Jaringan Telepon Sistem pendukung keputusan keruangan untuk analisis kerentanan akibat kenaikan muka air laut dan amblesan tanah di Kota Semarang
118 2. Meninggikan rumah
3. Meninggikan jalanuntuk menjaga aksesibilitas 4. Membuat rumah panggung
5. Membuat sumur artesis untuk keperluan air bersih
a b Gambar 59. Upaya adaptasi dengan meninggikan jalan dan membuat tanggul di
sekitar rumah a, meninggikan rumah dengan cara menguruk dengan material b
Berdasarkan aspek kerentanan, nilai kerentanan diprediksikan akan meningkat menjadi kelas rentan dan sedang. Untuk menghadapi hal tersebut perlu
dilakukan berbagai upaya adaptasi, tidak hanya menggunakan satu strategi, namun dapat dilakukan semua strategi dengan bebagai kombinasi.
Strategi melindungi telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang dengan membuat beberapa proyek untuk menanggulangi banjir dan banjir pasang.
Beberapa pembangunan yang akan berpengaruh terhadap kerentanan wilayah pesisir antara lain:
1. Pembangunan Kali Banger Polder Project, sebagai bagian kerjasama dengan
Belanda dan bantuan JBIC Japan Bank for International Cooperation Pembangunan polder diperkirakan akan mengurangi tekanan banjir
di wilayah utara dan timur Kota Semarang. 2.
Pembangunan Waduk Jatibarang, sebagai bagian dari kerjasama JBIC Japan Bank for International Cooperation. Pembangunan waduk akan
menambah air baku bagi PDAM dan mengurangi tekanan kebutuhan air bersih terutama pada musim kemarau.
119 3.
Pembangunan tanggul laut sea wall akan membentang di bagian utara kota. Pembangunan ini merupakan salah satu isu yang digulirkan
pemerintah kota dalam rangka menangani bajir pasang yang telah menjadi permasalahan yang belum tertangani secara tuntas.
Keberadaan tiga megaproyek tersebut belum masuk dalam analisis penelitian ini, namun dalam penelitian lanjutan pengembangan skenario harus
memasukkan faktor ini dalam analisis. Proyek yang telah berjalan dan diharapkan selesei pada tahun 2013 adalah pembangunan Polder Banger. Waduk, polder
dapat digunakan sebagai pemasok air baku untuk perkotaan, sehingga diharapkan pengambilan air tanah dalam berkurang untuk mengurangi
amblesan tanah. Kombinasi strategi protektif dengan strategi akomodatif ditujukan untuk
lokasi-lokasi yang sudah terkena dampak banjir pasang. Selain upaya protektif, upaya pengurukan baik secara indivisual maupun oleh perusahaan dapat dilihat
pada lokasi yang terkena amblesan tanah. Pengurukan dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Upaya pengurukan dilakukan beberapa tahap pada interval
waktu tertentu disesuaikan dengan kondisi keuangan. Sehingga ada ungkapan meskipun memiliki tanah di daerah tersebut terasa seperti mengontrak, karena
pada jangka waktu 5-10 tahun harus sudah meninggikan lantai yang berarti merubah plafon dan meninggikan rumah. Bahkan dalam jangka tertentu banyak
terlihat bahwa lantai pada saat ini yang merupakan hasil pengurukan merupakan atap pada masa 10-20 tahun yang lalu.
Berbagai adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah dapat dilihat pada Gambar 60. Strategi yang telah disebutkan diatas, baik
protektif maupun akomodatif merupakan strategi yang bersifat kuratif, karena hanya menyeleseikan masalah pada tataran permukaan saja, perlu juga dilakukan
strategi yang bersifat preventif. Permasalahan utama yang dihadapi adalah laju amblesan tanah yang meningkatkan kerentanan terhadap genanagan. Dengan
demikian maka perlu pula pengaturan lebih ketat terhadap aspek yang menyebabkan laju amblesan tanah yang tinggi: