Pembahasan Hasil Belajar Afektif

kegiatan laboratorium ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman intuitif dan untuk mengalami bagaimana rasanya untuk menjadi pencipta pengetahuan daripada sebagai konsumen pengetahuan. Di pihak lain, implementasi kegiatan laboratorium verifikatif pada kelas kontrol mengakibatkan siswa belum mampu mengembangkan proses kognitif dan hanya memperoleh pemahaman prosedural ilmu. Menurut Suma 2005 bahwa kegiatan laboratorium verifikatif tidak mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir apalagi menimbulkan konflik kognitif yang mendorong siswa untuk mengubah pandangannya tentang suatu konsep.

4.2.3 Pembahasan Hasil Belajar Afektif

Dengan dilaksanakannya kegiatan laboratorium dengan upaya memperbaiki minat dan motivasi siswa dalam belajar serta memberikan perlengkapan bagi siswa mengkaitkan teori dan percobaan untuk menghadirkan keinginan mengenai fenomena yang ada pada materi dinamis. Indikator hasil belajar afektif yang diamati dalam kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diantaranya: kehadiran dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa saat pembelajaran, kerjasama dalam kelompok, kerapian pakaian, dan tanggung jawab. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data hasil belajar afektif pada kelas eksperimen memiliki persentase nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 85,3 dengan kriteria sangat baik dan pada kelas kontrol memiliki persentase nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 74,1 dengan kriteria baik. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.9. Gambar 4.9 Perbandingan Nilai Pertemuan I, Pertemuan II, Rata-Rata dan N-Gain Hasil Belajar Afektif antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam Persentase Berdasarkan Gambar 4.9, tampak sekilas bahwa adanya perbedaan nilai hasil belajar afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar afektif pada kelas eksperimen terlihat lebih tinggi daripada nilai hasil belajar afektif kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih baik dalam kegiatan laboratorium daripada kelas kontrol. Namun untuk memperoleh kesimpulan yang lebih akurat diperlukan pengujian hipotesis secara statistik lebih lanjut. Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians, dapat dilihat pada Tabel 4.12 yang menyatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar afektif kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai hasil belajar afektif kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar afektif kelas kontrol baik pada pertemuan I maupun pada pertemuan II. 82 88.75 85.4 37 78 83.75 80.9 26 10

20 30

40 50

60 70

80 90

100 Pertem. I Pertem. II Rata-Rata N-Gain Pr e sen tase N il ai H asi l B e lajar Af e kt if Eksperimen Kontrol Hasil uji gain pada kelas eksperimen sebesar sedang dan pada kelas kontrol sebesar rendah. Dari analisis uji gain dapat dilihat pada Tabel 4.13 tampak bahwa peningkatan hasil belajar afektif kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol . Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan nilai hasil belajar afektif yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, yang mana kelas eksperimen memiliki nilai hasil belajar afektif lebih tinggi dari pada kelas kontrol . Hal ini menunjukan bahwa kegiatan laboratotium menggunakan generative learning berpengaruh pada peningkatan hasil belajar afektif siswa. Besarnya pengaruh sebesar 37 termasuk kriteria sedang. Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu meningkat hasil belajar afektif siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang menuntut adanya interaksi antar siswa untuk bekerjasama dalam penyelidikan suatu konsep atau pengetahuan yang belum dimiliki siswa, selain itu peran kegiatan laboratorium tersebut akan memberikankan rangsangan yang menarik perhatian siswa sehingga dapat memunculkan adanya minat dan motivasi dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rifai Catharina 2011 menyatakan stimulus yang unik akan menarik perhatian setiap orang dan cenderung untuk mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut. Pada indikator hasil belajar afektif yang diamati pada kelas eksperimen yaitu tanggungjawab terjadi penurunan, hal ini sebagai bentuk dari kelemahan pada kegiatan laboratorium menggunakan generative learning menjadikan siswa merasa diteror mengkonstruksikan konsep dengan kerjasama kelompok sehingga tanggungjawab siswa terhadap kelompok sangat kurang sedangkan tidak terjadi peningkatan atau penurunan, Menurut Rahmad Alfina 2007 untuk meningkatkan hasil belajar, salah satu faktor penunjangnya adalah faktor sosial. Lingkungan sosial berkaitan dengan interaksi siswa, misalnya kehadiran siswa lain pada waktu sedang belajar dan tanggung jawab dalam kelompok belajar mempengaruhi proses dan hasil belajar individu. Di pihak lain, implementasi kegiatan laboratorium verifikatif pada kelas kontrol cenderung pasif dan monoton sehingga kurangnya interaksi baik siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru mengakibatkan motivasi dan minat siswa berkurang. Pada kenyataannya jika siswa kurangnya minat dan termotivasi dalam mempelajari materi listik dinamis akan terjadi kebosanan maka akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam belajar.

4.2.4 Pembahasan Hasil Belajar Psikomotorik

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya

1 9 203

Pengaruh pembelajaran konstruktivisme dengan strategi generative learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep senyawa hidrokarbon: Studi kasus di SMA Setia Budi Sungailiat Bangka

0 12 197

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GENERATIVE LEARNING DENGAN Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Generative Learning Dengan Penggunaan Metode The Study Group ( PTK pada siswa kelas VI

0 1 18

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GENERATIVE LEARNING DENGAN Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Generative Learning Dengan Penggunaan Metode The Study Group ( PTK pada siswa kelas VI

0 2 15

PENERAPAN PENDEKATAN GENERATIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PEER LESSONS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN PENERAPAN PENDEKATAN GENERATIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PEER LESSONS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas X G

0 0 19

PENGARUH AGRESIVITAS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Pengaruh Agresivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri Kebakkramat.

0 1 15

PENGARUH AGRESIVITAS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Pengaruh Agresivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri Kebakkramat.

0 0 15

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GENERATIVE LEARNING DENGAN BAHAN AJAR MODULAR TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF.

0 0 39

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE FSLC TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

0 0 10