitas Rendah 2 3 4 5