cenderung untuk mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut.
Pada indikator hasil belajar afektif yang diamati pada kelas eksperimen yaitu tanggungjawab terjadi penurunan, hal ini sebagai bentuk dari kelemahan
pada kegiatan laboratorium menggunakan generative learning menjadikan siswa merasa diteror mengkonstruksikan konsep dengan kerjasama kelompok sehingga
tanggungjawab siswa terhadap kelompok sangat kurang sedangkan tidak terjadi peningkatan atau penurunan, Menurut Rahmad Alfina 2007 untuk
meningkatkan hasil belajar, salah satu faktor penunjangnya adalah faktor sosial. Lingkungan sosial berkaitan dengan interaksi siswa, misalnya kehadiran siswa
lain pada waktu sedang belajar dan tanggung jawab dalam kelompok belajar mempengaruhi proses dan hasil belajar individu.
Di pihak lain, implementasi kegiatan laboratorium verifikatif pada kelas kontrol cenderung pasif dan monoton sehingga kurangnya interaksi baik siswa
dengan siswa maupun siswa dengan guru mengakibatkan motivasi dan minat siswa berkurang. Pada kenyataannya jika siswa kurangnya minat dan termotivasi
dalam mempelajari materi listik dinamis akan terjadi kebosanan maka akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam belajar.
4.2.4 Pembahasan Hasil Belajar Psikomotorik
Dengan dilaksanakannya kegiatan laboratorium dengan upaya memperbaiki ketrampilan siswa dalam menggunakan alat ukur listrik yaitu multimeter
amperemeter, voltmeter dan ohmmeter. Implementasi kegiatan laboratorium yang disertai LKS sebagai bimbingan guru yang diperoleh siswa dalam
melakukan tugas-tugas praktik mengenai materi listrik dinamis. Indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati dalam kegiatan laboratorium pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diantaranya: menyiapkan alat dan bahan percobaan, merangkai alat dan bahan percobaan, melakukan pengamatan dan percobaan,
kemampuan menggunakan alat, dan merapikan alat dan bahan percobaan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data hasil belajar psikomotorik pada
kelas eksperimen memiliki persentase nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 81,6 dengan kriteria baik dan pada kelas kontrol memiliki persentase
nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 74 dengan kriteria baik. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Perbandingan Nilai Pertemuan I, Pertemuan II, Rata-Rata dan N-Gain Hasil Belajar Psikomotorik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam
Persentase. Berdasarkan Gambar 4.10, tampak secara sekilas bahwa adanya perbedaan
nilai hasil belajar psikomotorik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
nilai hasil belajar psikomotorik kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih baik dalam kegiatan laboratorium dari kelas kontrol.
80 83.13
81.6
16 73
75 74
7 20
40 60
80 100
Pertem. I Pertem. II
Rata-Rata N-Gain
Per sen
tase N
il ai
H asi
l B
e lajar
Ps iko
m o
to ri
k
Eksperimen Kontrol
Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians, dapat dilihat pada Tabel 4.16 yang menyatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik
kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar psikomotorik kelas kontrol baik pada
pertemuan I maupun pertemuan II. Hasil uji gain pada kelas eksperimen sebesar
rendah dan pada kelas kontrol sebesar
rendah. Dari analisis uji gain dapat dilihat pada Tabel 4.17 tampak bahwa peningkatan hasil belajar psikomotorik
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol 0,3 0,09. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan
nilai hasil belajar psikomotorik yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning
dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, yang mana kelas eksperimen memiliki nilai hasil belajar psikomotorik lebih tinggi dari pada
kelas kontrol .
Hal ini menunjukan bahwa kegiatan laboratotium menggunakan
generative learning berpengaruh pada peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa. Besarnya pengaruh sebesar 16 termasuk kriteria rendah.
Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu
meningkat hasil belajar psikomotorik siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang
menekankan ketrampilan yang melibatkan antara indera dan otot dengan pengamatan langsung terhadap proses sains dapat melatih kemampuan berpikir
ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiyanto 2006 kemampuan psikomotorik atau ketrampilan gerak siswa akan terlibat secara aktif melalui pembelajaran
dengan percobaan. Selain itu kegiatan laboratorium dapat membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran menjadi lebih bermakna dan mendalam,
dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Trumper 2003 bahawa kegiatan laboratorium ini mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses ilmiah dimana siswa
mengeksplorasi dunia fisik, menganalis data, menarik kesimpulan dan generalisasi yang baru diperoleh pemahaman ilmiah untuk fenomena dalam kehidupan sehari-
hari. Pada indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati pada kelas
eksperimen yaitu merangkaian alat dan bahan, kemampuan menggunakan alat dan bahan tidak terjadi peningkatan dan penurunan, hal ini disebabkan siswa
membutuhkan waktu untuk mengenal dan mempelajari prinsip kerja alat ukur listrik diantaranya multimeter serta untuk melatih ketrampilan dalam
menggunakan alat dan bahan dibutuhkan kegiatan laboratorium sehingga siswa terbiasa dalam menggunakan alat dan bahan khususnya pada materi listrik
dinamis. Di pihak lain, implementasi kegiatan laboratorium verifikatif pada kelas
kontrol cenderung pasif dan terjadi kebingungan disebabkan kurangnya persiapan, pemahaman mengenai alat dan bahan pada materi dinamis serta ketrampilan dasar
yang dimiliki siswa dalam kegiatan laboratorium mengakibatkan terhambatnya
proses kegiatan laboratorium. Pada indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati pada kelas kontrol yaitu menyiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan
bahan terjadi penurunan, hal ini disebabkan terjadinya kebingungan pada tahap- tahap percobaan pada percobaan rangkaian rangkain hambatan seri dan paralel
yang dirasa lebih sulit dibandingkan pada percobaan ohm. Oleh karna itu, dibutukankannya pemahaman siswa dalam memahami alat dan bahan dalam
rangkaian dengan tujuan dan konsep tertentu dan bimbingan dari guru yang tepat untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Padahal, keberhasilan kegiatan
laboratorium didukung oleh tiga faktor, yaitu peralatan bahan dan fasilitas lainnya, tenaga laboratorium, serta bimbingan guru yang diperoleh siswa dalam
melakukan tugas-tugas praktik. Hal ini sejalan dengan pendapat Abraham Robin 2008 bahwa tugas-tugas praktik memerlukan siswa untuk membuat
hubungan domain objek dan ide-ide yang lumayan lebih menuntut siswa daripada yang hanya meminta siswa untuk mengamati dan mengingat informasi suatu
peristiwa atau gejala.
82
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan